Chapter 7

42.8K 1.5K 26
                                    

FREYA POV

            Kau tau apa yang paling menyebalkan dari pada sebuah permusuhan? Hmmhh.. Ketika kau menyadari bahwa musuhmu ternyata memiliki ketampanan yang luar biasa, saat itu lah kau akan merasa kacau. Dan aku.. aku lumpuh hari ini. Dia begitu mempesona. Dan tanpa kusadari aku tersenyum sepanjang prosesi akad nikah. Ia sempat melirikku, tapi aku tak sempat melenyapkan senyumku ketika matanya beradu pandang dengan mataku. Kami sama-sama terdiam. Dan saat ia mengucapkan ijab qabul.. jangan ditanya lagi.. dia terlihat sangat sangat sangat keren. Oh Tuhan. Andai dia bukan musuhku dan bukan seorang playboy mesum, mungkin aku akan sangat ikhlas jika dinikahi olehnya.

            Ketika prosesi akad nikah selesai, kami diminta untuk segera beristirahat sejenak dan berganti pakaian di kamar pengantin. Resepsi pernikahan akan dimulai nanti sore.

            “Kau mau kemana?” Tanya Radit begitu kami sudah berada di kamarku yang kini sudah disulap menjadi kamar pengantin. Hanya kami berdua yang ada di dalam kamar ini.

            “Kamar mandi, aku mau ganti baju sebentar.”

            “Kenapa nggak di sini aja?” Ia menunjukkan senyum nakalnya. Matanya berkilat seperti setan. Aku mendengus kesal dan tak menjawab pertanyaannya. Namun saat aku bersiap melangkah menuju kamar mandi, tangannya mencekalku.

            “Kenapa nggak di sini saja, hmm?” ia kembali mengulang pertanyaannya.

            “Radit lepasin!” aku mencoba menghentakkan tanganku, tapi tak berhasil. Radit tiba-tiba mendorongku ke dinding. Dan kini jarak kami sangat sangat dekat. Cukup lama aku terdiam di balik himpitan tubuhnya. Samar-samar aku mencium aroma sabun dari tubuhnya. Aku baru sadar bahwa Radit memiliki mata yang tajam dan berwarna cokelat. Dan juga garis rahangnya… benar-benar seksi. Heh! apa yang kupikirkan sih?!

            “Hey, kenapa ngelamun? Baru sadar ya kalau aku tampan?”

            “Lepasin aku Radit!” bentakku sambil berusaha mendorongnya begitu pikiran warasku kembali.

            “Hmmhh.. Kau lupa ya? Kau pernah bilang kan bahwa kau hanya akan memberikan ciuman pertamamu kepada suamimu. Nah sekarang ayo cium aku.” Ujarnya dengan seringai yang masih menghiasi wajahnya. Aku terkesiap mendengarkan permintaannya. Itu gila!!

            “Kau sudah pernah menciumku kan? Jadi itu sudah cukup.” Tolakku.

            “Oh ya? Kapan ya?” Tanya Radit sambil berpura-pura memasang wajah polosnya.

            “Jangan pura-pura nggak inget deh.”

            “Ah.. ternyata kau sangat mengingat ciuman kita waktu itu ya? Aku saja sudah lupa.”

            Radit brengsek! Pintar sekali dia menjebakku.

Lesbian Kissed a GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang