12. Cry

1.4K 200 7
                                    

Sunny terpaku di dekat pintu ruang Kesiswaan mendengar percakapan itu. Jaehyun sudah selesai bercakap-cakap dan keluar.

Jaehyun mendapati Sunny terdiam di dekat pintu. Jaehyun menepuk pundak Sunny dan membuat Sunny terkejut.

“Ah... Sunny.. ayo masuk. Bu Yoona sudah menunggumu di dalam. Mari ku antar.” Jaehyun mempersilahkan Sunny masuk dan dengan senang hati hendak mengantar Sunny. Tapi,

“Tak perlu. Aku bisa sendiri, Kak.” Sunny mengabaikan bantuan Jaehyun dan tak melempar senyum sama sekali ke Jaehyun. Sunny tidak suka dibuat baper seperti itu. Dada Sunny terasa sesak, dipenuhi oleh api kemarahan. Dia benar-benar marah pada Jaehyun.

“Ada apa dengan Sunny? Kenapa dia bersikap tidak seperti biasanya. Dia biasanya tampak ramah kepadaku, tapi sekarang tidak. Apakah dia marah padaku?” gumam Jaehyun dalam batinnya. Jaehyun mendadak gelisah. Dia bergegas kembali ke kelas.

“Ada apa, ya, Bu? Kok tiba-tiba saya dipanggil? Apa saya membuat kesalahan?” tanya Sunny penasaran.

Bu Yoona hendak meletakkan pantatnya ke singgasananya ketika beliau dijejali pertanyaan-pertanyaan oleh Sunny.

“Tidak, Sunny. Kau sama sekali tak melakukan kesalahan. Tenang saja. Kami memanggilmu karena ingin menanyaimu beberapa hal.”

“Hampir 3 minggu kau melewati masa-masa tanpa mampu melihat. Apakah kau tak terganggu belajarnya jika kau tetap bersekolah di sekolah ini? Maafkan kami, kami tak memberimu pemakluman apa pun baik ketika ulangan atau pelajaran biasa. Kau tetap diperlakukan seperti siswa normal lainnya.” Lanjut Bu Yoona.

“Saya sama sekali tak terganggu, Bu. Saya berusaha untuk menyesuaikan diri. Saya tetap bisa mengikuti pelajaran kok walaupun tak bisa melihat.”

“Baiklah kalau begitu. Tapi, kami akan memantaumu, jika nilaimu turun drastis, tandanya kau tak mampu lagi bersekolah di sini. Akibatnya, kami terpaksa memindahkan kamu ke SLB. Kau sendiri harus mengerti keadaanmu. Jangan paksakan dirimu. Tenang saja, di sana nanti kau juga akan mendapatkan pelajaran sama seperti di sini. Bedanya kau akan mendapat perhatian khusus.”

Perkataan Bu Yoona lembut, namun menusuk hati Sunny. Rasanya dia sudah putus asa untuk melanjutkan hidup ini.

“Kenapa dulu aku tak mati saja? Kalau aku mati, aku tak akan kesulitan seperti ini.” Rasanya Sunny ingin menangis sekuat-kuatnya. Menumpahkan segala beban dalam hidupnya dan mencurahkan semua perasaan kesal yang baru saja menghinggapinya.

“Saya akan berusaha beradaptasi, Bu. Saya tidak ingin dipindahkan ke SLB. Saya tetap ingin belajar di sini, Bu.” Nadanya terdengar semakin melemah. Kemudian dia terdiam, menunduk, dan bulir-bulir air mata mulai menetes. Dia tak ingin dipindah sekolah.

Bu Yoona beranjak dari kursinya dan mendekati Sunny yang sedang menangis. Bu Yoona berusaha menenangkan Sunny dan meminta maaf atas keputusannya tersebut.

Sebagai kepala kesiswaan, Bu Yoona memang harus mengatasi hal-hal seperti ini. Ini kebijakan baru dari Bu Yoona karena sebelumnya belum pernah ada kejadian seperti ini.

Dengan berat hati, Bu Yoona harus mempertaruhkan muridnya yang pintar ini untuk pindah ke SLB. Sebenarnya Bu Yoona juga tak ingin hal ini terjadi pada Sunny. Tapi takdir berkata lain.

“Sudah... Jangan menangis. Sekarang mari Ibu antar ke kelas.” Kata Bu Yoona sambil memberi selembar tisu pada Sunny.

Sunny diantar ke kelasnya dengan keadaan mata dan hidungnya merah, air mata bercucuran di pipinya, dan dia berjalan gontai sambil diarahkan Bu Yoona ke kelasnya. Taeil yang sedang berada di luar kelas langsung kaget ketika melihat adiknya menangis.

