CHAPTER 19

30.6K 1.3K 94
                                    

BACA DARI AWAL KARENA BANYAK YANG BERUBAH!!!

Sesampainya di rumah, aku langsung mengambil novel dan membacanya berjam-jam, berharap bisa membuat hatiku jauh lebih tenang. Sayangnya, aku justru tak bisa konsentrasi. Mungkin lebih baik aku tidur, pikirku. Aku mengembalikan novel tadi ke raknya dan bersiap-siap tidur. Namun, saat aku hendak memejamkan mataku, tiba-tiba ponselku berdering. Alex yang menelpon rupanya. Apa dia menelpon karna Erna sudah mengatakan semuanya, ya?

 
“Kenapa, lex?” Aku menjawab panggilan itu dengan penasaran.

 
“Aku di depan rumahmu. Kamu keluar dulu sebentar, aku mau bicara!” Suara pria itu di telpon terdengar dingin. Aku sebenarnya agak takut menemuinya. Kalau-kalau dia datang bukannya membawa berita baik, tapi malah sengaja untuk memaki-makiku saja.

 
Tapi… namanya juga cinta, aku mengenyampingkan ketakutanku, mengambil jaketku dan berlari keluar. Sesampainya di luar, aku melihat Alex duduk termenung di kursi mobilnya. Bahkan saat aku masuk ke dalam mobilnya, dia tetap tak bergerak dari posisinya semula.

 
“Lex..,” panggilku lirih. Jantungku berdebar kencang, saking intensnya suasana di mobil pria ini.

 
Tanpa menoleh, dia tiba-tiba menyodorkan sebuah amplop coklat padaku.
 

“Apa... ini? Kok dikasih ke aku?!” Alex tetap tak bergeming. Aku bingung dengan tingkahnya ini. Seakan-akan dia muak dan tak mau bicara padaku. Karena tak sabar, aku langsung membuka dan mengeluarkan isi amplop tersebut. Betapa kagetnya aku ketika didalamnya berisi cek bertuliskan tiga ratus juta rupiah.

 
“Cek? Buat apa ini? Aku nggak ngerti-“ tanyaku bingung sambil memasukkan cek itu lagi ke dalam amplop coklat itu.

 
“Bukannya itu yang kamu mau? Untuk sementara, aku hanya bisa memberimu sejumlah itu. Kalau kurang, bilang saja, akan kuusahakan lagi.” Pandangannya masih saja mengarah ke depan dan seakan-akan menganggapku tak ada.

 
"Ha? Aku? Kapan aku minta uang dari kamu? Atau jangan-jangan... kamu mengira aku menikahimu karna menginginkan harta, iya?!"

 
Dia akhirnya menoleh kearahku tapi karna saat itu jalanan depan rumahku agak gelap, jadi susah bagiku untuk bisa melihat ekspresi wajah Alex.

 
"Nggak usah berpura-pura, An. Erna sudah memberitahu semuanya." Suara sahabatku ini terdengar seperti sedang menahan kemarahannya.

 
"Erna sudah memberitahumu? Apa memangnya yang dia bilang, sampai kau tiba-tiba memutuskan memberiku cek seperti ini?!" Kulemparkan balik cek itu ke arahnya. Cuma segini rupanya kepercayaan sahabatku ini padaku.
 

“Nggak usah akting lagi lah, toh cuma kita berdua sekarang di sini. Tampangmu aja yang kelihatan lugu dan tak berdosa, ternyata... Tapi percuma saja kalau kamu masih mencoba untuk menipuku lagi. Erna sudah menceritakan segalanya. Dari mulai alasan kenapa Erna pergi lima tahun yang lalu sampai kenapa hari ini kamu memutuskan menerima tawaran pernikahan dari papa mama.”

 
Aku semakin pusing mendengarnya. Kenapa sih Alex mesti berbelit-belit ngomongnya. “Lha iya… makanya kasih tau aku, emangnya dia bilang apa?!”

 
“Erna bilang kalau kau menyukaiku.” Aku langsung membeku di tempat dudukku. Aku tak menyangka Erna bisa tau perasaanku sebenarnya.
 

“Tapi yang sebenarnya membuatmu menyukaiku adalah harta dan tingkat sosial yang dimiliki orang tuaku. Sehingga saat kamu tau keluarga Erna terpuruk, kamu mulai mempengaruhi dan mengintimidasi Erna untuk pergi dariku dengan alasan dia sudah tidak pantas bersama denganku. Dan waktu aku kecelakaan, kamu lantas memakai alasan itu untuk mencoba cari muka dihadapanku dan keluargaku. Kamu ingin menampilkan kesan sebagai sahabat sejati dan calon menantu potensial. Hebat Anna... Kamu benar-benar hebat. Aku tidak percaya aku bisa sedemikian tertipunya olehmu.”
 

