Bab 19

14.3K 1.6K 82
                                    

Karena rindu itu harus dituntaskan, bukan dipamerin di Instagram. Kayak gak ada nyali untuk nelpon aja.
-Gi terkena malarindu dan terlalu nekad-

>><<

PaGi : Sudah sehat?

Itulah pesan pertama Aria dapatkan di hari Selasa pagi saat ia hendak berangkat kerja. Aria tersenyum lalu mengetikan balasan untuk Gi.

Aria : Lebih baik dari sebelumnya :)

PaGi : Good. Pakai masker?

Aria terkekeh lalu menyalakan fitur kamera di roomchat kemduian mengambil foto selfienya yang menggunakan masker. Dikirimnya foto itu sambil tersenyum samar dibalik maskernya.

Aria : Biar PUAS!

Gi membacanya lalu mengetikan sesuatu.

PaGi : (y) (y)
PaGi : Lebih baik. Jangan lupa vaksin kalau sudah sehat.

Aria cuman bisa tersenyum samar. Sikap Gi benar-benar menunjukkan kalau dia sudah siap jadi seorang ayah. Bahkan untuk megasa kemampuan kebapakanya itu Gi malah menjadikan Aria objeknya.

Aria : Iya, Papa :*

Aria menyeringai. Sekalian saja ia menjadi anak Gi sesungguhnya! Biar sempurna akting ini!

PaGi : Oke, Mama :*

Aria melotot dengan balasan Gi yang malah memperlakukannya seperti seorang istrinya. Inginnya mempermainkan Gi, malah Gi yang ikut bermain. Sedangkan Gi yang ada di Tangerang menyeringai lebar. Memangnya cuman Aria yang bisa akting? Gi juga bisa! Lagian Gi lebih tinggi jam terbangnya dari Aria dan lagian pasangan papa itu mama'kan?

>><<

Hari terasa berjalan dengan lamban, entah karena kelas yang Gi ajar tidak sekondusif seperti biasanya atau memang waktu memang berjalan lama? Biasanya Gi dikejar waktu untuk ngurus ini itu hingga ditelpon mahasiswa karena tidak ada kabar mengenai konsultasi. Gi jengkel ketika jam bergerak lama kemarin masih bergerak cepat apalagi kalau sama Aria semakin bergerak cepat! Seakan-akan mendukung argumen Aria kalau tiap jam dia kian menua dan waktu terus bergerak dengan cepat tanpa jeda.

Gi mendudukan pantatnya di kursi kerjanya. Ia menghela nafas karena lagi-lagi ada saja paper mahasiswa yang tanggal kumpulnya sudah lewat. Ini adalah pekerjaan yang paling malas ia lakukan memeriksa paper ketinggalan kloter periksa. Diliriknya jam yang tergantung di dinding lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana sekedar untuk mengecek notifikasi email.

Jam segini pasti Aria sedang dilanda stress karena bosnya selalu memberi tugas yang selalu mustahil dikerjakan sendiri. Gi tersenyum saat ia teringat akan Aria. Wanita bawel, ceroboh, cuek dan tidak terprediksi. Gi memusnahkan pikirannya dari bayang-bayang Aria, sebagai dosen dia harus lebih menjaga imagenya untuk tetap terlihat berwibawa walau ramah. Jangan sampai dia dianggap gila karena senyam-senyum sendiri.

Mumpung masih jam istirahat Gi memilih untuk menyegarkan pikirannya dengan melihat isi Instagramnya. Untuk followers lumayan banyak dengan komposisi followers Gi itu adalah muridnya sendiri. Kadang Gi bingung kenapa muridnya begitu kepo dengan kehidupan pribadi Gi. Beberapa ada yang Gi follow back bukan karena ingin tahu hanya saja Gi merasa mereka layak diikuti balik karena bukan tipikal murid yang suka nyebar gosip aneh-aneh.

Isi Instagram Gi kebanyakan adalah foto-foto dia saat berkelana dengan teman sebujangannya dulu  yang kini sudah menikah, Iqbal. Foto saat masih di Inggris, hasil potretannya, dan beberapa foto dirinya yang dianggap bagus untuk diposting. Tak hanya melihat unggahan orang-orang yang Gi follow, ia juga melihat Instastory alternatif dari Instagram untuk membagikan moment aneh dan lucu di media sosial kekinian dengan sistem dihapus dengan sendirinya bila sudah 24 jam itu. Gi menikmati setiap story yang diunggah oleh following-nya dan dia tidak sadar kalau Toby, rekan kerjanya yang tergolong dosen muda tengah ikut menikmati dari belakang Gi.

Pesawat KertasWhere stories live. Discover now