Tentang Orang Ketiga

83.9K 4.5K 126
                                    

Urutan update:
1. CLIQUE
2. Unplanned Love
3. Lovadict!
4. A Little Agreement
5. Love in Accident
So, sabar ya nunggu updatenya!

***

Desy menatap jam tangannya dengan ragu. Ia sudah terlambat sepuluh menit untuk bertemu dengan teman lamanya sekaligus pengacaranya. Ia baru saja pulang dari rumah orangtuanya. Pembatalan janji kemarin oleh Jennar membuatnya memutuskan untuk sekedar menjenguk orangtuanya.

Dan seperti yang ia prediksi, orangtuanya kecewa pada pernikahannya yang hampir kandas.

"Hai, Jen. Maaf ya lama."

Jennar mendongak dari novel yang sedang ia baca. Ia tersenyum menyambut Desy dan mempersilahkan Desy untuk duduk. "Nggak apa-apa kok. Mau pesan?"

Desy mengangguk, lalu Jennar memanggil seorang pelayan yang siap mencatat pesanan Desy. Setelah pelayan itu pergi, Desy memperhatikan penampilan Jennar yang banyak berubah dari terakhir kali mereka bertemu.

"Sebelumnya, makasih lho lo udah mau jadi pengacara gue," ujar Desy sambil tersenyum. "entah kenapa, gue langsung cuma kepikiran elo pas ditanya siapa yang mau jadi pengacara gue."

"Take it easy, Des."

"Lo banyak berubah ya sekarang."

"Pujian atau gimana?"

"Pujian," sahut Desy setengah geli. "Jennar masih aja kayak dulu, nggak bisa bedain pujian dan hinaan."

Jennar tersenyum kecut sambil memotong cheesecake-nya. "Gue terbiasa dapet dua hal itu secara bersamaan."

Tapi setidaknya, lo punya Azel yang bisa terima lo apa adanya.

"Jadi... bisa kita mulai bahas beberapa poin yang pengen gue tanyain?" tanya Jennar yang langsung membuyarkan lamunan Desy.

Desy nyaris tergagap, tapi dengan cepat ia mengontrol dirinya lagi dengan menarik napas perlahan sebelum akhirnya menjawab beberapa pertanyaan dari Jennar.

Hampir satu jam waktu yang dihabiskan keduanya untuk membicarakan masalah perceraian Desy. Dengan Jennar, Desy lebih mudah terbuka tentang pernikahannya dengan Andro yang ternyata tidak seharmonis yang dilihat di luar. Beberapa kali Desy mendapati Andro tengah bersama perempuan lain. Tapi Andro sama sekali tidak meminta maaf akan hal itu.

"Apa yang lo pikirin tentang orang ketiga?" tanya Desy setelah sekian lama mereka terdiam.

Jennar terdiam sebentar. Dalam hatinya ia menggerutu, apa lo nggak sadar kalau lo selama ini udah jadi orang ketiga di antara gue sama Azel?

Namun, satu pemikiran tiba-tiba menyeruak di benak Jennar. Menghempaskannya ke bumi, jatuh sejauh-jauhnya hingga hanya sakit yang dapat dirasanya.

Kalau Azel masih cinta sama Desy, bukannya gue yang jadi orang ketiga?

"Orang ketiga itu bukan cuma orang yang muncul di antara dua orang yang terikat komitmen, tapi juga orang yang muncul di antara dua orang yang saling mencintai."

"Lo pernah jadi orang ketiga?"

"Nggak tau," jawab Jennar benar-benar enggan. "gue nggak tau. Mungkin, gue pernah jadi orang ketiga tanpa gue sadari."

Jawaban itu bukan hanya untuk Jennar, tapi juga untuk Desy sendiri. Menjadi orang ketiga tanpa sadar? Apa selama ini ia menjelma seperti itu di antara Azel dan Jennar?

Walaupun dua orang itu adalah orang terpenting di hidupnya, Desy memang tak bisa mengingkari bahwa Azel dan Jennar kini berbeda. Tidak bisa dipisah seperti dulu. Kini mereka adalah satu pasang. Jadi ketika Desy memonopoli Azel, saat itu juga lah Desy menjadi orang ketiga.

