Journal - 15

40.1K 3.9K 155
                                    

Ruangan ini gelap tanpa ada ventilasi apapun. Tanganku berusaha menggapai udara kosong. Ini gila, setengah jam lagi acara sekolah selesai dan aku malah diculik.

Yah, meski aku sangat yakin penculik gila ini salah sasaran.

"BUKA WOI!!" Teriakku sambil menggedor bagasi.

Kayaknya dua orang gila di depan tidak akan bisa mendengar.

Aku mulai meraba-raba apa yang ada di tubuhku.

Semoga hapeku ada.

Semoga...

Dapat!

Oke, sekarang aku tinggal mengusir rasa panik dan buru-buru menjadikan ponselku penerangan. Disini hanya ada obeng, cat dinding, pewangi ruangan dan lainnya.

Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan dengan obeng itu, jadi aku mulai mencoba menelepon nomor yang tertera di kontakku. Tanganku bergetar saat memencet tombol ke bawah.

Ammabel. No.

Danies. No.

Dea. No.

Hillary. No.

Kiera. No.

Lance. No. 

Landon?

Tanpa aku bisa mencegah, aku menekan tombol yes dan nada dering mulai terdengar di telingaku. Nafasku terengah saat menunggu Landon mengangkat telefonku.

Tak sampai satu detik, Landon menerima panggilanku.

"What? Jangan lama-lama lo ngabisin wak-"

"LANDON HELP ME!" Teriakku keras, sedikit kesal juga karena nada menyebalkan dari suara Landon di sebrang telepon.

"Kenapa?" tanya Landon cepat.

"Gue diculik, di bagasi mobil item. Gatau mau kemana. Pokoknya pas gue lagi di jalan deket rumah lo, ada dua orang pake baju item-item datengin gue dan masukin gue ke bagasi! Gue harus gimana coba, acara udah tinggal setengah jam lagi," tukasku panjang lebar sambil mencoba menggedor pintu bagasi.

Nihil. Pintu bagasi itu benar-benar kokoh.

Terdengar kegaduhan di sebrang telepon dan aku masih bisa mendengar Landon menyumpah. Tapi tak lama karena suara Landon yang tenang terdengar di telingaku.

"Oke, dari rumah dia lewat mana. Kiri apa kanan?"

"Kiri."

"Berarti jalan tol?"

Aku mengangguk ragu, tapi beberapa detik kemudian menjawab "ya" karena yakin Landon tak melihat anggukanku.

"Disitu ada lampu merah gak?" tanya Landon.

"Lampu?"

"Ya, lampu. Yang ada di pinggir bagasi suka ada lampu merah. Coba cari," jawab Landon cepat dan tenang.

Aku mulai mencari ke pinggir-pinggir dan akhirnya menemukan lampu merah itu. "Ketemu."

"Disitu ada barang apa? Misalnya obeng, palu?"

"Ada." jawabku cepat sambil mengambil obeng yang tadi kulihat.

"Lo buka lampu merah tadi pake obeng, ngerti?"

Aku mulai memutar empat sekrup yang berada di ujung lampu merah tadi dengan nafas satu-satu.  

Disini panas sekali. Bajuku sekarang pasti bercucuran keringat. Kalau saja aku keluar, akan kutinju dua makhluk botak tak berperasaan itu.

ST [4] - Tibby's JournalWhere stories live. Discover now