Bagian 25. PENGKHIANATAN SENIOR?

1K 207 12
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bismillahirrahmanirrahim.

Selamat pagi teman-teman. Ketemu lagi walau lama. Silahkan yang lupa naskah ini kembali ke bab sebelumnya.

Alhamdulillah saya sudah sehat. Tapi sedang disayang banget oleh Allah hingga sekeluarga harus bergantian opname. Kuat lah ya? Kan pengurang timbangan dosa kelak.

Menjelang dini hari tadi, saya mendapatkan kabar bahwa ada operasi yang sudah dijadwalkan untuk Ananda Arrasid. Biayanya sangat besar. Dan dari yang besar itu mudah-mudahan bisa dari teman-teman semua walaupun tak banyak. Kalau ikhlas InShaAllah barokah. Semoga hajat apapun yang kalian punya terkabulkan. Bila masih lama semoga Allah percepat bila masih jauh semoga Allah dekat kan. Yang menunggu jodoh semoga segera datang dan yang berumah tangga semoga selalu langgeng dengan semua masalah yang terselesaikan dengan baik. Semoga kalian semua sehat-sehat semua. Aamiin allahuma aamiin.

Tetap bantu yang teman-teman bersama saya [ BCA 6281263649 a/n NIKEN ARUM DHATI ]

Terima kasih banyak dan selamat membaca ♥️

*

Kegiatan setelah situasi itu adalah memaksa Brielle agar cepat tidur di kamarnya. Dan itu menjadi tidak mudah ketika Brielle memilih bertahan di ruang tengah dan menonton televisi. Gadis itu meringkuk tertutup selimut hingga menyisakan matanya saja yang terlihat.

"Tidak ada resep obat tidurnya mungkin, Mas?" Andi yang melintas di dekat Gempar sambil membawa mug berisi teh, berbisik lirih. Gempar sendiri tidak menjawab dan hanya menatap Brielle yang tak acuh menatap layar televisi.

"Tidak mungkin tidak ada." Gempar berbisik setelah beberapa lama dan mencondongkan tubuhnya ke arah Andi.

Terdengar suara air teh disesap oleh Andi. Dia menatap Brielle yang bahkan mengacuhkan mereka. Gadis itu tadi, sekitar 10 menit lalu, mengatakan pada mereka kalau mereka berdua tidak pandai membantunya meminum obat. Nada suara penyampaian gadis itu juga menempatkan Gempar dan Andi pada posisi bersalah tanpa mereka bisa membantah.

"Dia itu badak yang kebal dengan bius." Gempar yang menumpu siku dengan sebelah tangan berbisik pada Andi.

"Walah...badak kok ayu banget Mas."

"..."

Gempar menoleh menatap Andi yang tak acuh menyesap tehnya. Pemuda itu lalu menuju sofa tunggal di dekat Brielle dan duduk perlahan-lahan.

"Kau akan mengganggu ibu istirahat..." Gempar seperti tidak menyerah memberikan alasan pada Brielle agar mau menyudahi acara menonton televisinya.

Tangan Brielle terulur dan mengecilkan volume televisi. Gadis itu menaikkan kedua alisnya dan memberi kode pada Gempar bahwa apa yang pemuda itu khawatirkan tidak akan terjadi. Gempar berjalan ke arah sofa dan melesakkan bokongnya sembari menarik napas panjang. Dan tidak seperti yang seharusnya ketika ada orang lain duduk di sisi lain sofa, dan seseorang menarik kakinya memberikan space, maka yang terjadi adalah Brielle yang meluruskan kaki hingga menyentuh kaki Gempar. Gadis itu meregangkan tubuhnya dan tidur terlentang menatap langit-langit.

GEMPAR AND THE COFFEE THEORY Where stories live. Discover now