22. BIBIR YANG ASING

21.7K 1.3K 191
                                    

Baca Dari Awal Ya!

ALEX'S POINT OF VIEW

“Sudahlah… kamu pergi aja sana fitting baju sama calon istrimu itu! Aku bisa sabar kok, walaupun kalian memperlakukan aku seperti ini!"cetus Erna kesal sambil membuang mukanya dariku. Hatiku nggak enak melihat itu. Wanita itu berhak marah. Mana ada wanita yang mau kekasihnya menikah dengan wanita lain. Terlebih lagi, jika wanita yang dinikahi kekasihnya itu adalah wanita yang sama yang pernah membuatnya menderita.

Aku juga nggak habis pikir. Bagaimana bisa, Anna yang aku kenal baik, ternyata adalah wanita yang begitu licik dan keji. Lihat saja caranya dia, waktu datang ke kantorku waktu itu. Padahal maksud kedatangannya adalah memintaku supaya membujuk papa mamanya perihal pernikahan kami. Tapi wanita itu benar-benar tak tahu malu. Dia malah mempergunakan ancaman papa yang akan mengeluarkanku dari keturunan keluarga Tjandra kalau aku nggak menikahi Anna.

Licik, pikirku kesal. Untunglah… aku tak sebodoh yang dia kira. Kalau dia ingin memperalatku, maka aku pun bisa membalikkan taktik itu dan memintanya untuk menandatangani perjanjian yang aku buat. Ide itu sebenarnya sudah muncul detik aku menerima pernikahan konyol itu. Tapi tak tahu bagaimana mencetuskannya di hadapan Anna. Untunglah, kesempatan itu datang justru dari mulut wanita itu sendiri. Saat dia dengan bodohnya jatuh dalam perangkapku dan menandatangani surat perjanjian itu, dia secara tak sadar sudah menyetujui bahwa takkan ada lagi perlakuan manis suami dalam kehidupan rumah tangganya selama lima tahun ke depan. Tentu saja, setelah lima tahun itu berlalu, aku akan segera menceraikannya.

Mana mungkin aku tetap menikahi wanita licik itu selamanya. Melihatnya saat di rumahnya waktu itu saja, sudah membuatku muak. Wanita itu diam saja dalam pelukanku dan wajahnya juga tampak memerah. Padahal aku hanya berpura-pura saja dan dia tahu itu. Mungkin dia mengira, aku bisa jatuh dalam perangkapnya dan bisa jatuh cinta dengan mudahnya pada wajahnya yang polos itu. Salah besar! Karna detik aku tahu kejahatannya, wajah polos itu malah membuatku ingin muntah.

Jauh lebih baik Erna. Walaupun dandanannya sekarang terlalu mencolok dan berlebihan, tapi setidaknya Erna tak hidup dalam kepalsuan, tidak seperti Anna.

“Aku nggak mungkin datang fitting baju sama wanita itu, Er. Kamu tahu sendiri aku tak suka dengannya. Please jangan marah-marah terus. Kau tahu sendiri aku terpaksa melakukan ini. Kalau nggak karna ancaman papa, sampai matipun, aku nggak akan mau menikahi cewek lain, selain kamu. Sabarlah sebentar… setelah aku bisa mendapatkan kuasa penuh atas café ini, aku akan segera menceraikan Anna dan menikahimu. Memang sih hal itu perlu sampai lima tahun untuk mendapatkannya. Karna itulah yang disyaratkan papa. Sungguh Er… yang aku sayang cuma kamu!”

“Iya kamu ngomongnya gini sekarang. Tapi nanti tiba-tiba kamu jatuh cinta dan tidur dengan dia gimana? Alamat deh, aku pasti ditinggalkan,” jawab Erna masih dengan raut wajah kesal.

“Ya nggak mungkin lah! Wong kita tidurnya terpisah kok nanti. Tenang aja… nggak pernah ada di benakku untuk menyentuh wanita licik itu. Lagipula wajahnya kan tak menarik… tubuhnya juga biasa-biasa saja, jadi mana mungkin aku selera untuk menyentuhnya. Cuma kamu yang sampai saat ini membuatku gemetar karena cinta dan gairah. Masak sih sedikitpun kau tak percaya.”

Erna menatapku dengan matanya yang sendu. Dengan perlahan dia berjalan ke arahku dan melingkarkan tangannya ke leherku seraya berbisik, “Kalau gitu buktikan!”

Ini nih… uda kode keras nih. Buat apa tunggu lama lagi. Lenganku melingkar erat di pinggangnya dan menariknya dekat ke tubuhku. Inilah wanita yang kucintai. Dia pas dalam pelukku dan terasa manis saat bibirku akhirnya menyentuh bibirnya. Tak mungkin lagi aku salah pilih. Wanita inilah yang aku perlukan dalam hidup.

