13.

1.6K 123 16
                                    

Gi memejamkan matanya takut Harry mendengar debaran jantungnya yang dari tadi sudah coba ia redam. Jika Harry berkata seperti itu lagi, mungkin jantungnya akan jatuh ke pangkuannya.

Mereka akhirnya sampai di sebuah hotel. Gi baru sadar ternyata restoran ini terletak di dalam hotel mewah yang ada di hadapannya. Jujur saja, Gi sendiri belum pernah masuk ke hotel itu maupun restorannya. Di samping karena harganya yang tidak sesuai dengan kantong Gi, restoran itu berada cukup jauh dari tempat tinggalnya.

Setelah Harry dan Gi turun dari mobil, Harry langsung menuju seorang pria botak yang berdiri di dekat pintu masuk.

"Sudah reservasi atas nama siapa?" tanya pria itu ramah.

"Harry Styles." jawab Harry pelan.

"Ah, Mister Styles. Mari saya antar." jawab si pria botak itu sambil tersenyum lebar.

Gi dan Harry berjalan mengikuti langkah pria itu ke dalam restauran. Restoran itu lumayan ramai malam ini. Pilar-pilarnya yang berwarna belang putih dan abu-abu menahan langit-langit ruangan besar itu dengan kokoh. Warna kursi dan taplaknya pun begitu serasi dengan warna lampu dan menambah kesan elegan serta mewah pada restoran itu.

Pria botak tadi menempatkan Harry dan Gi di salah satu meja yang berada di samping kanan ruangan dan tidak terlalu dekat dengan lantai tengah ruangan. Gi menebak apakah Harry memesan tempat di situ karena ia tidak ingin jadi pusat perhatian malam ini? Belakangan ini pun Harry sedang menghilang dari dunia maya. Tapi, mau Harry ada di mana pun juga pasti ada saja yang bakal memintanya untuk berfoto, tentunya juga restoran ini. Siapa yang tidak kenal Harry?

Pria botak itu meninggalkan Harry dan Gi dan kemudian pelayan lain menghampiri meja mereka berdua. Pelayan yang kali ini adalah seorang perempuan, datang terlihat berwajah lebih ramah dengan rambut berwarna pirang bergelombang tertata rapi.

"Selamat malam, Sir. Silahkan menunya." kata perempuan itu dengan nada yang genit. Gi memutar bola matanya sambil mendengus.

"Ah, maafkan aku. Aku sudah pesan menunya lewat telepon tadi siang, bisa kau keluarkan sekarang makanan pembukanya?" tanya Harry cuek. Sepertinya ia tidak mendengar suara genit si pelayan.

"Baiklah, Mister Styles. Saya akan segera kembali dengan pesanan anda." kali ini suara perempuan itu lebih genit daripada yang sebelumnya.

Gi mendapati dirinya memberengut dan dongkol. Entah kenapa mendengar suara perempuan itu rasanya menyebalkan. Bisakah hari ini dia menikmati makan malamnya dengan tenang tanpa ada gangguan macam pelayan itu?

Harry malah terdiam memandanginya seakan-akan tidak menyadari usaha pelayan perempuan tadi. Ia menatap ke Gi dan Gi menangkap tatapan Harry yang kemudian membuat Harry memalingkan wajahnya.

"Hei, Harry. Penggemarmu rupanya banyak sekali ya." Gi pun membuka obrolan.

"Hah? Kenapa kau bisa bilang begitu?" Harry mengangkat kedua alisnya heran.

"Tidak, kau memang tidak sadar pelayan tadi berusaha menggodamu? Yah, memang belum terlalu sih. Tapi lihat saja setelah ini." jawab Gi sinis.

Harry tersenyum. "Ya sudahlah, namanya juga penggemar. Lagipula mungkin dia memang kalau bekerja seperti itu."

Gi mendesah malas. Ia harap hidangan pembuka yang dipesan Harry segera datang dan bisa memuaskan perutnya yang kosong.

Lima menit kemudian, makanan yang ditunggu-tunggu pun datang. Begitu juga dengan pelayan perempuan yang tadi sudah datang sebelumnya. Ia sengaja menaruh makanan-makanan tadi sambil membungkuk dan mengamati wajah Harry tanpa sedikit pun memperdulikan Gi.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang