#14 - Lemon cheese and Cappuccino

44.4K 2K 37
                                    

Hai hai readerku yang udah lama author anggurin. Maaf banget karna author baru bisa kasih update.an sekarang. Kali gitu langsung lanjut aja ya^^

Happy reading..

***

Elle menatap Lucas tenang,"sebenarnya apa yang kau inginkan?"

Seperti biasa Lucas menunjukan senyuman nakalnya,"kau. Hanya kau yang aku inginkan.", Elle memincingkan matanya, ia tidak mengerti laki-laki di depannya itu. Lucas selalu mengatakan bahwa ia menginginkan Elle, sejak awal ia selalu memaksakan kebersamaan mereka, tapi kemudian ia merenggut segalanya dan pergi begitu saja.
"lalu kenapa kau pergi begitu saja? bisakah kau menjelaskannya padaku?",Elle menangkap sedikit sendu di mata Lucas yang membuatnya semakin penasaran,"Lucas..",Elle mencoba meraih tangannya tapi Lucas menepisnya.

"sebaiknya aku pulang.",rahang Lucas mengeras saat mengatakan itu. Ada apa sebenarnya..., pikir Elle dalam hati sambil menatap kepergian Lucas yang tidak bisa ia hentikan.

Elle memejamkan matanya sejenak sampai ia mendengar suara Geraldine yang meneriakan nama Lucas dan tak lama kemudian ibu dari si kembar itu sudah muncul di dalam kamarnya dengan wajah murkanya,"apa yang kau lakukan Elle!!?", tunggu..apa yang aku lakukan?, pikir Elle bingung. Memangnya dia melakukan sesuatu hal yang salah?

"Ada apa Geraldine?", tanya Elle dengan hati-hati. Ini adalah pertama kalinya Geraldine membentaknya tanpa alasan yang jelas.

"kenapa Lucas pergi? bukankah ia bilang ia akan menginap?", Elle tersenyum heran, jadi karena kepergian Lucas.

Elle beranjak dari tempatnya,"maaf Geraldine. Tapi aku tidak tahu, dia tidak menjelaskan apapun padaku.",Elle menatap geraldine yang nampak frustasi. Geraldine baru saja akan membuka mulutnya ketika Alex muncul di ruangan itu.

"Sudahlah ma, biarkan saja Adam pergi. Dia hanya mengganggu ketenangan kita saja.", tanpa kata-kata lagi Alex hanya menatap jengah ke arah ibu kandungnya itu hingga Geraldine memilih untuk meninggalkan kamar Elle.

"Dan kau!", belum sempat Elle menarik nafas, suara Alex kembali terdengar sehingga menarik perhatiannya.

"Kau masih berhutang penjelasan padaku."

Elle hanya tersenyum penuh ejekan,"anda tidak memiliki hak atas penjelasanku, dan sebaiknya anda keluar dari kamar ini."

Beraninya gadis itu menentangku!, pikir Alex
"Tentu saja aku punya hak! Kau ini pelupa atau apa, hah? Bukankah dalam kontrak kerjamu telah disebutkan bahwa kau tidak seharusnya memiliki rahasia!",nah! kena kau!, Alex menatap Elle penuh kemenangan. Sedangkan Elle hanya bisa menggeram dalam hati, Alex benar, kesepakatan itu sudah sangat jelas dan ia sudah menyetujuinya. Shit!

"Baiklah, aku akan menceritakannya..tapi bukan sekarang.", Alex mengangguk setuju, lagi pula cepat atau lambat ia akan tahu. Bahkan ia telah memiliki spekulasinya sendiri tentang hubungan Elle dengan kembarannya itu.

***
Di sisi lain dari kehidupan Elle yang entah harus disyukuri atau dirutuki, terdapat Max yang semakin terpuruk. Ia semakin kacau, yang ia lakukan sekarang hanya menunggu Tiffany setiap harinya. Ya, adiknya itu mengurungnya di sebuah apartemen setelah adanya kesepakatan bahwa Max tidak membutuhkan penanganan dokter, "aku tidak sakit!", katanya waktu itu dan Tiffany setuju dengan syarat bahwa Max tidak akan pergi kemanapun tanpa Tiffany.

Ceklek..

"Hai kakakku yang tampan, apa saja yang kau lakukan hari ini?", pertanyaan itu muncul bersamaan dengan sosok Tiffany yang baru saja kembali. Ia menatap kakaknya miris, ia hanya pura-pura ceria demi membangkitkan suasana hati kakaknya itu, namun ia tahu pasti bahwa Max sudah hancur, dan rasanya ia sudah tidak sanggup lagi membiarkan Max semakin terpuruk.

His Shadow (Completed)Where stories live. Discover now