Walaupun ya… gerakan-gerakan bibir Erna sesaat terasa beda di bibirku. Dulu dia tak menciumku dengan seperti ini. Biasanya, dia lebih banyak diam dan membiarkanku untuk memimpin setiap cumbuan yang kita lakukan. Beda jauh dengan apa yang dilakukannya sekarang. Aku yang awalnya mengecupnya, tapi tiba-tiba saja, bibirnya bergerak sedemikian rupa dan membuat mulutku terbuka. Saat itulah lidahnya masuk dan menjelajah begitu intensnya hingga membuat nafasku seakan tersedot olehnya. Badanku panas oleh gairah dalam beberapa detik saja di tengah-tengah lihainya permainan bibirnya. Tapi entah kenapa… hatiku berkata lain. Ada sesuatu yang tak tepat di sini. Aku merasa sedang bercumbu dengan wanita asing.

Rasa aneh itu entah kenapa… terus bertumpuk di benakku dan memadamkan gairahku yang tadi sempat membara. Saat itulah, tanpa sadar, bibirku menjauh cepat. “Tunggu… tunggu… bentar ya… bisa kamu menjauh sedikit, Er. Aku perlu bernafas sebentar!”

Erna tampak tersenyum dengan nakalnya ke arahku. Dia bahkan mengedipkan satu matanya untuk menggodaku. “Kenapa sayang? Apakah aku membuatmu bergairah? Nggak apa-apa… wajar. Kita kan sepasang kekasih. Kalau kau mau melakukan yang lebih mungkin kita bisa-“

“Ha? Enggaklah! Gila apa! Kita ini belum menikah, Er.” Aku bahkan sempat meloncat dari tempat dudukku dan berjalan agak jauh untuk memberikan jarak antara kami.

“Kok malah maki-maki?! Apa memang salahnya. Kau dan aku saling suka. Banyak yang melakukan hal seperti ini, lex. Mereka hanya menyembunyikannya karena tak mau dicap jelek oleh lingkungan sekitar. Lalu apa salahnya kalau kau dan aku juga melakukan hal yang sama. Tidak akan ada yang marah… tidak akan ada yang tau!” protes Erna, tampak tak mengerti maksud hatiku.

“Nggak ngerti aku cara berpikirmu sekarang. Kau pikir karna banyak orang yang melakukan, lantas aku mau juga mengikuti jejak mereka. Lagian siapa sih orang-orang yang kau maksud itu. Sepengetahuanku orang yang baik berteman dengan orang-orang yang baik pula. Jangan-jangan kau berteman dengan para berandalan di bar tempatmu bekerja ya! Er… tingkahmu tadi sungguh tak seperti kau yang dulu!” bentakku emosi… kami berbicara di taman belakang restoran. Tak ayal orang di dapur sampai beberapa kali terlihat melongok untuk mengecek apa yang terjadi.

Tampaknya kemarahan Erna ikutan tersulut. “Jadi maksudmu aku bertingkah seperti wanita murahan gitu sekarang. Brengsek, lex. Aku hanya melakukan ini karena aku mencintaimu. Mungkin saja kau tak terlalu mencintaiku, jadi tak merasakan dorongan yang sama dengan apa yang kurasakan saat bersamamu. Saat memeluk dan bercumbu denganmu, jujur aku tak bisa menahan diriku lagi. Aku ingin melakukan apapun denganmu. Aku ingin berada serumah denganmu agar aku bisa melakukan banyak hal denganmu, termasuk tidur bersama. Hanya denganmu aku melakukan ini. Itu karena aku pikir kau itu milikku. Wah… tak kusangka, kau malah mengira aku sebagai wanita murahan!”

Aku terkejut mendengar jawaban Erna. Ternyata aku salah menilai kekasihku ini. Entahlah kenapa aku bisa sebodoh ini. Kenapa aku tak bisa mengenali kalau apa yang dilakukannya, hanyalah karena dia terlalu mencintaiku. Dia berubah mungkin karenaa merasa aku akan menyukai hal yang dilakukannya tadi. “A-aku nggak ngerti Er… sorry banget. Aku pikir tadi kamu sudah terpangaruh dengan orang-orang di tempat kerjamu. Aku minta maaf sayang. A-aku nggak ngerti kenapa aku bisa kacau seperti ini.”

“Sudahlah… aku sudah terlanjur kesal. Aku mungkin tidak sepolos Anna dari segi penampilan. Tapi aku tak pernah memberi kepalsuan padamu! Ya sudah… aku lebih baik pulang daripada terhina nanti. Nggak usah telpon-telpon aku lagi deh, kalau sikapmu masih seperti ini!” Erna menghentakkan kakinya, untuk menyatakan kekesalan dan mengambil tasnya untuk segera pergi meninggalkanku.

“Tunggu dulu, Er. Biarkan aku jelaskan dulu… kamu jangan ngambek lagi dong.” Aku meraih tangannya, tapi dia menepisnya begitu saja.

Yang menambahku kesal, justru saat itulah mama tiba-tiba menelponku. “Apaan sih ma. Kan aku biang aku masih sibuk! Tunggu bentar lagi kenapa sih.”

“Lex… papamu datang. Cepat kamu datang, sebelum kena marah nanti!”

Arghhhh… kenapa sih terus-terusan aku dicekik sana sini. Tidak bisakah aku bernafas sebentar saja. Ini malah semua seakan-akan berkumpul menjadi kubu membela Anna dan akhirnya aku yang harus jadi sasaran menyenangkan hati ‘Tuan Putri’ Anna.

***

PERNIKAHAN PARO WAKTU  [#wattys2022]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang