JVD - DUABELAS

95.6K 4.9K 630
                                    

ASTAGA, GUE TERHARU SAMA READER GUE.... MAKASIH BUAT KEPERCAYAAN KALIAN. gue yakinin. ini cuma salah paham aja. berikut pengakuan reader yang bersangkutan.

"Mbak cerita cinderella janda ama JVD itu gk sama , saya udah baca dari awal juga alurnya gk sama ama cerita jvdnya mbak, yg sabar ya mbak"- Alya Zahira Humaira a.k.a @riana_amanda.

bisa kalian tanyain langsung ke Alya, kalau nggak tanya ke RaniOctavianiPutri. mereka yang bilang ke saya, ceritanya beda. mungkin cuma temanya aja yang sama. pakai Janda-Duda. tapi, kalau yang bersangkutan membaca ini. saya cuma mau bilang sekali lagi.

Ide JVD real ide saya sendiri tanpa mencontek, menjiplak atau sebagainya. ini bulan puasa. mana mungkin gue boong.

sekian.

sory dikit, penting gue update wkwkwkwk

maaf juga kalau semisal feelnya kurang dapet. soalnya gue masih baper sama masalah kemaren. belum baca ulang. belom sempet ngedit. sory bro wkwkwkwkwk

- JVD-

Rasti beserta keluarganya mengantar keluarga Daton sampai depan rumah.

"Makasih banget loh, buat makanannya yang enak banget." kata Asri pada Ningsih.

"Akh, bisa saja kamu. Yakin nggak mau nginep?" tawar Ningsih.

Asri menggeleng "Maaf, aku sama mas Ari masih harus ngurusin beberapa pekerjaan."

Ningsih mengangguk mengerti. Asri bercerita, beberapa bulan lalu, dirinya dan Ari membangun sebuah usaha tempat makan lesehan. Dan minggu-minggu ini banyak orang-orang penting yang makan di sana. mempercayakan mereka menjamu tamu-tamu orang penting tersebut.

"Yasudah, aku pulang dulu. Assalamualaikum." pamit Asri lalu memasuki mobil setelah salamnya di balas.

"Waalaikum salam."

"Bu, bang, kak, Ras, Ton, Bayu ama Salma juga pamit pulang ya." Pamit Bayu.

"Nggak nginep lagi, Bay?" tanya Ningsih lembut. Mengelus lengan Bayu.

"Waaahh, bisa gembul saya, bu. Terus nginep di sini. Makannanya bikin nagih! Hehehe." cengir Bayu

"Salma juga takutnya ada yang ngiri bu, denger suara dari kamar tamu. Hihihihi." seloroh Salma membuat Rasti mencubit lengannya gemas.

"Tuh.. Tuh.. Bu, liat. Ada yang ngerasa 'kan? Hihihihi."

Ningsih menepuk pundak Salma pelan. "Kamu, ini. Makin hari, makin seneng banget ngegodain Rasti."

"Bawaan, baby J, bu. Hihihi."

"Ya sudah, ibu titip salam ya Bay, buat bapak sama ibu kalau kamu ke rumah. Titip salam juga buat ibu sama bapak kamu loh, Sal. Udah lama nggak ketemu. Masih di Kuningan 'kan?"

Bayu mengangguk di ikuti Salma

"Sip, bu. Nanti Bayu salamin."

"Iya, bu. Nanti Salma salamin kalau Salma ke rumah. Iya, masih di kuningan."

Bayu dan Salma menyalamin Ningsih sebelum akhirnya masuk ke mobil dan pulang.

"Daton juga, bu. Pamit, udah malem." kata Daton membuat Dea yang berada di gendongan Anton protes.

"Dea mau nginep, pah!"

"Kamu besok masih sekolah, Dea." kata Daton lembut.

Dea bersedekap, memalingkan wajahnya dari Daton. Ceritanya ngambek!

"Papah mah, gitu orangnya. Dea 'kan masih mau di sini sama mamah Rasti. Kalo papah mau pulang, sama om Anton aja. Turunin Dea om." rengek Dea.

Anton mengacak rambut Dea gemas sebelum menurunkan Dea.

"Emm, Anton pulang dulu, Tan, semua."

"Iya, hati-hati di jalan, jangan kapok-kapok main ke sini." kata Ningsih lembut yang di angguki Anton.

Lelaki yang ternyata berusia setahun lebih tua dari Rasti itu pun menaiki motor sport hitam miliknya, lalu melesat keluar dari perkarangan rumah Rasti.

"Nah, ayo masuk. Di luar dingin." Ningsih menggendong Dea. Membawanya masuk ke dalam rumah. Diikuti Angga dan Kinar yang menggendong Rasya yang sudah terlelap. Meninggalkan Rasti dan Daton, berduaan. 



-JVD- 



Rasti menghela napasnya sejenak sebelum memulai pembicaraan.

"Kamu yakin, mau nerusin ini semua?" Rasti bertanya, pertanyaan ini sebenarnya bukan hanya untuk Daton. Tapi untuk dirinya sendiri.

Daton mengangguk yakin

"Udah sejauh ini, kenapa harus nggak yakin? Apa jangan-jangan, kamu yang mulai ragu buat nerusin." Daton menatap Rasti lekat. Perkataan Daton tepat mengenai sasarannya. Karena entah kenapa, Rasti merasakan keraguan. Tapi, entah karena apa.

Rasti menunduk, memilin ujung kebayanya.

"Kalau boleh jujur. Aku masih belom ngelupain dia. Aku takut, nanti, ditengah jalan aku berhenti usaha buat mempertahanin hubungan ini."

Daton menghela napasnya pelan, sudah menduga kelabilan Rasti. Dia berjalan mendekati Rasti, mengangkat dagu Rasti agar Rasti bisa menatap matanya, agar Daton bisa melihat mata yang dikabuti keraguan itu.

"Denger, ya. Rasti Kinasih." katanya tegas, menatap mata Rasti dalam "Kalau kamu belum bisa ngelupain dia. Izinin aku yang bikin kamu ngelupain dia. Begitu pun sebaliknya. Karena dalam hubungan kita, yang kita butuhkan cuma usaha. Ngerti?"

Rasti mengangguk, terbuai dengan cara Daton mengunci tatapannya

"Satu lagi, kalau kamu nyerah sama usaha kamu. Ada aku di sini yang bakal ngebuat kamu mau ngelanjutin usaha kamu." lirih Daton. Mengecup sudut bibir Rasti lembut. Sebelum melepaskan Rasti yang masih terkejut, berbalik meninggalkan Rasti masuk ke dalam rumah.

Siapa yang menyangka, tindakan Daton hanya spontan. Tidak pernah terpikir oleh Daton kalau ia akan lancang mengecup Rasti walau itu di sudut bibirnya saja. Tubuhnyalah yang bereaksi, bukan otaknya.

Apa yang aku lakukan? Pikir Daton.

-JVD-

"Pah, pulang yuk!" ajak Dea tiba-tiba.

"Loh, Dea kenapa pulang? Tadi katanya mau nginep?"

Dea tersenyum ke arah Ningsih.

"Hehe, maaf Oma, Dea cuma pengen ngambil boneka Dea."

Janda Vs Duda Where stories live. Discover now