Bab 11

15.6K 1.6K 25
                                    

Lagu lamanya Aria sudah move on tapi faktanya diajak ngomong sama Jason saja, hati Aria sudah kegirangan tak jelas persis ketika ia berhasil berbicara dengan Jason saat SMA dulu. Aria tahu yang dia rasakan ini salah. Salah menaruh harapan kepada Jason yang sudah menjadi suami orang.
Aria berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menganggu rumah tangga Jason. Baru seumur jagung sudah ada pelakor, gelinya Aria lagi yang menjadi pelakornya.

Amit-amit deh jadi pelakor!

"Kapan nyusul Ar? Masa cuman lo doang yang belum jadi penganten?" ledek Jason sambil mengacak rambut Aria

"Duh, dia masih PM belum PT. Biarin dia hura-hura dulu," ceramah Elisa semi bijak.

"Hura-huranya di Alexis?" celutuk Adrian ngasal.

"Udah ditutup coy!" Aria memutar bola matanya jengah, Adrian menyengir bodoh.

Aria membuka notifikasi emailnya di layar komputer begitu data yang Aria minta dari kliennya masuk. Adrian sedikit kepo, mengintip pekerjaan juniornya.

"Ini perusahaan handuk sponsor Miss Indonesia 2014 bukan sih?" tanya Adrian.

"Yoi. Yang punya si Ricky Primawijaya itu," jawab Aria sekaligus menyebutkan nama pemilik perusahaan handuk yang biasa ia pakai.

"Lakinya sih Sandra itu?" tanya Elisa tak percaya.

"Iye. Bukan Sandra Dewi ya, laki dia si Harvey itu."

Anak buah lagi-lagi merumpi sesekali diselingi dengan pekerjaan mereka. Theo sedang tidak ada ti tempat karena sedang dinas ke Sydney, menjadi partner membuat Theo sering bolak-balik luar negri untuk kunjungan kerja. Jangankan jadi partner dia yang anak buah saja juga cukup sering bolak-balik luar negri untuk pekerjaan walau tidak sesering Theo dan seniornya yang lain.

Mimpi Aria adalah memiliki pekerjaan yang bisa membuatnya bolak-balik ke luar negri. Pekerjaan yang seperti ini di mata sebagian orang pekerjaan melelahkan dan tidak ada guna apalagi untuk seorang perempuan, bahkan gurunya (bukan Gi) mengatakan pekerjaan yang Aria cita-citakan itu malah mempersulit hidupnya, spesifiknya asmara.

"Mau jadi akuntan'kan?" tanya Pak Win di tengah pelajaran berlangsung.

"Konsultan keuangan, Pak," ralat Aria. "Ya intinya, pekerjaan yang bisa membuatmu wara-wiri ke luar negri'kan?"

Aria mengangguk kalem. "Kamu mau nikah gak?"

"Bukan prioritas utama."

"Tapi punya impian nikah'kan 10 tahun kemudian?" desak Win. Aria menghela nafas lalu mengangguk mempercepat proses basa-basi gak bermutu ini.

"Kalau jadi akuntan yang sibuk sampai harus pergi sana-sini, gimana mau dapat cowok?"

"Ya, cari yang punya pekerjaan sama."

"Lho? Keluargamu nanti bubar itu kalau sama-sama sibuk."

"Ya, cari laki yang pekerjaannya tetap," Aria menjawab memberikan alternatif lain.

"Suamimu nanti selingkuh kalau dia netap kamu wara-wiri," bantah Win. Aria tidak mengerti kenapa gurunya satu ini tidak suka kalau ia memiliki cita-cita yang pekerjaannya bisa pergi ke luar negri untuk dinas. Apa karena dia tidak bisa mendapatkan istri yang pekerjaannya seperti Aria impikan? Atau hati gurunya masih stuck di mantan yang sukses?

"Tinggal cerain, Pak. Jodoh saya gak bakal ke mana kok." Aria menatap gurunya dengan wajah tenang. "Lagian terlalu pagi untuk memikirkan pernikahan. Masih ada masa depan selain pernikahan yang harus saya tata."

Win bungkam, sedangkan Aria tersenyum. Kelas cuman diam menatap Aria tidak percaya. Satu-satunya siswi yang membantah dan menjawabi setiap perkataannya. Jason yang mendengarnya malah ikut tersenyuk ketika melihat senyum Aria terbit.

Pesawat KertasWhere stories live. Discover now