DUA BELAS

10.6K 393 11
                                    

Mianhae, Typo bertebaran☺
Happy Reading💕
.
.
.

Saat nama ku dipanggil sebagai lulusan dengan nilai tertinggi, aku segera berjalan keatas panggung untuk bersalaman dengan para dosen ku.

Suara tepuk tangan dan teriakan semakin menjadi saat aku sudah naik di atas panggung.

"Selamat." ucap salah seorang dosen padaku.

Aku tersenyum dan menjabat tangannya. "Terima kasih pak."

Aku berjalan menjabat setiap tangan dosen yang berdiri diatas panggung. Sampai akhirnya aku menjabat tangan dosen yang berdiri di barisan paling akhir.

Aku mengulurkan tangan ku, tetapi dosen itu tidak kunjung membalas jabatan tangan ku.
"Permisi pak. Saya ingin berjabat tangan dengan anda." ucap ku saat dosen tersebut tetap diam tidak bergeming.

Aku sedikit penasaran dengan dosen satu ini. Ia begitu tertutup dan selalu menundukkan kepalanya tanpa mau menatap. Tapi aku tidak terlalu memikirkannya.

Aku memutuskan untuk melewati dosen terakhir dan berjalan untuk turun dari panggung. Tetapi mendadak tangan ku ditarik dan aku sudah masuk kedalam dekapan seseorang.

Aku meronta ingin dilepaskan saat orang tersebut mendekap ku semakin kuat.
"Ini namanya kurang ajar ya pak. Tolong lepasin saya." ucap ku dengan terus berusaha melepaskan pelukan orang asing ini.

"Maafin aku."

Bisikan suara itu, aku mengenalinya. Tubuh ku juga sudah tidak ingin meronta untuk dilepaskan dari pelukannya. Aku memukul dadanya sambil terisak di dalam pelukannya.

Pria yang membuat ku dua hari ini gelisah. Dia Raefal. Aku terus memukul dadanya dan terisak. Raefal semakin menguatkan pelukannya padaku.

Sementara itu, teriakan histeris semua orang yang melihat memenuhi gedung ini. Tapi, aku tidak peduli dengan suara teriakan atau orang yang bingung melihat sikap kami diatas panggung.

Raefal melepaskan pelukannya dan menatap ku. Menangkup kedua pipi ku dengan kedua tangan besarnya yang kekar. Raefal menghapus air mata ku yang berhasil turun menghapus make up ku.

Raefal menarik ku menuju tengah panggung, ia mengambil mic dari tangan pembawa acara. Aku hanya melihatnya dengan tatapan kecewa. Sementara Raefal terus tersenyum kearah ku.
"Jangan menatapku seperti itu. Aku ngga suka tatapan kecewa yang keluar dari mata kamu." ucapnya dengan mengusap mata ku menggunakan ibu jarinya.

"Semalam. Aku memang pria brengsek yang rela menyakiti hati seorang gadis yang sangat berharga bagi ku. Tapi aku punya penjelasan untuk itu."  lanjut Raefal dengan wajah serius dan menatap ku.

Ucapannya, berhasil membuat sesuatu yang ada di dalam diriku mencelos. Hati ku terasa sakit saat mendengar ucapan itu. Dia memang brengsek. Tapi aku masih mencintainya.

Raefal menggengam tangan ku. Lalu mengusapnya dengan lembut yang memberikan kenyamanan bagiku.
"Kalo di rumah kamu ngga mau ketemu sama aku dan ngga mau dengerin penjelasan ku. Aku rela minta maaf di hadapan semua orang seperti ini, demi kamu."

Air mataku kembali turun saat Raefal berlutut dihadapan ku, seperti orang yang sudah kelewat batas. Aku menggeleng dengan keras dan menarik lengan Raefal untuk kembali bangun.
"Jangan lakuin itu." lirih ku.

Raefal menatap ku dalam. Jemari tangannya kembali menghapus air mataku.

"Maafin aku. Aku emang pria bodoh yang tega sakitin hati gadis seperti kamu. Alasan ku, mungkin terdengar basi karena hanya lupa buat kabarin kamu. Aku terlalu sibuk buat nyari bahan presentasi di kantor. Dan soal kamu lihat aku sama Sofia. Itu kita habis selesai meeting, dan kebetulan kita janjian sama klieen di resto dekat perumahan kamu." jelas Raefal dengan menatap ku sendu.

Stay With Me, My DearWhere stories live. Discover now