#3 - It Happens

63.2K 3.4K 13
                                    

Aku melihatnya, Lucas dan gerombolannya. Bergerombol di lorong menuju kelasku, menghalangi jalanku.

"Hai sayangku..", eeeww aku benci mendengarnya menyapaku seperti itu

aku mencoba mencari jalan untuk melewatinya namun gerombolan sialannya itu menghalangiku, "Maaf, bisakah aku lewat? aku ingin masuk kelas.", ucapku berusaha untuk tidak menatapnya.

Lucas tersenyum senang, "Kalian dengar teman-teman? betapa sopannya kekasihku ini.", kekasihmu? ya Tuhan, Tiffany benar. Laki-laki ini gila!

"Jangan kejam seperti itu sayang, aku sudah menantimu sejak tadi. Jika kau ingin masuk ke kelas setidaknya kau harus memberiku ciuman dulu.", lalu ia mulai mendekatiku dan aku tidak tahu kenapa tubuhku malah menjauh mundur sampai menyentuh dinding lorong, apakah aku ketakutan?

"Aku menunggu ciuman darimu. Ayolah, kau tidak ingin terlambat masuk kelas pertamamu kan?", kedua tangannya mulai mengepungku, "shy girl huh? baiklah, kau yang memaksaku.", setelah itu aku tidak sadar apa yang baru saja terjadi karena tiba-tiba ia menciumku dengan dalam, di bibirku yang masih virgin. Dan kemudian tanpa sadar aku menamparnya, "brengsek! itu ciuman pertamaku. Kau mengambilnya begitu saja, kau benar-benar gila!", kemudian aku mendorongnya mencoba menjauhkannya, namun ia menekan pundakku kembali ke dinding, "Ini hanya permulaan saja, tidak hanya bibirmu, aku akan mengambil semuanya! karena kau sudah menjadi milikku, satu-satunya.", lalu ia pergi meninggalkanku.

***
Beberapa bulan ini hidupku benar-benar seperti di neraka, Tiffany memang benar sejak awal, ia sama sekali tidak berlebihan. Lucas...dia selalu melakukan apa yang dia inginkan, memaksaku pergi bersamanya, menghadiri acara ini dan itu, menemaninya makan dimanapun ia mau, termasuk di dalam kamarnya.

Aku tidak akan pernah lupa kejadian itu, dia sedang demam hingga memintaku untuk mengurusnya. Ia menyuruhku untuk datang ke rumahnya dan aku datang, dia bilang dia ingin makan denganku. Namun saat aku tiba di kamarnya dia hanya tersenyum menyuruhku duduk di depannya, "Apa maumu kali ini? Lucas, dengarkan aku. Kita tidak bisa memiliki hubungan seperti ini dan kau tidak bisa mengancamku terus menerus seperti ini, Tiffany sahabatku."

"Karena itu kau harus menolongnya dengan cara menjadi kekasihku.", kata Lucas santai

Aku menarik nafas frustasi mendengar jawaban Lucas,"Lucas, aku tidak mencintaimu. Maaf. Apakah kau tidak mengerti?"

Ia tersenyum, namun senyumannya tidak sampai menyentuh matanya, "Bagiku itu tidak masalah Elle, aku sudah terbisa hidup bersama orang-orang yang tidak mencintaiku. Tapi aku tidak terbiasa ditolak. Aku tidak peduli jika semua orang dekat denganku hanya karena hartaku, toh aku punya banyak uang. Tidak bisakah kau seperti mereka? aku hanya ingin bersamamu.", what now? Kenapa aku merasakan ada kesedihan dalam kalimatnya itu.

Aku tidak percaya Lucas mengatakan hal itu, aku tidak pernah melihatnya semenyedihkan ini. Dan saat ini entah mengapa aku merasa ingin memeluknya.

"Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, aku akan memaksamu jika perlu.", ucap Lucas lugas sambil menatap kedua manik mataku.

***
Malam ini adalah malam tahun baru sekaligus ulang tahunku, Lucas dengan semua rencananya berhasil membuatku berada di sini, di night club pribadi milik keluarganya untuk merayakan malam pergantian tahun bersamanya.

Di balik suara dentuman musik dan keramaian club ini, Lucas terus mencumbuku. Ia berusah mencium dan merabaku, "Lucas hentikan, ini tempat umum."

Lucas berhenti sejenak, "Tempat umum ini adalah milikku, kau juga milikku. Kau tidak menyukainya? kau ingin ke tempat yang lebih sepi?", tanya Lucas yang sudah sedikit mabuk karena beberapa gelas alkohol yang sudah diminumnya.

Aku mencoba menepis tangannya, "Bukan begitu, aku ingin kita berhenti. Aku berhenti menjadi kekasihmu.", akhirnya setelah sekian lama aku bisa mengatakannya, "Aku ingin putus darimu."

Oh tidak, wajah Lucas sejenak terlihat marah tapi kemudian ia tersenyum lalu mengangkat segelas alkohol yang ada di meja, "Elle, bagaimana keadaan ayahmu? Maximilian Mueller?"

"Tidak! jangan katakan..", jawabku panik. Lucas tidak mungkin setega itu. Aku tahu Lucas sangat suka mengancam dan melakukan segala cara demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi ide bahwa ia akan mengganggu kehidupan papa benar-benar membuatku takut.

Ia menggenggam tanganku yang gemetaran, "Elle-ku sayang, bagaimana menurutmu jika aku memblacklist perusahaan ayahmu dari peredaran? kau tahu jika perusahaan keluargaku memiliki pengaruh yang besar kan? jika aku memblacklist perusahaan ayahmu, maka sudah bisa dipastikan tidak akan ada perusahaan manapun yang mau bekerjasama dengannya lagi. Dan kau pasti bisa menebak apa yang selanjutnya akan terjadi pada ayahmu.."

"Lucas, teganya kau! aku tidak akan dengan mudahnya kau ancam lagi seperti ini, aku tetap ingin..", Lucas mengabaikanku, dia malah mengeluarkan ponselnya, "Malam om, maaf mengganggumu seperti ini. Apakah kau tahu mengenai perusahaan milik Maximilian Mueller? Ah, kau tahu. Jadi apakah itu perusahaan besar seberapa besar keuntungan dan aset yang dimilikinua? ya..ya, aku sedikit tertarik padanya. Bisakah kau membantuku? Sebenarnya aku ingin mem...", aku merebut ponsel itu dari genggamannya, aku tidak ingin ayahku hancur.

"Kau menang...aku bersedia menjadi milikmu.", janjiku terpaksa.

Lucas menatapku puas, "Sepenuhnya?", tanyanya dengan nada menantang. Betapa rakusnya laki-laki ini.

Aku mengangguk, "Ya, sepenuhnya. Aku milikmu sepenuhnya."

"Good girl! Sekarang kemarilah sayang. Cium aku.", sudah terlambat, semua kata-kata telah menjadi perintah untukku, aku harus melakukannya. Maka aku mendekatinya dan mulai menciumnya sesuai cara yang dia inginkan.

Lucas Adam Hoffmann, dia selalu menang.

***
Next👉

His Shadow (Completed)Where stories live. Discover now