7. KEMBALINYA CINTA PERTAMA

44.8K 1K 55
                                    

BACA DARI AWAL KARENA BANYAK YANG DIRUBAH!!!

Seminggu setelahnya, aku menolak untuk datang ke rumah Alex. Hatiku masih terasa sakit dan aku tak yakin akan bisa menahan tangisku jika bertemu dia. Tapi dasar Alex nggak tau situasi, dia tak henti-hentinya menelpon. Sehari bisa sampai lima atau enam kali. Aku tidak mau bicara dengannya, jadi selalu mama atau papaku yang mengangkat telepon. Aku tau keluargaku pasti bingung dengan tingkahku tapi mereka biasanya tidak akan ikut campur sebelum aku sendiri yang cerita dan meminta pendapat mereka. Dengan demikian aku sedikit lega karena tidak harus menjelaskan semuanya kepada mereka.

Aku pun mulai menyibukkan diri dengan cari-cari info kampus jurusan sastra asing yang cocok buatku. Aku berharap dengan begitu pikiranku sedikit teralihkan dari Alex. Untunglah, setelah mondar-mandir, akhirnya aku menemukan kampus yang bagus. Kontan saja, aku langsung memutuskan untuk cepat-cepat mendaftar ke kampus tersebut. Tapi saat aku baru sampai di depan pintu, aku di kagetkan dengan kehadiran Alex yang muncul dengan wajah yang nyengar-nyengir.

"Mau daftar ke kampus ya, hehehe... ayo aku antar." Aku langsung membuang muka dan cepat-cepat melangkah menuju motorku.

"Kamu mau naik motor kesana? Nggak enak lho, panas dan berdebu lagi. Mendingan naik mobilku, dingin dan bebas debu," cerocosnya sambil menggerak-gerakkan tangan bak orang yang sedang membaca puisi.

"Tidak perlu! Minggir!" tolakku sambil mengibas-ibaskan tanganku mengusirnya tapi bukannya minggir, Alex malah menangkap tanganku seraya berkata, "Maafkan aku, An."

"Tuh kan... jantungku berdebar-debar lagi!" celetukku tak sadar.

"Ha? Jantungmu kenapa? Kamu sakit?" ujarnya kuatir sambil tiba-tiba menyentuh dadaku.

"Kurang ajar! Kamu nyentuh bagian mana itu!" teriakku sambil menepis tangannya dan menjitak kepalanya keras-keras.

"Auwwww... aku kan cuma meriksa jantungmu. Lagian aku nggak menyentuh daerah terlarang kok. Kamu aja yang berlebihan."

"Apaaa...? Berlebihan? Aku tahu kamu pasti sengaja, kan? Sengaja mau buat aku tambah marah lagi ya?!"

"Jangan marahlah. Oke gini aja. Sebagai gantinya kamu bisa menyentuh dadaku. Nih... sentuhlah sepuasmu!" rayunya seraya menempatkan telapak tanganku di dadanya.

"Apa ini! Nggak adil. Dadamu seperti papan cucian."

"Ya iyalah. Kalau sampai ada tonjolannya berarti tumor. Mati dong aku..."

Mendengar itu aku langsung tertawa terbahak-bahak. Seketika itu juga hilang rasa kesalku. Dasar memang cinta itu benar-benar aneh. Dia bisa membawamu terbang ke awang-awang tapi di saat bersamaan juga bisa melemparkanmu dengan kerasnya ke bumi.

Seperti itulah cinta membawaku hari demi hari terombang-ambing pada status hubungan yang tak jelas dengan Alex. Beberapa kali memang aku mengingatkan diriku betapa Alex tidak mencintaiku dan masih saja mengharapkan kembalinya Erna. Namun, hatiku tetap saja tidak mau menurut. Rasa cintaku malah semakin dalam. Semakin dalam sehingga membuatku sering terluka karenanya.

.

Lima tahun telah berlalu sejak hari itu. Dari seorang gadis aku beranjak dewasa menjadi seorang wanita. Banyak hal yang berubah dariku, dari mulai cara bicara, cara berpikir sampai caraku menyikapi suatu masalah. Tapi walaupun banyak yang berubah dariku, rasa cintaku pada Alex tidak pernah berubah.

Dan di sinilah aku sekarang, di restoran kesayangan kami berdua, masih saja menunggu si tukang telat itu untuk datang.

Sudah tiga puluh menit berlalu sejak dia mengirimkan pesan singkatnya 'OTW' tadi dan bocah itu masih saja belum muncul. Aku tau sudah jadi kebiasaannya selalu datang telat ketika janjian denganku kesini, tapi harusnya hari ini dia menepati janjinya dan datang duluan.

PERNIKAHAN PARO WAKTU  [#wattys2022]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang