Bab 06

19.6K 1.8K 19
                                    

Walau hanya tinggal berdua saja, Lia dan suaminya selalu mengadakan open house setiap kali Natal tiba. Masakan yang disajikan setiap tahunnya sama namun tak pernah membuat tamunya bosan karena menunya adalah tekwan. Makanan dari olahan pempek-pempek dengan kuah udang yang bisa menyegarkan lidah dan jarang ditemui oleh orang Samarinda.

Tak hanya menu dari tahun ke tahun, tamunya juga itu-itu saja. Bapak-ibu dari gereja, karyawan toko milik mereka, mantan supir,tetangga dan terkadang Pak Upri. Kendati sedikit, Lia dan suaminya tetap bersuka cita menerima tamu yang datang ke rumahnya.

Dan tahun ini, Lia bisa memastikan kalau tamu yang akan datang lebih banyak karena anak gadis kecilnya pulang. Pastilah ia mengundang temannya datang ke rumah untuk makan-makan bersama. Lia tak melarang, toh itu merupakan cara untuk menjaga tali silahturami dengan orang lain bukan?

Siang tadi, rumah mereka kedatangan karyawan toko yang membawa sebungkus kuku macan setiap tahunnya untuk diberikan kepada sang bos sebagai ucapan natal dan beberapa tetangga. Namun malam ini tamu mereka meningkat drastis ketika rombongan ibu-ibu gereja berserta bapak-bapak datang.

Total pasangan yang sama lamanya menjalani bahtera rumah tangga seperti Lia bahka lebih lama ada tiga pasangan. Selama itu bukan 'tamu' Aria, tugas Aria adalah menjadi pencuci piring menggantikan tugas ayahnya selama open house. Belum pulang tamu pertama malam ini, pintu rumah Aria sudah dibell lagi membuat Lia bergegas ke pintu depan menyambut tamunya.

Saat membuka pintu, Lia tampak terkejut dengan tamu yang datang. Davin berserta teman sekelas Aria dulu saat di 7-3. Tidak satu kelas yang datang tapi hanya enam orang dengan komposisi empat pria dua wanita.

"Merry Christmas, Tante! Aria ada?" tanya mereka kompak.

"Merry Chirtsmas too. Ada, ayo masuk." Lia mempersilahkan tamunya masuk. Saat yang lain masuk, Davin belum melangkah lebih jauh dari pintu rumah Aria karena menunggu Gi yang masih di depan menerima telepon.

"Ada PaGi, Tante. Kami ajak dia sanjo dari siang," jelas Davin membuat Lia sedikit terkejut. "Oh ya?"

Selesai dengan urusannya, Gi melangkah menuju rumah Aria. Dilepasnya sepatu dan lelaki itu langsung menyalim Lia sopan. "Selamat Natal, Bu."

"Selamat Natal juga, Gi. Ayo masuk, Aria ada di dalam."

Gi mengangguk lalu masuk ke rumah bersama Davin. Semua muridnya duduk di sofa ruang keluarga, Davin menoleh ke arah kanan dan mengucapkan selamat natal kepala ayah Aria berserta tamunya. Gi juga melakukan hal yang sama sampai dia sadar, salah satu tamu orang tua Aria adalah orang tua Gi.

"Lah? Kamu juga ngetamu ke rumah Bu Lia?" tanya Sisil kepada putra semata wayangnya.

"Cuman ikut anak-anak, ngajak ke mana, Ma," Jawab Gi membuat Sisil tertawa.

"Petanda ai nih sudah, Pak," kode Ferdy kepada Isak-ayah Aria- membuat opa bercucu empat itu tertawa.

"Petanda apa, Pak Fer?" sahut Isak diikuti gelak tawa pasangan tua lain. Davin dan Gi akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan yang lain daripada rombongan orang tua itu. Lia masuk sambil tersenyum kepada tamu anaknya dan menuju dapur.

Anaknya masih di dapur tengah memotong model untuk makanan tamunya.

"Keluar, gih. Biar Mama. Ada Gi juga di depan. Sana sama mereka," suruh Lia yang langsung dipatuhi Aria. Aria keluar dan membuat tamunya heboh.

"Buset! Udah kayak emak-emak beranak lima aja gaya lo di rumah," nyinyir Davin membuat Aria menyubitnya pelan.

"Lebay lo," sinis Aria namun kembali memasang wajah ramah kepada yang lain dan mengucapkan selamat natal kepada mereka tak ketinggalan Gi juga.

Pesawat KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang