[ Side Story: Parents ]

13.8K 2.7K 706
                                    

Hai,
maaf aku masih gabut
dan ini bukan update lanjutan ya ... entah kenapa draftku agak mandeg jadi kudu nyari side view, wkwkwkk

mungkin aku hapus juga ini bab, semisal dirasa bikin rancu, just tell me ya.

thank you

🍯


Kediaman utama Kel. Kanantya
Palagan Ecovillage, Sleman.


"Papa lagi ngapain?" tanya Soraya Baiharni, mendekati sang suami yang tampak fokus pada beberapa berkas, tumpukan buku bank dan sertifikat rumah yang memenuhi area meja kerja.

"Tadi dari meeting dengan Pak Anand Soeroso, aku diingatkan karena warisan dari Bapak juga sudah penetapan dan terselesaikan pembagian tanahnya ... jadi, sebaiknya aku juga mulai merevisi hak-hak ahli waris, yang mana untuk Lyre, yang mana untuk Esa."

Soraya mendekat, memeriksa setiap berkas. Sang suami beranjak menggeserkan kursi untuknya.

"Rumah yang di Nanggulan, selesai sewa bulan kemarin dan minggu ini udah dikosongkan. Lady nanyain, karena dia butuh rumah pensiun, mau ngadem aja, slow living."

"Itu rumah satu-satunya peninggalan Pak Gedhe lho. Cornelis nunggak lagi apa bayarnya?"

"Enggak nunggak, malah pengin perpanjang dua tahun tapi sejak Lady nanyain ... aku kepengin memprioritaskan dia, udah lama keluarga ini terpencar kemana-mana. Kalau Esa menikah juga, pasti semua kumpul, khawatir kurang tempat."

"Tapi kalau rumah Nanggulan juga lumayan jaraknya ke sini, Yaya."

"Iya, uang rumah Nanggulan itu belikan rumah belakang."

"Eh? Keluarga belakang jadi mau pindah Kanada?"

"Jadi, udah mulai ngurus surat, katanya kalau ke kita dia kasih harga delapan aja, kosongan."

Lukito Kanantya berpikir sejenak. "Lady mau beli rumah Nanggulan berapa?"

"Satu setengah, Mama udah ada sembilan setengah sebenarnya, cuma yang dua 'kan buat jaga-jaga Esa."

"Ada benarnya, ya sudah diatur saja, besok pagi Papa yang akan ke rumah belakang untuk ketemu dan memastikan penjualan."

Soraya mengangguk, memeriksa beberapa berkas bank untuk memastikan situasi keuangan keluarga.

"Esa sama Bita ini belum pulang juga? Sudah dari sore perginya," tanya Lukito, memastikan jam di pergelangan tangannya. "Ini lewat jam sembilan."

"Bita bilang rapelan jatah manjanya sampai jam sepuluh," ungkap Soraya sambil menahan tawa. "Inge tadi di telepon sampai ngomong situasinya kayak anomali, biasanya orang tua khawatir anak gadisnya diapa-apain, ini khawatir anak gadisnya ngapa-ngapain."

"Bita ngapain emangnya? Anak baik, enggak ada dia neko-neko gitu, paling minta jajan apa, ngajak foto sana-sini kayak kalau liburan itu."

"Papa anggapnya Bita anak kecil terus."

"Lho memang iya, Esa juga ngertilah gimana ngurusnya ... dari dulu juga biasa manjain ngajak jalan-jalan atau belanja."

REPUTATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang