16

28K 1.5K 84
                                    

"Shit!"

"Hahaha! Kau semakin jago, hmm?" Jean menepuk pundak Lucas sambil bertepuk tangan dengan bangga setelahnya. Sedangkan Lucas hanya menampilkan ekspresi datar selayaknya tak ada apapun yang ia lakukan.

"Lihat?! Lihat... Kau dan insting mu semakin berkembang! Kemajuan! Hanya dalam 5 menit dan kau bisa menemukan Pion yang disembunyikan di antara mereka semua..." Jean menunjuk tumpukan daging tak berbentuk yang sebagian besar di antaranya sudah tak bernyawa.

Sebagai besar, artinya sebagian kecil yang lain masih memiliki nyawa.

Nio menelan ludahnya susah payah. Dia tak salah lihat, tumpukan daging yang tak berbentuk itu adalah jasad manusia.

"Tidak... Dia masih hidup..." cicit Nio pelan. Di antara tumpukan daging itu, Nio melihat sebuah tangan yang bergerak.

"Jean." Nio menghentikan Jean yang akan kembali menembak, sisa sisa manusia yang masih bernyawa di antara tumpukan daging yang hampir membusuk itu.

"Hmm? Eihh... Lihatlah, Luc. Omega cantikmu memanggilku... Kau ... Kau tak cemburu?" Jean suka sekali mempermainkan emosi Lucas.

Lucas hampir marah. Tapi Nio menghentikan pria itu dengan mudah. Nio perlahan mampu mengendalikan emosi Lucas yang sulit dikendalikan oleh hampir semua orang selama ini.

"Tuan apa kau tidak punya hati?" Nio menghadang Lucas. Menatap pria tinggi di depannya dengan tatapan kecewa.

Sejak Nio menginjakkan kaki di mansion Clairton, tak pernah sekalipun dia tahu tentang tempat ini. Tempat yang lebih mengerikan daripada neraka.

"Aku memang bukan siapa-siapa sepertimu atau seluruh keluarga Clairton, tapi ... Tapi apa kalian memang suka memainkan hidup seseorang? Kalian kira mereka mainan?" Nio tak habis pikir.

"Orang kaya memang memiliki segalanya." Nio menjeda ucapannya. Kakinya mundur tanpa ia sadari. "Tapi satu hal yang tak mereka miliki, kemanusiaan." Nio menambahkan.

Lucas bungkam. Tak seperti biasanya. Dia akan menggertak siapapun yang berani ikut campur di dalam urusannya. Tapi kali ini, Lucas tak memiliki kemampuan itu. Sebaliknya, dia justru merasa bersalah kepada Nio. Perasaan yang selama ini sangat jarang Lucas rasakan sepanjang hidupnya.

"Hei... Omega cantik tenanglah... Ya, permainan ini agak kejam memang. Tapi mereka semua adalah penghianat. Mereka-"

Jean reflek menghentikan ucapannya saat Nio menatapnya dengan mata bundarnya yang menunjukan betapa sedihnya pria cantik itu.

"Jean, aku tak mengenal mereka semua. Tapi yang aku tahu, mereka adalah manusia. Dan seburuk-buruk apapun hal yang mereka lakukan, apa benar jika kau dan Tuan Lucas mempermainkan hidup mereka seperti ini?" Nio menunjuk beberapa manusia yang masih hidup di antara rasa sakit.

Lucas seharusnya bisa membantah Nio. Dia seharunya memarahi Nio. Tapi apa itu? Lucas tak mengucapkan apapun, dalam kata lain ia membiarkan Nio memarahinya dan Jean.

"Kalian semua... Maaf karena bicara terlalu banyak." Nio segera menunduk dan meminta maaf. 'Aku tak lebih berbeda dari mereka. Aku hanya mainan milik Tuan Lucas...' Batin Nio.

Nio ingin segera meninggalkan tempat mengerikan itu. Dia tak tahan berada di sana dan melihat banyak darah dan juga suara rintihan dari mereka yang sudah diujung kematian. Namun Lucas menahannya.

Pria tinggi itu mencekal tangan Nio. "Nio, mau ke mana kau?"

Jean terkekeh gemas melihat Lucas dan Nio. 'Omega itu benar benar bisa mengendalikan Lucas... Syukurlah.' Jean membatin.

Jean menepuk pundak Lucas dan berlalu dari tempat menjijikkan itu lebih dulu  dengan perasaan bahagia. "Nikmati ocehan omega cantikmu... Aku akan bermain dengan yang lain." Jean berbisik di telinga Lucas.

Milik Tuan Lucas (BL)Where stories live. Discover now