48.

857 73 11
                                    

Malam itu Harry memutuskan untuk menginap lagi di flat Gi. Sebenarnya bukan sepenuhnya keinginan Harry, tapi lebih kepada kemauan Gi untuk ditemani oleh Harry. Gi sudah mengalami banyak peristiwa akhir-akhir ini dan Harry membantu Gi menentukan apa yang harus dilakukan untuk ke depannya.

Tentang pemberhentian pekerjaan Gi, Gi sudah memutuskan untuk menerimanya saja walaupun setengah hati. Harry mendorongnya untuk mencari pekerjaan di tempat lain dan berjanji untuk membantunya. Tapi mungkin Gi ingin istirahat lebih dulu dan beradaptasi dengan kehidupan barunya. Ia belum siap ditolak jika melamar pekerjaan baru.

Yang menurut Gi lebih mudah dipikirkan adalah masalah ayahnya yang belum bisa menerima Harry sepenuhnya. Untungnya ayah Gi masih memberi Harry kesempatan. Gi teringat perkataan ayahnya untuk mengenalkan Harry kalau ia sudah lebih dari status 'berteman', tapi bagaimana mau memperkenalkan kalau ayahnya akan bersikap buruk pada Harry saat saling bertatap muka.

Harry jadi ikut heboh setelah mendengar ucapan ayah Gi langsung dengan telinganya sendiri. Laki-laki itu jadi panik padahal apa yang seharusnya ia khawatirkan kalau ia menyadari bahwa dirinya adalah Harry Styles. Seorang superstar rupanya juga manusia yang bisa kurang percaya diri jika harus bertemu dengan orangtua dari pacarnya.

Gi tengah menelepon ibunya dan membiarkan Harry menonton film favoritnya. Gi tidak mampu kalau harus mendengar Harry terus menerus mengoceh tentang rasa minder dalam dirinya. Sebenarnya menelepon ibunya di Indonesia adalah salah satu cara Gi untuk kabur dari Harry, selain menyetel film untuk pria itu.

"Kenapa ayah tidak bisa menerima Harry sementara ia bisa menerima Mike dengan mudahnya?" ucap Gi menggunakan bahasa ibunya. Ia sengaja karena ia tidak mau Harry menguping obrolannya dengan sang ibu.

Ibu Gi menjawab, "Kau tahu kan kalau ayahmu sudah berkerabat dengan ayah Mike jadi tidak sulit untuknya menerima Mike?"

"Tapi Mama tahu kan kalau Harry beda dengan Mike?"

"Iya, Mama tahu. Justru karena ceritamu, Mama ingin tahu bagaimana Harry sebenarnya." balas ibu Gi.

Gi diam sejenak lalu berkata, "Mama mau kenal lebih jauh dengan Harry? Walaupun Harry sudah membuat Gi terlihat jelek di media?"

"Iya, Gi. Mama tidak masalah bagaimana latar belakang keluarga Harry atau bagaimana dia di media dan sebagainya. Mama lebih suka menilai seseorang secara langsung dengan berkenalan."

Sekilas senyuman tersungging di wajah Gi. Ia memang tidak salah mengandalkan ibunya. Ibunya tahu bagaimana kebiasaan sang ayah selama ini. "Lalu apa yang harus aku lakukan pada ayah?"

"Biar Mama yang bicara dengan ayahmu. Gi tahu kan ayah seperti apa kalau sudah tidak suka dengan seseorang? Tenang saja, ayahmu itu bisa merubah pandangannya terhadap seseorang kok."

"Iya, Ma. Gi hanya tidak mau terulang saja kejadian Tia dan Kevin dulu." gumam Gi pelan.

Mengulang kejadian yang sama seperti adiknya sangat dihindari Gi saat ini. Ia tidak mau berhubungan dengan seseorang tanpa diketahui orangtuanya. Apalagi dengan tipe laki-laki seperti Harry.

"Mama ngerti, Gi tenang saja. Asal Harry mau terbuka dengan Mama dan Ayah, semua pasti beres. Jangan lupa ingatkan Harry untuk bersiap bertemu Ayah dan Mama. Sekarang mama telepon ayahmu supaya ia bisa sedikit melunak."

"Iya, Ma. Aku butuh bantuan Mama saat ini." Gi bersungguh-sungguh saat mengatakan hal itu. Ia tahu hanya mamanya yang bisa meyakinkan ayahnya.

"Kau tahu kalau kau bisa mengandalkan mamamu ini." Ibu Gi terdengar yakin dan kemudian ia memutus sambungan teleponnya.

Setelah itu, Gi kembali ke sofa dan duduk di depan televisi bersama Harry. Harry tampak lebih baik daripada sebelumnya. Wajahnya terlihat lebih cerah. "Bagaimana kata ibumu?" Harry langsung bersemangat saat Gi kembali. Sepertinya dia memang sudah menunggu-nunggu kabar dari Gi.

the lucky one (h.s./l.p.) | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang