Bab 01

62.2K 3.6K 103
                                    

Aria akhirnya bisa menikmati jatah cutinya setelah dua tahun bekerja bak robot di salah satu kantor konsultan di Jakarta. Setelah negosiasi yang panjang dengan sang atasan, akhirnya Aria bisa menikmati haknya sebagai pegawai untuk cuti.

Cuti pertamanya ia gunakan untuk pulang kampung ke tempat ayah ibunya berada, Samarinda. Walau bukan asli Samarinda, Aria dibesarkan sedari kecil di ibu kota provinsi Kalimantan Timur ini. Aria sendiri asli orang Sumatera karena kedua orang tuanya orang Palembang yang suka pindah sana-sini mengikuti dinas pekerjaan ayahnya kala itu. Namun pada akhirnya mereka memutuskan untuk menetap di Samarinda karena lelah pindah sana-sini belum lagi ada tiga anak yang harus ikut mengekor akan membuat mereka semakin lelah untuk pindahan.

Semenjak Aria dan kedua kakaknya merantau ke Jawa tepatnya, Jakarta, ayah dan ibu-terkhususnya ibu- ikut aktiv dalam kegiatan pelayan maupun sosial. Seperti malam ini, ibu Aria ada latihan koor untuk pelayanan mereka di misa natal nanti. Sedangkan ayahnya, sudah terlelap karena lelah beraktivitas sepanjang hari meninggalkan Aria yang masih terjaga menunggu sang ibu menelepon minta dijemput.

Aria menoleh ke arah ponselnya yang berbunyi dan menampilkan nama kontak bertuliskan 'Mama' dengan icon telepon dua warna: hijau dan merah. Tak perlu menunggu lama, Aria menerima panggilan sang ibu sembari mengambil kunci mobil milik ayahnya.

"Jemput'kah?"

"Ya dong. Ngapain Mama nelpon kalau bukan minta dijemput?"

Aria tertawa lalu memutuskan panggilan setelah mengatakan oke kepada ibunya itu. Dari pembicaraan singkat tadi, Aria yakin ibu-ibu yang ikut latihan koor itu lagi bergosip dan kedatangan Aria nanti pasti akan membuat mereka melanturkan pertanyaan yang sudah pernah mereka layangkan kepada kedua kakaknya.

Kapan nikah?

Gimana mau nikah, orang ibu gak kenalin anak ibu ke saya.

>><<

Aria turun dari mobil ketika mobilnya sudah terpakir dengan baik di tempat pakir yang disediakan. Menjemput ibu-ibu itu harus turun ke TKP supaya mereka bergosipnya tidak lupa daratan.

Sesuai dugaan Aria, ibunya asik ketawa-ketiwi dengan ibu-ibu lain. Ibu-ibu memang begitu kalau sudah bergosip yang lainnya cuman penghias bumi saja.

"Walah, si kecil pulang toh!" kata Ibu Indah teman Ibu Aria saat melihat Aria dari kejauhan.

Aria tersenyum lalu mendekati ibunya bersama ibu-ibu lainnya. "Hallo, Bu!"

"Lamanya gak ketemu. Dua tahun lok kita gak ketemu?" tanyanya bukan SKSD dengan Aria, tapi memang dia mengenal semua anak temannya dan cukup dekat dengan mereka termasuk Aria.

"Iya, Bu," jawab Aria sopan.

"Makin cantik aja," pujinya. "Kapan bulik ke sini?"
(Bulik= pulang)

"Hari ini. Baru sampe tadi sore."

"Cuti pertama dia setelah cek-cok sama bosnya," bisik ibunya.

Ibu Indah tertawa lalu menggeleng. "Masih bagus anakmu ingat pulang. Anakku gak pulang-pulang kalau gak kusuruh dia pulang."

"Eh, mana cowokmu? Kapan nikah?" tanyanya langsung.

Aria tertawa sumbang, benar-benar baru bertemu sudah mendapatkan pertanyaan krusial dari zaman Siti Nurbaya sampai zaman Awkarin.

Pesawat KertasWhere stories live. Discover now