JVD - SEMBILAN

117K 4.9K 494
                                    

Di nggak tau kenapa kemaren tuh kata dempetan kek bocah kembar. Padahal di ms.word nggak kek gitu, ngehnya ketika tadi baca komenan. Jadi, yang merasa terganggu Di minta muaaaaf banget. Mungkin juga salah Di nggak dibaca lagi setelah di update. Tapi, yah, udah setengah di edit. *kedip cantik*. Sory nggak panjang dan sory karena nggak bisa on time update. Makasih buat bobolan 700+ vote di beberapa chap dan 800+ vote di chap kemaren, yang walau berantakan dan nggak layak baca tapi masih mau di vote *ceritanya terharu*. Makin sayang kalian^^ yang berhasil memasukkan cerita ini ke-30 besar cerita populer dan masuk 3 besar kategori Chicklit. Makasih buat kamu *yang merasa* udah nginbox di FB ngasih laporan perkembangan ni cerita tanpa dipinta.


FYI, Fiesta itu merk kondom, bukan makanan :v. Bersyukurlah pada kalian yang bener-bener 'ngak' tau, berarti menandakan otak yang masih polos. Dan jangan pura-pura 'polos' gue tau isi otak kalian :v


Oh iya, acungin jempol buat reader yang bisa ngebaca next-alurnya. Siapa? Nanti juga merasa *kedip genit*

PS : sori pabila ada typo, kesalahan menulis, dsb.

 

OooJVDooO





Daton segera berlari ketika menyadari apa yang disebut Dea 'permen' itu. Tidak habis pikir, kenapa anaknya bisa menyangka kalau benda—-jika kondom bisa dikatakan demikian—-keparat itu disamakan dengan permen. Salahkan pabriknya yang memproduksi kondom dengan kardus penuh warna dan rasa. Terlebih, kenapa benda seperti itu bisa terletak disebelah jajaran permen dekat meja kasir? Apalagi, merek yang tercantum pun sama dengan merek makanan cepat saji. Siapa yang salah di sini?




Rasti hanya bisa memukul kepalanya berkali-kali. Ini karena keteledoran dirinyalah yang kurang memperhatikan apa yang diambil Dea. Tapi, hei! Siapa yang menyangka bocah berusia enam tahun itu akan mengambil sebuah KONDOM! Akh, ralat, TIGA KARDUS KONDOM!!


Mba-mba kasir pun seolah memasang wajah. Ini-sudah-biasa!! Argghhh!! Terkutuklah para pihak yang menaruh kondom itu di dekat jajaran permen. Rasti mengejar langkah Daton. Berusaha menyamai langkah duda beranak satu itu.




"Dea, ka—"




perkataan Daton terhenti ketika melihat Dea meniup 'permen'nya layaknya balon. Sementara Rasti hanya bisa melongo tak habis pikir. Tangan Daton mengambil 'permen' dari mulut Dea yang matanya fokus menonton Beuty and the Beast di layar televisi.


                                "Ikh!! Papah!! Kok diambil balon Dea?!!" protes Dea tak terima.


                                "Dea, ini bukan balon."


Dea mengerutkan dahinya


"Terus apa? Permen? Awalnya sih, Dea ngira juga permen pah, tapi pas dibuka balon, baunya durian lagi pah, yang papah pegang itu stroberi. Rasanya juga sama." tutur Dea sambil menyerahkan 'balon' rasa durian yang sudah ditiupnya.

Janda Vs Duda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang