Journal - 16

47.2K 4.1K 259
                                    

"PS teladan, check. Revenge, check. Kepribadian, check. Menang lomba, check. Cinta?"

Celetukkan Carmen langsung membuatku menghentikan kunyahan makanan di mulut. Tiba-tiba saja aku tidak nafsu untuk melanjutkan makan siang dan perutku bergejolak aneh.

Sial, aku benci topik ini dan juga sindiran mautnya.

Parahnya lagi, saat jam makan siang, di kantin, keenam orang lainnya langsung bereaksi ketika Carmen selesai menyeletuk.

"Katanya, dia kan lagi deket sama itu tuuuh. Inisialnya aja, ya, 2 R 1 K." Mikayla memanas-manasi, yang lain mengangguk sementara aku hanya mematung.

Seperti alamiah, mereka berembuk bertujuh sementara aku hening sendirian.

Aku benci posisi ini, dimana aku mati kutu dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Kalo 2 L?" tanya Taylor dengan polos.

"Gak, deh. 2 L gak demen modelnya kek dia," timpal Tiffany dalem.

"Eh eh," Kiera melanjutkan ketika keenam kepala lain menengok padanya, "Lance kayaknya suka sama dia."

"Demi apa?" tanya Carmen terkejut, matanya membulat dan mulutnya melongo.

"Iyaaa," seru Kiera mantap, "Kiera liat diarynya loooh."

"DEMI APA?!"

"TAPI BOONG!" Sahut Kiera sambil nyengir melihat reaksi teman-temannya langsung kecewa.

Aku mencengkram ujung seragam, mengambil piring plastikku, berdiri tanpa menunggu reaksi mereka dan membuang piring tadi di tong sampah.

Bukannya aku marah dan menghindar dari topik itu, tapi sesuatu terus menjanggal di hatiku karenanya.

Mungkin karena kejadian waktu itu, entahlah.

Kejadian saat...

"Landon!" seruku semangat, melipir dari kerumunan orang banyak dan menghampirinya.

Landon berhenti berjalan, menungguku sabar karena banyak yang memberiku selamat. Yah, baru kali ini aku terlihat ketika menjadi pemenang lomba menyanyi hari ini.

"Buat yang tadi pagi, thank's banget," kataku sambil tersenyum pada Landon ketika aku sudah sampai di hadapannya.

Senyuman Landon terasa kaku, keningku langsung berkerut.

Ada yang salah.

"Gapapa, kok," sahut Landon pelan.

Hening.

"Gue ke...sana, ya?" tanyaku sambil menunjuk asal segala arah.

"Tibs," Landon menarik tanganku, lalu menyentaknya, "abis lulus gue ke Spore."

Aku menggelengkan kepala, berusaha melupakan kejadin itu dan tetap berjalan. Tepat di depan pintu kelas, ponselku berbunyi.

Sial, aku masih malu menerima telepon ini di sini. Kalau kau masih ingat ponsel monokromku, sih, pasti tidak bertanya mengapa.

"Halo, kenapa Ma?" tanyaku ketika sudah berada di Ruang Aula yang sepi.

Jadi ingat, kedua kali bertemu Kurt di sini. Hahaha.

"Liza, kamu baik-baik di sana 'kan?" suara Mama terdengar sangat lembut, aku jadi merindukannya.

"Iya, Ma. Aku baik-baik aja."

"Baguslah, besok Mama pulang. Ngomong-ngomong Papa udah diterima di sana, Mama sama Papa bakal nabung di bank dan uangnya buat beli rumah yang layak. Kamu maunya gitu 'kan, Liza?"

ST [4] - Tibby's JournalOù les histoires vivent. Découvrez maintenant