“Kenapa kau menangis? Hey.. sudah sudah. Berhenti menangisnya.” Taeil menghampiri Sunny dan Bu Yoona.

Sunny langsung memeluk kakaknya dan tangisnya semakin pecah. Taeil memeluk Sunny erat-erat lalu menarik kepala Sunny pelan yang tadinya ditempelkan ke dada Taeil untuk menyembunyikan tangisnya.

“Aku akan jelaskan nanti, Kak. Tapi beri aku waktu untuk menenangkan diriku.” Kata Sunny sambil menangis tersedu-sedu.

Taeil agak malu ketika dia dan Sunny menjadi pusat perhatian. Lalu Taeil mengajak Sunny ke taman. Di sana cukup sepi, jadi Sunny tak akan menjadi pusat perhatian.

Diam-diam Jaehyun melihat Sunny menangis. Dia membuntuti Taeil dan Sunny saat pergi menjauh ke taman. Jaehyun merasa iba dengan Sunny. Matanya terasa panas dan hidungnya terasa gatal, rupanya Jaehyun ikut menangis melihat hal itu. Dia tadi mendengar percakapan Sunny dengan Bu Yoona. /Loh, bukannya Jaehyun tadi udah mbalik ke kelas ya?/

Rupanya, ketika dia hendak masuk kelas, dia penasaran kenapa Sunny dipanggil Bu Yoona. Dia memang diberitahu Bu Yoona bahwa sekolah telah membuat keputusan untuk Sunny. Tapi dia tak tahu apa keputusan itu. Jadi, dia kembali ke ruang Kesiswaan lalu menguping dari luar.

Dia terkejut setengah mati mendengar hal itu lalu kembali ke kelas. Jaehyun juga merasa sedih mendengar keputusan itu.

Sunny menceritakan keputusan Bu Yoona pada Taeil. Taeil tercengang mendengar cerita adiknya itu. Kenapa sekolah memutuskan suatu hal semacam itu? Taeil tak terima jika adiknya dipindahkan ke SLB, dia yakin bahwa dalam waktu 2 bulan lebih 1 minggu Sunny bisa mendapat donor mata dan bisa melihat lagi.

“Kau harus belajar dengan rajin, Dek. Jangan sampai kau dipindahkan ke SLB. Aku yakin kau tak betah di sana. Dan kakak tahu kemampuanmu, kau bisa mengikuti pelajaran dengan baik tanpa melihat. Buktikan pada sekolah bahwa kau tak perlu dipindah ke SLB pun kau tetap bisa mengukir prestasi di sini. Fighting!” Taeil menyemangati Sunny sambil mengusap air mata di pipi Sunny.

“Sudah.. Jangan menangis lagi. Kau nanti tak tampak cantik lagi jika menangis. Apa kau tak malu jika Jaehyun melihatmu?” Taeil menggoda Sunny agar dia tertawa dan berhenti menangis. Namun, bukannya Sunny tersipu malu, tapi dia menunjukkan muka marah.

“Tak perlu membawa-bawa nama Kak Jaehyun lagi. Aku sudah muak dengannya. Dia hanya berusaha membuatku baper. Kurang ajar!” Sunny mengatakan hal itu dengan amarah yang meluap-luap.

Wajahnya yang sudah merah karena menangis tampak makin merah. Mukanya yang manis seketika berubah menjadi sosok yang penuh amarah.

Jaehyun yang secara rahasia membuntuti dan menguping pembicaraan mereka terperanjat kaget. Kenapa Sunny begitu marah padanya dan menganggap dirinya mempermainkan hati Sunny.

“Kenapa dia berpikiran seperti itu? Selama ini aku memang membuatnya baper. Tapi, aku bertindak seperti itu selain untuk melaksanakan amanat dari Kesiswaan juga untuk mengkodenya. Kenapa dia gak peka dan malah bicara kayak gitu?” Jaehyun menggerutu dalam hati.

Dia sendiri jengkel karena Sunny tak peka. Mungkin sudah saatnya dia bilang ke Sunny tentang perasaan sebenarnya.

Ting tong ting tong.
Saatnya pelajaran kelima, dimulai.

Jaehyun segera pergi agar tak ketahuan kalau dirinya sedang menguping mereka. Sementara itu, Taeil mengantar adiknya ke kelas X-9 lalu kembali ke kelasnya sendiri.

BLIND | Jaehyun ✔Where stories live. Discover now