[SEASON 1] Bab 1 : Panggung Sandiwara

58 12 9
                                    

Sinar bagaskara menyilaukan netra. Srikandi menyipitkan pandangan menerima sorot matahari yang masuk dari jendela. Sebuah bayangan tampak berdiri menghalangi sinar mentari. Gadis bersurai biru itu memperjelas penglihatan. Begitu membuka mata penuh, terlihat seorang anak perempuan berusia 12 tahun berdiri berkacak pinggang di depan ranjang tempat tidurnya. Srikandi terperanjat dudukm. Anak perempuan itu naik ke kasur lalu duduk di sebelah Srikandi sembari menyilangkan tangan. Bibirnya mengerucut menahan sebal.


"Teteh mimpi buruk lagi, ya?" Anak itu bertanya memandang Srikandi.

Srikandi tersenyum lantas mengusap pucuk kepala si bocah. "Tidak, Teteh terkejut karena tidak sengaja tertidur setelah sembahyang tadi. Ada apa? Kenapa jam segini kamu sudah memasang wajah masam begitu?"

"Aku sebel sama Ayah dan Ibu," keluh si anak berambut ikal berkuncir kuda.


Kening Srikandi berkerut. "Kenapa? Ayah dan Ibu tak mau membelikan mainan baru untukmu?"

"Teteh mandi dulu sana!" kilah Gayatri, adik Srikandi.

Srikandi menanggapi dengan senyum. Dia menarik handuk dan melenggang pergi membersihkan diri. Beberapa menit berlalu, Srikandi keluar kamar mandi mengenakan terusan berwarna biru langit dengan renda dan hiasan bunga di bagian kerah. Dia melihat sang Adik tertidur dengan buku menutupi wajah. Rambut Srikandi yang berwarna biru laut tampak berkilau terkena pantulan sinar matahari. Ketika tengah mengeringkan rambut dengan handuk, seseorang mengetuk pintu. Belum sempat gadis itu menoleh, pintu terbuka dan berdiri seseorang yang menatapnya sembari menghela napas.

"Kamu sudah ditunggu dari tadi. Ibu menyuruh Gayatri membangunkanmu. Ke mana anak itu?" ucap seorang wanita paruh baya yang mengenakan baju kebaya hijau dan selendang salem.

Wanita paruh baya itu menggulirkan pandangan dan menatap anak bungsunya yang tertidur pulas memegang buku. Dia menggelengkan kepala, lalu mengembuskan napas kasar. Srikandi tertawa kecil, melanjutkan kembali aktivitas yang baru saja sempat tertunda. Wanita itu pun masuk ke dalam membangunkan Gayatri.

"Dek, bangun! Ini anak malah tidur." Wanita itu mengguncangkan tubuh Gayatri.

Bocah berkulit sawo matang itu terperanjat duduk dengan mata merah karena tertidur sekejap. "Aduh, ketiduran!"

"Emang ada acara apa sih, Bu? Kok pada rapi begitu, kayak yang mau ada tamu aja," ujar Srikandi.

"Loh, Gayatri tidak memberi tahumu? Aditya dan orang tuanya datang ke rumah. Ayo bergegas!" Wanita itu beranjak ke luar kamar.

Srikandi terkejut bukan main. Dia sampai menjatuhkan sisir yang ada di tangannya. Gayatri yang cemas menghampiri sang kakak, memasang wajah sedih. "Gayatri enggak suka sama Kang Aditya, Teh." Ia pun melenggang berlari ke luar kamar.

Tangan gadis besurai biru panjang itu mengepal, maniknya menahan air mata yang hendak jatuh. Srikandi menutup mata sembari menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Ia lantas memandang wajah di dalam cermin. Raut wajah yang semula ceria seketika berubah menjadi geram. Ia beranjak berdiri lantas berganti pakaian. Dia mengenakan celana jeans, sebuah kaos putih, dan jaket hoodie berwarna softblue. Gadis itu mengikat rambut ke belakang lalu menarik penutup hoodie untuk menutupi kepala. Dengan wajah datar dia keluar dari kamar, berjalan santai memasukkan tangan ke dalam saku jaket.

Kisah Negeri Manunggal Spin-off : Sang Pemanggil Badai  Where stories live. Discover now