Bab 17 - Al is Annoying

203K 7.8K 32
                                    

Malam itu, Al langsung terbang menuju Indonesia. Segala urusannya di Swiss kembali ia serahkan pada Davin.

Seperti saat ini, Al sedang menyesap secangkir kopi sembari menunggu waktu penerbangan bersama Davin. Al berjanji dalam waktu singkat dia pasti akan kembali ke sini untuk datang ke pesta pernikahan Davin.

Sebelumnya, Keshia sudah mulai berkali-kali menghubungi Al melalui video call. Dan melalui itu, Al jadi semakin rindu dengan istrinya. Membayangkannya saja sudah mampu membuat Al kelimpungan. Ingin rasanya ia memeluk tubuh istrinya sampai ia benar-benar kehabisan nafas.

Tapi di sisi lain, Keshia tidak menganggap ucapan Al itu benaran. Dia tidak mempercayai bahwa suaminya itu benar-benar terbang menuju Indonesia sesuai dengan ucapannya, malam ini juga.

Sudah dua hari Keshia menginap di rumah orang tuanya. Sepulangnya dari Swiss, dia bersikap biasa saja layaknya sedang tidak memiliki masalah dengan Al. Kedua orang tua Keshia pun sama sekali tidak menyadari kalau anaknya itu sedang menyembunyikan sesuatu dalam pikirannya.

Keshia tersenyum sendiri kalau ingat bagaimana wajah Al yang menggemaskan tadi sore. Jadi tidak sabar rasanya ia ingin melihat wajah suaminya dan memeluknya sangat erat.

Dan tanpa mereka ketahui, keduanya memiliki keinginan yang sama. Sama-sama ingin memeluk erat.

***

Paginya, Keshia terbangun agak siang. Tidak biasanya seorang Keshia terbangun pukul sepuluh pagi seperti hari ini.

Keshia terkekeh sedikit karena mengingat sifatnya yang dulu telah kembali. Bangun siang dan keadaan kasur yang sangat berantakan. Entahlah Keshia semalam tidur yang seperti apa.

"Selamat pagi, Sayang"

Keshia terdiam. Apa dia sedang bermimpi? Tidak, yang baru saja menyapanya bukan orang asing. Tapi orang yang kelewat familiar baginya.

Keshia mencubit kecil lengannya dan ia merasakan sakit. Dia sadar kalau ini bukan mimpi.

Dicarilah sumber suara itu. Dia mengarahkan kepalanya ke segala sudut ruang kamarnya. Dan tepat saat kepalanya menoleh ke sisi kamar mandi, di sana ada pria tampan berambut basah dengan handuk yang masih melilit di pinggangnya.

"Al" ungkap Keshia tak percaya

Al hanya tersenyum sambil berjalan ke arah koper yang ia taruh tidak jauh dari pintu kamar mandi.

Merasa kalah dengan rindunya, Keshia berhambur pada tubuh Al dan langsung memeluknya. Al yang belum siap sempat terhuyung ke samping, tapi dengan cepat ia bisa menyeimbangkan tubuhnya. Al membalas pelukan Keshia.

"Maafkan aku" ucap Keshia tepat di telinga Al. Keshia menghirup dalam-dalam aroma khas suaminya yang ia rindukan.

"Aku yang harusnya minta maaf. Maafkan aku ya, Kes? Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi"

Keshia mengangguk lalu melepaskan pelukannya. Ia mencium pipi Al sekilas.

"Aku mandi dulu, setelah itu kita pulang ke rumah kita ya?" Seru Keshia yang dibalas anggukan dan acungan jempol dari Al

Al sudah rapih dengan pakaiannya. Ia baru saja sampai tepat dua jam sebelum Keshia terbangun. Dia diberitahu oleh mertuanya kalau Keshia sedang menginap, jadi tanpa menunda-nunda lagi, Al langsung menuju rumah mertuanya.

Al juga membawa dua koper besar yang sebelumnya ia hanya membawa satu koper berukuran sedang. Itu semua karena Al membawa barang-barang milik Keshia yang baru saja dibeli beberapa hari yang lalu.

"Maafkan aku merepotkanmu dengan barang-barang ini" ucap Keshia menyesal

Al terkekeh kecil. "Tidak masalah, Sayang"

Marrying My EnemyWhere stories live. Discover now