Found

138K 5.5K 109
                                    

"Bodoh! Apa yang kau lakukan!"

"Aku hanya melaksanakan tugas yang kau berikan, membunuh anaknya"

"Heh wanita ular! Bukannya sudah kubilang jangan membunuh ibunya? Tapi yang kau lakukan adalah membunuh keduanya!"

"Ya, memang itu tujuanku sebenarnya! Kematian ibunya! Aku membenci wanita itu!"

"Dasar ular! Mulai detik ini urus hidupmu sendiri! Dan kerjasama kita berakhir sampai sini!"

Dua orang itu pergi dengan kemarahan di hati dan wajah masing-masing.

**********

Tristan kemarin menelpon Lea, ngajak ketemuan siang ini. Dan sore ini mereka ketemuan di salah satu cafe di dekat rumah sakit, yang kebetulan deket sama kantor Tristan.

Pembicaraan begitu alot terjadi diantara mereka. Tristan masih benar-benar yakin kalau Luna ada bersama dengan Lea, tapi Lea tak berbohong saat ia mengatakan kalau Luna tak bersamanya.

"Gak usah boong Le,"

"Gue musti sumpah demi apa sih supaya lo percaya? Luna gak sama gue!"

"Oh ya? Tapi dari pengalaman gue, waktu Luna kecil, dia kabur ke rumah lo!"

"Anjing! Lo masih bilang Luna kabur ke rumah gue waktu itu?! Dia cuma main!!" Lea geram akan tuduhan Trisitan yang dilayangkan untuknya.

"Udahlah, Le. Gak usah ngumpetin Luna, balikin istri gue. Gue kangen dia! Gue juga gak akan masukkin dia ke penjara" kata Tristan setengah berteriak. Hatinya sudah keram menunggu kedatangan Luna yang tak tau kapan.

Ia terlalu terpuruk, sampai tak bisa mengontrol segala emosinya, segala rasa rindunya, segala kesedihannya, segala rasa kehilangannya.

Dia terlalu kalut untuk kehilangan semangat hidupnya. Mataharinya.

"Demi Tuhan, Tristan, gue juga kehilangan Luna" Lea menahan emosinya. Ia juga merasakan apa yang Tristan lakukan. Luna adalah salah satu mentari untuknya.

Sosok ceria yang selalu terpancar dalam dirinya, ia tak akan menampakkan kesedihannya kalau bersama orang lain, kecuali jika bersama dengan Lea atau Ibunya.

Hanya Luna tempatnya mengadu kalau dia ada masalah keluarga.

"Tolong Le..." rintih Tristan tertahan. "Tolong kasih tau gue kalo ada info sekecil apapun tentang Luna"

"Iya Tan" Lea melirik sekilas jam kulit yang melingkat di tangan kirinya. "Gue musti kerja, lo istirahat aja"

"Thanks Le"

"Gue duluan"

***

"Luna, kamu sadar dong" pinta Edgar yang kini duduk disampingnya. Menggenggam tangan rapuh itu.

Ia sedih sekali menemukan Luna disalah satu rumah tua dalam keadaan mengenaskan. Sudah pingsan dan tergeletak begitu saja di lantai. Untung saja, Edgar cepat datang. Kalau tidak.........

Edgar menggenggam tangan Luna, dan ia menenggelamkan kepalanya diantara tangan itu. Tanpa ia sadar, air matanya menetes sedikit.

Tok tok tok

Edgar meletakan tangan Luna, dan langsung menghapus air matanya dengan kasar. Ia langsung berjalan ke arah pintu putih itu terletak.

Saat ia membuka, ada suster yang mengenakan baju biru muda dan seorang dokter cantik berdiri disana. Edgar menyingkir sedikit untuk memberi akses suster dan dokter itu masuk.

"Bapak suaminya?" tanya dokter itu.

"Oh... eh... I... Eh.. Bu.. Bukan dok" Edgar tergagap, ia bingung harus menjawab apa. Mana mungkin dia bilang, wanita itu sedang kabur dari suaminya.

Bitter-Sweet Wedding ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang