Our Destiny ~ 7

25.9K 1.8K 53
                                    

Christian POV

Aku terus berlari semakin dalam menyusuri hutan yang ku masuki tadi. Aroma mint yang menyejukkan disertai harum bunga mawar menyeruak masuk ke dalam penciumanku. Hal ini membuatku semakin cepat berlari ke arah aroma itu. Dan lariku terhenti saat melihat sosok perempuan tengah berdiri di mulut jurang dengan tubuh polos yang tidak tertutup benang sehelai pun. Darahku berdesir melihatnya.

Gadis itu sepertinya tidak menyadari kehadiranku yang hanya berjarak 10 meter darinya.

"MATE!"

Zwei melolong bahagia saat ia mengucapkan kata Mate. Aku berusaha mencerna apa yang Zwei ucapkan. Apakah ini nyata, atau hanya ilusi.

"Diakah mate kita, Zwei?" tanyaku memastikan walaupun sebenarnya aku sudah yakin. Tapi entah kenapa aku membutuhkan kepastian serigala ini

"Tentu saja, bodoh! Cepat tandai dia!"

"Kau yang bodoh! Kau ingin dia membenci kita, hah?!"

Zwei mendengus kesal. "Baiklah. Tapi harus sec—"

Aku memblok mindlink secara sepihak karena malas mendengar gerutuannya. Tadinya aku ingin menghampiri gadis itu secara perlahan, tapi yang kulihat selanjutnya adalah tubuh polos itu lunglai dan jatuh ke mulut jurang. Rasa panikku bertambah ketika mencium bau amis darah. Sial, kenapa aku baru menyadarinya. Aroma memabukkannya membutakanku.

"ZWEI!"

Detik itu juga Zwei mengambil alih dan berubah menjadi dirinya, Serigala besar nan perkasa. Perasaanku diliputi kecemasan, khawatir, sedih, dan marah secara bersamaan.

Zwei berlari dan melompat meraih tubuh gadisku dengan menggigit tangan kanannya. Aku ingin marah, tapi Zwei lebih tahu apa yang harus dilakukan saat ini. Jika dia memilih meraih gadisku dengan satu kakinya, maka kami akan jatuh ke jurang.

Zwei melompat zig-zag menaiki tembok jurang. Saat sudah sampai diatas, Zwei menurunkan gadisku dengan perlahan lalu menjilat lembut bekas gigitan taringnya. Dari sini aku bisa melihat darah mengalir deras dari tangan kirinya.

"Gadis kita, Chris!" seru Zwei lalu ia menggeram marah. "Lihat tangan kirinya, Chris. Kenapa gadis kita bisa seperti ini? Apa ia berniat bunuh diri?"

Oke, ralat, GADIS KITA.

"Aku tak tahu, Zwei. Jika iya, mengapa? Apa ada orang yang sudah menyakitinya sampai ia berniat bunuh diri seperti ini?"

"Ingatkan aku untuk membunuh orang itu jika kita berhasil mengetahuinya."

"Dengan sen—"

Ucapanku terhenti saat Zwei menatap ke depan. Di sana, beberapa meter dariku, Liam menatap terkejut dan takut pada Zwei lalu matanya turun melihat gadis kami yang bertelanjang dada.

Tunggu!

"LIAM, BALIKKAN BADANMU, BODOH!"

Aku berteriak di dalam sini dengan kemarahan, sedangkan Zwei sudah lebih dulu menggeram marah dan hampir saja mencakar habis wajah Liam, kalau-kalau pria itu tidak segera berlari menjauh dan memilih untuk menonton lebih lama.

"Zwei. Biarkan aku mengambil alih dari sini," kataku padanya yang dibalas dengusannya.

Dia membiarkan aku mengambil alih tanpa membalas apa pun. Aku segera meminta Liam melempar baju ganti milikku yang selalu ia bawa untuk berjaga-jaga.

Aku memakai pakaian yang hampir sama seperti sebelumnya, hanya saja aku tidak memakai kemeja dan jasnya. Kedua pakaian itu aku pakaikan di tubuh gadis kami. Dari kemeja itu aku menyobek sedikit untuk melilitkannya di tangan kiri gadis kami. Setidaknya aku ingin memberikan pertolongan pertama untuk menahan pendarahannya.

Our DestinyWhere stories live. Discover now