Bab 17

13.6K 1.4K 29
                                    

Kalau semesta mengizinkan gue modus, lo mau apa?
-Gi yang kepedean-

>><<

Yang awalnya berempat kini menjadi berlima karena Aria ikut bergabung setelah Kevin paksa. Mulanya Aria merasa canggung namun tak lama ia bisa berbaur dengan yang lain.

"Jadi suka main ke Tangerang?" tanya Roseline sambil mengambil minumannya.

"Lumayan. Tangerang tuh basecamp dari zaman sekolah mainnya di sini," jawab Aria jujur.

"Pindah aja ke mari. Dari pada bolak-balik Jakarta. Mana Jakarta semakin sembraud," saran Iqbal diikuti tawa Aria.

"Resign gak segampang membalik telapak tangan. Nyari kerjaan sudah susah," balas Aria lalu melirik ke arah Kevin. "Ngomong gak mau jadi dosen, lah malah jadi dosen sekarang?"

Kevin tertawa canggung. Dulu dia berjanji untuk tidak menjadi dosen atau guru, dia beranggapan sulit menghidupi diri bila menjadi seorang pengajar. Tapi Tuhan malah menempatkan Kevin menjadi seorang dosen, profesi yang menjadi list terakhirnya.

"Rejeki gue di sini? Gue kudu piye? Sekarang sih gue udah seneng, beruntunglah gue jadi dosen. Ke mana-mana ada sponsor, gak perlu cuti ada hari libur," ngeles Kevin bagai bajaj tanpa bajuri. Aria melengos dari zaman kuliah Kevin paling jago ngeles apalagi ngeles kayak bajaj, pakar banget!

Aria memperhatikan Gi banyak diam dan berinisiatif mengajak lelaki itu berbicara. "Kok diam? Lapar ya?"

Gi melirik lalu menggeleng. "Banyak pikiran aja."

Roseline menyikut Gi, Gi menoleh lalu menatap aneh Roselline. "Nape lo, Mak?"

"Dia nih ye. Udah mau 40 masih mau membujang. Kerjaanya kejar target sama karir muluk! Bagus sih, cuman kasihan dia jadi kurang kasih sayang seorang perempuan," guyonnya menimbulkan tawa orang-orang kecuali Gi sebagai objek bully.

"Jangan mau sama dia. Lo bisa diduain sama kerjaan dia," kompor Iqbal mendapatkan tatapan tajam Gi. Aria hanya mengulum senyum sopan dan tipis yang berarti dia tidak perlu menanggapi.

"Ar, lo ada kecengan gak?" tanya Kevin out of topic dan seketika pendengaran Gi menajam.

Aria menatap Kevin lalu terkekeh kecil. "Kenape? Kayaknya kecengan lebih penting dari pada target gue yang lain?"

"Ish! Tiap kali gue tanya kecengan pasti lo jawabnya gini! Jawab langsung dengan tegas, lugas, yakin, dan benar dong!" sewot Kevin.

"Ya abis pertanyaan lo gak berbobot. Tanyain asmara gue mulu," Aria mulai nyinyir. Kalau ketemu teman lama atau ibu-ibu pasti ditanya 'mana cowokmu?', kayak punya cowok itu penting banget. Di zaman pergi malam pulang pagi ini, punya cowok itu bukan hal terpenting yang penting bisa mandiri da mencari uang sendiri.

"Jawablah. Kalau kosong gue mau isi nih!" Kevin tertawa. Sedangkan Gi mulai tidak nyaman.

"Kosong. Cuman ada cowok yang akhir-akhir ini suka nyari gue," jawab Aria agak menggantung. Telinga Gi langsung siaga.

"Oh ya? Tumben lo dideketin cowok? Biasa gak ada yang mau deket sama lo. Galak sih," Kevin menampilkan raut takut-takut ala kadarnya.

Aria tidak menanggapi lantaran ia bersin sebanyak dua kali. Gi melihat gelagat Aria tidak seperti biasanya hanya bisa diam. Belum terlalu berani menunjukkan kepeduliannya di depan publik belum lagi, Kevin juga tahu Aria. "Pardon me."

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang