Journal - 12

41K 3.9K 302
                                    

Aku berjalan tergesa setelah keluar dari rumah Diska an menuju taman. Bagus, sekarang aku sama sekali tak punya tebengan untuk pulang ke rumah. Aku juga tidak mengharapkan Kurt, Rico atau Raga menghampiriku. Apa yang harus ku-

"Landon," bisikku keras ketika melihat sekelebat bayangn seseorang berambut cokelat. Itu pasti Landon, tak sengaja aku melihat sepatu ciri khasnya, Nike.

Kenapa aku hafal? Entahlah.

Bayangan itu berhenti bergerak, perlahan wajah yang kutahu milik Landon mulai mengarah padaku. Dia tersenyum salah tingkah dan dengan gugup membalikkan badannya.

"Yeah?"

"Lo ngapain di sini?" tanyaku balik. Mana mungkin Landon ada di sini sementara Diska sialan itu hanya mengundang anak kelas 11? Entahlah.

"Kebetulan lewat sini," jawab Landon tanpa menatap mataku.

"Biasanya lo jarang keluar kalo malem?"

"Jadi lo merhatiin?" kepala Landon dengan cepat bergerak ke satu titik. Kedua bola mata hitamku.

Aku tertawa garing. Memang sih aku sering memperhatikannya, tapi itu benar-benar gak sengaja.

"Jadi gimana pestanya?"

Kami berdua akhirnya berjalan bersama seperti orang ling-lung yang tak jelas tujuannya. Landon juga tidak memberitahuku ia mau kemana dan akupun enggak ingin cowok itu tahu, kalau aku tadi dipermalukan.

"Biasa aja. Tadi gue pulang duluan gara-gara..."

Ternyata Landon membawa mobil. Benda bermotor itu terpakir di samping rumah Diska. Dia membuka pintu untukku dan menyuruhku masuk lewat gerakan matanya. Setelah aku masuk, dia menutup pintu lalu memutari mobil dan duduk di kemudi.

"Lo mau teriak gak?" tanya Landon gila, tiba-tiba banget nanyanya gituan.

"Ma-u..."

Landon menatapku tepat di mata. Dia mengangguk sesaat sementara aku mencoba mencari tahu apa yang ada di pikirannya.

"Kalo gitu kita ke sana," gumam Landon dan habis itu dia diam.

Tak berapa lama Landon menyalakan mesin dan mobil membelah jalanan, mobil masuk ke dalam gerbang tol. Mataku langsung mengernyit.

"Kita mau kemana?" tanyaku was-was.

Kali saja dia mau menculikku atau memutilasiku atau memper-

"Ke Puncak," jawabnya enteng.

"Ngapain?"

"Liat nanti."

"AH NGAPAIN LANDON?!"

"Yang jelas gak berbuat seperti yang ada di bayangan lo."

"Emannya lo tau?" tantangku sengit.

"Tau. Menculik. Memutilasi. Memperko-"

"DAMMIT."

Sepertinya aku menemukan Tiffany versi cowok. Ck.

Oh ya yang jelas Landon bukan vampire jadi kalian, yang suka menjodoh-jodohkan kami bisa bernafas lega.

*

"Ini villa keluarga gue, viewnya bagus," Landon membuka pintu mobil untukku dan mengambil jagung bakar yang tadi kami beli di jalan.

Aku melangkahkan kaki di jalan setapak bebatuan. Lampu-lampu kuning dengan tiang-tiangnya yang melengkunglah penerangan di tempat ini. Aku bisa melihat ayunan panjang dan enak menjadi tempat bersandar di depanku.

Landon yang tadinya di belakangku, berjalan cepat dan duduk di ayunan tadi. Sekilas aku melihat matanya melirikku seolah berkata padaku untuk duduk bersama dengannya. Aku tersenyum kecil dan ikut duduk bersamanya. Benar saja seperti dugaanku, benar-benar nyaman. Rasanya aku akan berada di sini sampai pagi.

ST [4] - Tibby's JournalOnde histórias criam vida. Descubra agora