Bab 8 - Dia?

206K 8.6K 39
                                    

Al telah sampai di kantornya setelah empat puluh lima menit menelan kemacetan ibukota. Tanpa berlama-lama, ia langsung menekan tombol 15 pada lift.

Al masuk ke dalam ruangannya bersama dengan sekretarisnya. Ia duduk di kursi kepemimpinan dengan sekretaris di sebrangnya.

"Hari ini saya sudah mengecek semua jadwal pertemuan bersama klien yang sempat tertunda seminggu yang lalu, Pak. Jam sembilan tepat, akan ada meeting bersama para komisaris. Lalu, setelah makan siang pukul satu akan ada pertemuan dengan presiden direktur dari Gordon Coorporation serta dengan putrinya selaku CEO pada perusahaan tersebut. Dan terakhir pada pukul empat sore, akan ada pertemuan lagi di luar--"

"Yang terakhir bisa di ganti hari? Saya mau pulang cepat untuk istri saya" potong Al disela ucapan sekretarisnya itu.

"Tapi Pak. Ini pertemuan penting"

"Dengan siapa saya akan bertemu?" Tanya Al tanpa menggubris ucapan sekretaris yang bernama Kintan itu.

"Mr.Gio, Pak" jawab Kintan sedikit menunduk

"Baik, biar saya yang urus nanti. Kau bisa keluar sekarang" ucap Al yang sibuk membolak-balik hasil laporan dari setiap pegawai

"Baik, Pak. Permisi" Kintan keluar dari ruangan Al dan kembali ke mejanya yang berada tepat di depan ruangan Al

Selepas Kintan keluar dari ruangan, Al segera berkutik dengan ponselnya. Menekan nomor-nomor yang akan menyambungkan dirinya dengan seseorang jauh disana.

"Hallo, Sir. Maaf kalau saya mengganggu waktu Anda. Saya ingin meminta izin untuk mengundur pertemuan kita nanti sore, bagaimana?" Ucap Al setelah panggilannya mendapat respon

"Kenapa harus di undur? Saya tidak ada waktu lain karena besok saya akan terbang ke Brunei selama seminggu"

"Saya ingin menemui istri saya, Sir. Seperti Anda pada awal-awal menikah, bukankah pergi dari rumah selama sejam saja serasa seperti setahun?" Gurau Al

Perlu di ketahui. Seseorang yang Al hubungi itu adalah Mr.Gio, sahabat papahnya. Mr.Gio adalah seorang pengusaha yang sudah memiliki beberapa cabang perusahaan di berbagai negara. Seperti yang ia sebut sebelumnya, Brunei.

"Kau ini bisa saja. Saya paham dengan saat-saat awal menikah, tapi maaf sekali Al, saya tidak bisa mengundurkan hari lagi. Setelah ke Brunei, saya akan kembali sibuk pada cabang saya di Las Vegas karena sedang ada masalah kecil di sana"

Al menghela nafas berat. Ia diam memikirkan sesuatu. "Bagaimana kalau di majukan saja? Sekitar jam tiga?" Ucap Al bernegoisasi dengan Mr.Gio

"Baiklah, Al. Saya terima."

"Terima kasih, Sir." Putus Al mengakhiri panggilan di ponselnya

●●●●

Keshia sedang membereskan rumahnya yang sama sekali tidak berantakan. Hanya saja, ia sedang membersihkan rumahnya dari debu-debu yang mungkin sudah berkumpulan.

Perlu di ingat, biarpun Keshia tidak terlalu jago dalam hal masak memasak. Tapi, ia sangat jago dalam menjaga kebersihan. Terbukti dengan diri Keshia yang sangat jeli terhadap debu walaupun hanya seujung kukunya saja. Sejak kecil, ia sangat menyukai kebersihan.

Setelah lelah membersihkan debu, Keshia beralih ke halaman depan. Ia melihat-lihat taman kecil di depan rumahnya. Hanya ada beberapa daun hijau tanpa adanya warna warni dari berbagai macam bunga.

Keshia berinisiatif pergi ke toko bunga untuk membeli beberapa bibit bunga hias agar taman di depan rumahnya bisa jauh lebih cantik dari taman di rumah orang tuanya.

Marrying My EnemyWhere stories live. Discover now