“Haaaa? Kamu nggak lagi mengigau kan? Pakai pikiranmu dikit, lex… aku aja taunya keluarga Erna bangkrut itu sejak saat kita pergi bersama-sama ke rumahnya yang disita waktu itu. Lagipula, apakah memaki-maki dan menjitakmu beberapa kali waktu itu, juga termasuk sebagai rencanaku untuk menjadi calon menantu potensial keluargamu?! Bodoh! Pakai otakmu yang pintar itu sedikit. Pikir dulu siapa yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar, trus datang-datang langsung minta balikan ke kamu. Datangnya juga dengan penampilan yang berbeda lagi, mirip dandanan wanita yang suka menjajakan tubuhnya ke mana-mana! Siapa yang lebih cocok disebut pengincar hartamu? Dia atau AKU?!”
 

“Diam kamu! Jangan limpahkan kesalahanmu ke Erna. Gara-gara kamu, dia sudah banyak menderita. Kalau saja aku tau kamu dalang semua ini, aku sudah mengusirmu pergi dari hidupku sejak dulu. Jadi tolong terima saja uang ini dan batalkan niatmu untuk menikahiku. Cewek kayak kamu nggak pantas bersanding denganku,”tegas Alex dengan kejamnya. Dia bahkan melempar amplop berisi cek itu lagi ke mukaku.

 
“Tujuh tahun lex… kita bersahabat. Apakah selama tujuh tahun ini kau tidak mengenalku sama sekali? Bukankah katamu selain tante dan Erna, aku adalah perempuan yang kamu percayai, lantas mengapa sekarang kamu begitu mudahnya berbalik dan mencurigaiku?” Aku mencoba meredam emosiku yang hampir membuatku meledak dalam kemarahan. Mungkin saja kalau aku menasehatinya lembut, dia akan sadar dengan sendirinya.
 

“Kalo soal percaya, tentu saja aku percaya. Tapi aku mulai meragukannya saat dengan gampangnya kamu menerima tawaran pernikahan itu padahal kamu sudah berjanji padaku akan menolaknya. Kamu ingkar janji dengan mudahnya. Tapi sekarang aku sudah tau kalau ternyata semua ini adalah bagian dari rencana busukmu.”

 
“Rencana busuk apa, lex? Aku melakukan itu hanya untuk melindungimu dari tipu muslihat Erna. Sekarang dia malah membalikkan tuduhan itu padaku. Tolong percayalah apa yang kukatakan! Ernalah yang ingin menikahimu demi harta, bukan aku!”teriakku histeris. Tangisku tumpah saking frustasinya. Nggak adil rasanya semua ini buatku! Aku hanya ingin menolongnya. Dan sekarang bocah setan ini malah menuduhku yang tidak-tidak.

 
“Sudah kubilang jangan libatkan Erna! Dia mencintaiku, dia bukan tipe cewek yang tega melakukan semua yang kamu tuduhkan itu!”balas Alex tak kalah kerasnya. Dia bahkan tak peduli kalau aku menangis. Padahal dulu, dia yang paling cepat menyeka air mataku saat aku menangis.

 
“Jadi maksudmu… dia tak pantas dituduh sebagai pengincar harta, sedangkan aku pantas, gitu! Sial, lex! Bisa nggak kamu Dengarkan aku sekali saja!” 

 
“Kamu sudah kehilangan hakmu untuk didengarkan! Sudahlah… tak ada gunanya membahas semua itu lagi. Yang harus kamu lakukan adalah terima uang ini dan pergi jauh-jauh dari hidupku!”
 

Dadaku sakit sekali.... Rasanya bagaikan dihantam bertubi-tubi. Ternyata bagi Alex aku nggak ada artinya dibandingkan Erna. Ingin sekali aku membencinya dan membatalkan pernikahan kami, tapi aku nggak bisa! Aku sudah terlanjur jatuh jauh ke dalam rencana yang kubuat sendiri.
 

“Pulanglah, lex dan bawa pergi cek ini bersamamu. Jika memang kamu percaya bahwa aku ingin menikah denganmu karna harta, maka anggap saja itu benar. Dan keputusanku tidak berubah. KAMU akan tetap menikah denganku!”seruku lantang seraya meletakkan cek tersebut di telapak tangan Alex.

 
“Dasar nggak tau malu! Benar rupanya kata Erna. Perempuan murahan itu pantas disematkan padamu!” Alex menyemprotku dengan makiannya lagi. Rasanya sakit sekali, tapi jelas saja pria di sampingku ini takkan bisa mengerti perasaan itu.

 
“TERSERAH!”jawabku sambil membuka pintu mobil dan pergi keluar meninggalkan Alex yang memanggil-manggilku dengan geram.

 
***
 

PERNIKAHAN PARO WAKTU  [#wattys2022]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang