Prolog

536K 16.3K 73
                                    

"Akhirnya gue bisa lihat lo berdamai dengan Al, Kes" ujar Sonia ketika ia bersalaman dengan Keshia di hari pernikahannya dengan Gazhali.

Keshia mendelik kesal mendengar ucapan sahabatnya. Ia tahu benar kalau Sonia pasti sangat mengetahui jika Al merupakan musuh mutlaknya.

"Makanya liat-liat keadaan kalo mau musuhin orang. Jodoh juga ternyata, nggak salah deh kalo Om Edwin jodohin lo ke anak sahabatnya yang ternyata itu..... Al. Semoga selalu bahagia ya, Kes" bisik Sonia yang kemudian pergi berlari kecil sebelum Keshia menimpuknya dengan sepatu khas pengantin yang sedang ia kenakan.

"Nadiva! Astaga, gue nggak nyangka lo bisa dateng kesini!" Pekik girang Keshia ketika melihat sahabatnya yang dua tahun belakangan ini sibuk kuliah di London.

"Buat lo mah selalu gue usahain, Kes. Ini kan acara bahagia lo, kenapa harus gue sia-siakan?"

Nadiva memang sahabat Keshia. Akan tetapi, Nadiva sama sekali tidak tahu kalau pria yang saat ini sudah sah menjadi suami Keshia adalah sosok musuh terberat dari sahabatnya.

"Capek juga" Al menghembuskan nafas berat. Ia pikir menikah adalah hal yang menyenangkan, tapi ternyata tidak baginya. Karena, acara semacam ini membuat dirinya kewalahan dengan para tamu undangan yang hadir untuk memberikan kata selamat untuknya.

Keshia yang jelas mendengar keluhan Al hanya menggidikkan bahu acuh. Ia lantas mengecup pipi kanan dan kiri Nadiva serta memintanya untuk mencicipi hidangan yang ada disana. "Makan yang banyak, Nad. Biar lo gemuk jadi kan nantinya nggak gepeng lagi" gurau Keshia yang dibalas kekehan kecil dari Nadiva

"Betah banget lo berdiri gitu" sungut Al melirik Keshia yang masih betah berdiri melayani para tamu yang datang menyalaminya.

Ia bisa ber-elo-gue dengan Keshia karena saat ini orang tua dari kedua pihak sedang menemui para tamu yang hadir.

Keshia akhirnya duduk di sebelah Al. "Cih. Peduli apa lo?!" Keshia menyahut dengan ketus. Ia memainkan ponselnya hanya sekedar melihat-lihat online shop yang sudah menjadi langganannya. Ia masih berburu barang baru dari sana, makanya ia menjadi stalker setia.

"Berhubung lo udah jadi istri gue, gue mau lo nurut sama gue. Gimanapun juga, gue ini udah sah jadi suami lo!" Seru Al mencurigakan.

Keshia berdiri lalu pergi menuju meja dimana beberapa gelas berisikan cairan warna-warni tertata rapi. Ia mengambil minuman yang berwarna merah, stroberi. Tak ada niat di benaknya untuk kembali duduk di kursi pengantin hingga pada akhirnya, ibunya meminta Keshia kembali untuk duduk di sebelah Al.

"Mamih udah siapin tiket ke Tokyo untuk kalian berdua. Anggap saja sebagai hadiah pernikahan kalian" ucap Mami Dira -Ibu Keshia- sambil memberi amplop berisikan tiket pesawar yang di maksud.

Keshia terbelalak kaget. Tokyo? Kota impiannya bersama dengan musuhnya? Mati konyol yang ada nanti di sana. "Mih, aku gak minat kesana. Aku mau diem di rumah aja" ucap Keshia datar.

Dira menekuk wajahnya lesu. Ia tidak menyangka kalau putrinya akan menolak hadiah darinya.

"Tenang mih, kita akan berangkat ke Tokyo sesuai dengan jadwal penerbangan yang tertera" sahut Al memperbaiki suasana hati Dira.

Keshia melongo dibuatnya. Entah harus berpikir apa sekarang yang jelas dunianya sudah benar-benar terbelah saat itu juga.



March 12, 2017
Written by Puccapicca

Marrying My EnemyTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon