Merlyn?!?!

184K 5.9K 178
                                    

Luna POV

Siang ini aku bermanja-manja sambil tiduran di atas paha ibu. Udah lama banget aku gak kaya gini, terakhir waktu sebelum aku kuliah di Jakarta.

Sedangkan, Mba Vanya lagi belanja keperluan rumah di supermarket sendiri, karena Aurel lagi tidur di kamarnya, kalau siang gini.

Kak Tristan dan Ayah lagi melakukan perobohan bangunan yang sudah di lahap oleh si jago merah, tapi belum rata sama tanah. Dan dalam waktu singkat ini, anak perusahaan Ardinata yang berada di malang, tempat papanya Lea kerja sekarang. Bakal bangun ulang restauran itu.

Awalnya ibu bilang, kapan-kapan saja dengan alesan duitnya belum ada untuk membangun yang baru, tapi Kak Tristan melotot saat mendengar kalimat itu. Bukan melotot karena marah, tapi kaget.

"Mana mungkin saya nyuruh ibu bayar" jawab Kak Tristan waktu itu.

Tapi ibu tetap bersikukuh jangan di bangun, karena tidak enak dengan Kak Tristan. Terkesan seperti matrealistis begitu katanya. Tapi, lagi-lagi Kak Tristan ngotot untuk membangun restaurant itu dengan alasan aku. Dia bilang aku yang minta. Hhh, rasanya seperti tumbal...

"Lun, masak yuk? Di dapur masih ada bahan-bahan dikit" ajak Ibu saat mengusap-usap rambutku.

Ini yang aku suka dari ibu. Sejak kecil ibu sudah mengajari masak. Katanya, saat umurku 3 tahun aku suka sekali menemani ibu masak di restaurant, bahkan aku begitu antusias katanya.

Makanya, sejak kecil aku sudah terbiasa dengan dapur. Beda dengan Mba Vanya yang sangat tidak tertarik dengan masak, dia lebih tertarik berimajinasi sendirian. Terbukti, dari hasil karangan-karangan, dan gambar-gambar yang ia hasilkan begitu bagus.

Katanya sih, imajinasi. Saat dia berbicara seperti itu, tangannya bergerak membentuk setengah lingkarang di depan keningnya. Persis seperti spongebob.

"Luna lagi pegel, bu" kataku manja. Aku memang benar-benar pegal, entah kenapa. Padahal semalam aku tidur begitu nyenyak dipelukan Kak Tristan, bukan di kursi.

Entah kenapa, ibu tersenyum mendengar penuturanku. Entah apa maksud senyumannya, sangat tidak terbaca sekali. Huft...

"Yaudah kamu tiduran disini aja, ibu yang masak deh. Mau dimasakin apa? Tadi seadanya aja, ya?" Ibu tertawa. Huft, menawarkan, tapi ada batasnya... "Nanti kalo Mbamu udah balik, ibu masakin deh?" tawarnya lagi.

"Luna mau gurame asem manis, ayam bakar madu, sama..........." aku mengingat-ingat tentang apa yang aku inginkan beberapa hari ini. "Udang goreng tepung sama sambel goreng ati bu" jawabku.

"Heh? Banyak banget Lun. Kamu mau nyusahin ibu ya?" kata ibuku. "Yaudah ibu bikin ayam bakar madu sama sambel goreng atinya dulu deh. Gurame sama Udangnya ibu minta Vanya beli dulu ya?"

"Oke, bu.... Makasih yaaaa" kucium pipi ibuku dengan sayang. Ah, baik sekali dia... "Bu, satu lagi boleh ya? Luna mau sayur asem"

"Iya sayang, nanti ibu buatin ya" Ibu tersenyum lagi padaku.

Baik sekali Ibuku, yaampun...

Aku sampai bingung siapa yang tega membakar restaurantnya. Apa tujuannya? Apa maunya? Kenapa dia melakukan ini pada wanita sebaik ibuku?

Atau.... Ini hanya sebuah kecelakaan?

Ah, tidak mungkin! Feelingku mengatakan kalau ini sudah dirancang. Tapi, aku belum tau siapa yang merancang ini...

Tapi feelingku mengatakan, Merlyn...

Ah, berhenti! Jangan menyiram minyak tanah pada bangunan yang sudah terbakar, lagi! Habislah!

Bitter-Sweet Wedding ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang