[ 23. ]

14.7K 3K 1.3K
                                    

Hai,
nyore bersamaku ya
sambil ngamatin hujan
ceile~

.

2.300 kata untuk bab 23 ini
ehehe angka syantik

selamat membaca
&
terima kasih

🍯

[ 23. ]

"Bunda aku mau menikah sama Mas Esa sekarang juga."

Astaga! Sebut Esa dalam hati lantas memantapkan ketenangan untuk menghadapi gadis di pelukannya ini.

"Belum siap kalau sekarang," jawab Esa lalu menunduk, memperhatikan raut wajah Tsabitah, tidak ada tanda-tanda kulit memucat dan suara napasnya juga terdengar teratur. "Sini, Mas cek dulu jamnya."

"Emang suka bunyi-bunyi aja dia," kata Tsabitah dan segera menghindar, sebelum indikator jam tangannya kembali berulah. "I am fine."

Esa tetap mengulurkan tangan kirinya. "Little Bi ..."

Theo dan Inge saling pandang mendapati sang putri yang seketika kooperatif, kembali mendekat untuk diperiksa. Situasi saat ini benar-benar serupa dengan masa lalu, dimana Esa selalu bisa mendapatkan kerja sama Tsabitah dalam pemeriksaan.

"Jam berapa kamu tidurnya semalam?" tanya Esa setelah selesai memeriksa beberapa bagan pengukuran.

"Sembilan," jawab Tsabitah dan mengalihkan tatapan.

"Enggak boleh bohong."

Tsabitah akhirnya mengaku. "Setengah satu pagi."

"Astaga!" sebut Inge sebelum mengomel. "Bita, ya ampun! Katanya udah selesai pekerjaan LittleBi, kenapa masih saja begadangan sampai jam segitu?"

"Ya, ada, yang aku kerjain, Bun." Tsabitah sedikit merengut saat tangannya dilepaskan.

Esa terdiam sejenak lalu memberi pilihan cepat. "Mau bawa Catbus atau Moon?"

"Enggak mau tidur di jalan," kata Tsabitah, mereka akan pergi berdua dan ini saat yang tepat untuk berduaan, membicarakan banyak hal.

Esa beralih tatap pada nyonya rumah yang menanti. "Catbus aja, Bunda ... tolong diambilkan."

"Aaaaa ... Mas Esa."

Theo mendapati rengekan anaknya tidak berpengaruh banyak. Istrinya juga sigap beranjak untuk mengambilkan bantal selimut yang sudah Tsabitah miliki sejak balita.

Esa jelas masih ingat, ada dua motif bantal selimut favorit Tsabitah. Keduanya adalah gambar karakter pendukung fiksi dalam film produksi Studio Ghibli. Bantal selimut itu biasa dipakai Tsabitah untuk tidur ketika berpergian ke Semarang dengan perjalanan darat.

"Sekarang, cek isi tasnya," kata Esa membuat Tsabitah lebih merengut.

"Non, kotak jajannya kok ditinggal lho," ujar pengurus rumah tangga yang bergegas mendekat, menyerahkannya pada tuan rumah.

"Bita," panggil Theo karena ini jelas satu hal yang melanggar kesepakatan mereka.

"Aku mau jajan sama Mas Esa, kayak orang-orang ikut trip itu, pada mampir rest area, terus jajan ... aku 'kan belum pernah, Ayah."

Esa selesai memeriksa pouch obat dan mengangguk. "Tetap dibawa ya kotak jajannya, nanti pulangnya aja, kalau enggak terlalu larut bisa mampir Ketep dan beli jagung bakar."

"Ketep?" ulang Tsabitah, tahu tempat itu sebagai salah satu area muda-mudi menongkrong bersama, menikmati pemandangan gunung Merapi atau city view di malam hari.

REPUTATIONWhere stories live. Discover now