"Apa orang ketiga itu selalu ada?" gumam Desy tanpa sadar.

Jennar menghela napas dengan berat dan bersandar di kursinya. "Selalu. Selalu ada orang ketiga, keempat, dan seterusnya. Kita nggak bisa ngehindarin hal itu. Tapi dalam sebuah rumah tangga, di sana ada dua orang dewasa yang terlibat ikatan emosional satu sama lain. Kalau aja kepercayaan dan kejujuran jadi landasan utama mereka, gue rasa orang ketiga nggak akan memengaruhi mereka sama sekali.

"Pria dan wanita idaman lain mungkin bukan hal baru bagi kita, tapi pertahanan sebuah hubungan hingga akhir hayat mungkin adalah hal yang nggak terukur nilainya. Tinggal kita memilih, berjuang untuk mendapatkan yang baru atau mempertahankan yang lama. Mempertahankan memang lebih  sulit, tapi bukan berarti menyembuhkan luka di hati banyak orang adalah hal yang mudah."

Desy tersenyum kecil mendengar kata-kata Jennar. Benar-benar tidak salah ketika ia memilih Jennar untuk membantunya menata hidupnya kembali. "Walaupun penampilan lo berubah, gue seneng pemikiran lo nggak berubah. Masih Jennar yang logis, realistis dan bijak."

"I'll take that as a compliment."

"You should," timpal Desy sambil menyeruput frappucino-nya. "Azel beruntung karena dia bisa dapetin pendamping kayak lo."

Kali ini Jennar yang tersenyum masam. Ia tidak menanggapi kata-kata Desy. Andai aja lo tau... masih banyak yang mengganjal di antara gue sama Azel.

Apa gue masih bisa dibilang beruntung kalo dia lebih milih elo? Gue kadang ngerasa jadi perempuan paling bodoh karena tingkat realistis gue yang di atas rata-rata, sampai-sampai untuk maki-maki dia aja gue mesti mikir baik-buruknya.

"Rencana lo setelah ini apa, Des?"

Ditanya seperti itu, Desy hanya bisa mengedikkan bahunya. "Kayaknya bakal pindah ke sini. Nerusin nari di sini, kebetulan temen gue yang sesama dancer dulu ngajakin untuk ikut ngajar di sekolah seni punya ayahnya."

"It sounds great."

"Lo kapan punya anak? Gue kan pengen juga cepet-cepet gendong anak lo."

Rasanya, untuk hari ini Jennar terpaksa membuang wajah masamnya yang lebih masam dari jeruk nipis dan mengganti wajahnya dengan ekspresi datar. "Belum ada pikiran ke sana."

Gimana mau punya anak, kalau tiap hari gue kepikiran setelah lo cerai, mungkin gue yang bakal cerai dan mendapati diri gue dipanggil Tante sama anak lo dan... Azel?

Entahlah.

"Jangan ditunda-tunda, kan nggak baik lho."

"Iya, diusahakan deh ya," jawab Jennar sambil cepat-cepat menghabiskan cheesecake-nya.

Belum sempat keduanya bicara lagi, seseorang dengan suara bass-nya menginterupsi mereka berdua.

"Sore, ladies."

Desy dan Jennar mendongak, mendapati Azel yang tengah berdiri dengan kemeja yang lengannya digulung hingga siku dan jas yang sudah dipegangnya dengan satu tangan.

Jennar memilih diam, sedangkan Desy memilih menjawab sapaan Azel dan menyuruhnya duduk. Jennar memejamkan matanya. Ia takut kalau detak jantungnya yang kian ramai dan tak beraturan itu mampu didengar oleh Azel.

Kalau di hadapan Azel ada dua perempuan--yang satu ada di masa lalunya dan yang satu ada di masa kini--yang mana yang akan dipilih Azel?

***

25-04-2014

23:09

Hm, bikin pake pov 3 selalu berhasil mancing ide gue. Hahaha! Maaf ya kelamaan, sempet mentok. Dan ya, maaf juga deh karena dikit. Segini aja udah pegel, jadi tolong hargai ya :") Hargai seribu jg gapapa #plak

A Little AgreementWhere stories live. Discover now