Part 8

2.5K 126 3
                                    

Hari senin tiba, tak terasa sudah seminggu Ronni di Jogja dan Andri tak mendapat kabar apapun dari Ronni kecuali di hari pertama.

Tiba di kantor, Aji, Andri dan Karin langsung diminta ke ruang rapat oleh Pak Danu, mereka kini sudah di ruang rapat dan bersiap mendengar apapun yang akan disampaikan oleh Pak Danu.

"Selamat pagi semua, saya akan menyampaikan berita pada kalian semua" Ucap Pak Danu memulai.

"Hari sabtu kemarin saya terima kabar kalau adiknya Ronni meninggal dan langsung dibawa ke Jakarta pada hari minggu sore, kemarin jenazah langsung dikubur, istri saya kebetulan kurang sehat dan kami sedang di rumah sakit jadi saya belum sempat ke sana, saya sudah meminta Bu Dian (resepsionist) untuk mengirim bunga serta ucapan duka cita dan saya harap beberapa dari kalian atau kalian bertiga bisa datang ke sana malam ini untuk memberi santunan dari kantor dan ucapan belasungkawa secara langsung mewakili saya karena istri saya masih sakit jadi saya harus pulang tepat waktu" Jelas Pak Danu yang berhasil membuat Aji, Andri dan Karin terkejut luar biasa, bahkan bagai tersambar petir di siang bolong.

"Baik Pak, mungkin kami bertiga yang akan datang ke sana" Jawab Aji.

"Terima kasih, tolomg sampaikan maaf saya" Tambah Pak Danu.

Pak Danu kemudian menjelaskan pembagian tugas karena Ronni memperpanjang cuti sampai hari rabu, selesai rapat mereka kembali ke tempat masing masing, tapi Andri masih terlihat shock dengan berita itu.

"Dia gak ngabarin lo sama sekali?" Tanya Karin hati hati pada Andri saat mereka sudah duduk di tempat masing masing.

"Enggak" Jawab Andri singkat dengan pandangan mata kosong.

"Mungkin sibuk karena jenazah dibawa pulang ke Jakarta, udah jangan dipikirin terus, nanti kita tanya, sekarang kita harus backup kerjaanya dia kemarin" Jelas Aji sambil menepuk pundak Andri memberi semangat.

Aji, Andri dan Karin memulai pekerjaan mereka dan tidak ada lagi yang membahas masalah Ronni. Andri sempat melirik sekilas ke meja kosong di sebelahnya (tempat ronni) lalu Andri menarik nafas panjang dan menghembuskannya cepat seolah menghilangkan rasa mengganjal di dadanya.

Jam pulang kantor tiba, Aji, Andri, dan Karin berangkat ke rumah Ronni dengan kendaraan masing masing, Aji dengan motornya, sementara Karin, Andri dan Bu Dian (sebagai wakil perusahaan) berangkat dengan mobil Karin.

Tiba di rumah Ronni ternyata sudah ramai karena ada acara tahlilan untuk almarhumah. Ronni sepertinya sudah memperkirakan kedatangan teman teman kantornya, saat melihat mereka, Ronni langsung menyalami satu persatu dan mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan Ibunya.

Bu Dian sebagai wakil perusahaan menyampaikan uang belasungkawa kepada Ibunya Ronni, sementara Aji menyampaikan pesan Pak Danu pada Ronni. Ibunya Ronni lalu bercerita tentang kronologis kematian adik perempuan satu satunya Ronni itu. Mereka tiba hari selasa siang dan keadaan adiknya Ronni semakin memburuk, bahkan untuk sekedar bangun dari tempat tidur saja sudah tidak sanggup, pada hari jumat adiknya Ronni ternyata membaik, bahkan sudah bisa duduk walaupun dengan bantuan orang lain, Ronni yang melihat perkembangan adiknya merasa bahagia, bahkan mulai tenang untuk meninggalkan adik dan Ibunya di Jogja, tapi takdir berkehendak lain, saat waktu shubuh tiba, Adik Ronni tiba tiba kejang, akhirnya Ronni dan Ibunya membawa Adiknya ke rumah sakit terdekat, belum lama berada di rumah sakit ternyata sang pemilik nyawa sudah mengambil Adik Ronni kembali ke sisiNya. Ronni dan Ibunya merasa sangat sedih dan terpukul luar biasa, lalu Ronni sibuk mengurus segala keperluan untuk pemakaman di Jakarta dan kepulangan mereka.

Selesai Ibunya Ronni bercerita, tamu semakin banyak berdatangan, akhirnya semua pamit pulang karena sudah cukup larut dan kasihan pada Bu Dian apabila mereka pulang kemalaman.

MATEWhere stories live. Discover now