58

11K 895 122
                                    

Sementara itu..

Hari sudah semakin sore. Kelas akhir sudah berakhir sedari tadi. Kampus juga sudah semakin sepi. Hanya ada beberapa anak UKM yang berkegiatan di ruangan masing2. Disini, diparkiran kampus, Syarla berdiri seorang diri. Anggis sedang ada acara keluarga, membuat sahabatnya itu absen tidak masuk hari ini. Huff, kalau  begini Syarla menyesal menolak tawaran Papi untuk menjemputnya tadi. Kini Syarla tengah menunggu Bang Edo yang masih dalam perjalanan. Iya. Bang Edo. Jika kalian bertanya dimana Kak Jovan? Laki2 itu sedang ada pekerjaan hari ini. Jadi dia tidak bisa menemani Syarla.

Hemm.. padahal alasan Syarla menolak jemputan Papi adalah karena ia ingin pulang dengan Kak Jovan. Tapi tadi, kekasihnya itu malah memberi kabar bahwa ia sedang sibuk. Ditengah acara menunggunya, tiba2 saja ada sebuah mobil yang berhenti di depannya. Membuat Syarla heran. Siapa? Perlahan orang yang menyetir mobil tersebut menurunkan kaca mobilnya, dan menatap Syarla sambil tersenyum. Hal itu semakin membuat Syarla heran.

"Syarla, ya?"

Syarla diam. Tiba2 saja hawa dingin seolah membungkusnya. Jantungnya berdetak dengan cepat. Seperti ada sinyal bahwa ini bukan sesuatu yang bagus. Perlahan Syarla mundur. Kedua matanya menatap lurus pada laki2 yang kemungkinan seumuran dengan Papinya itu. Sedikit pun Syarla tidak berkedip. Ia tengah bersiaga saat ini. Perlahan laki2 itu turun dari mobil dan melangkah semakin mendekat ke arah Syarla.

"Ada perlu apa, Om?" Tanya Syarla yang berusaha menormalkan suaranya. Syarla tidak boleh terlihat takut saat ini.

"Jadi benar, kamu Syarla?" Tanya laki2 itu sambil terus berjalan maju menuju Syarla yang kini berjalan mundur.

Sial!! Mengapa Syarla tidak melihat seorang pun di kampusnya ini??? Kemana perginya anak2 UKM yang tadi Syarla lihat? Melihat laki2 dengan senyuman menyeramkan itu terus melangkah maju, dengan cepat Syarla berbalik dan berlari sekencang-kencangnya. Syarla berteriak. Ia mencoba membuat keributan agar anak2 yang masih didalam kampus bisa mendengarnya. Tapi nihil. Tidak ada siapapun disana. Jarak pasrkiran dengan gedung UKM terlalu jauh. Tuhan,, bagaimana ini?? Syarla mulai lelah, dan laki2 itu masih mengejarnya. Papiii, Syarla takut.

Sampai akhirnya, nasib baik sepertinya sedang tidak berpihak pada Syarla. Brukk! Syarla terjatuh. Celana pada bagian lututnya robek. Membuat lututnya memar dan sedikit berdarah. Seperti memanfaatkan keadaan, laki2 itu bergerak cepat membungkam mulut dan hidung Syarla dengan kain yang sudah ia beri bius. Syarla memberontak. Dia menggerakkan tangan dan kaki nya ke segala arah. Syarla mencoba memberi perlawanan. Tapi semuanya sia2, karena berikutnya.. semuanya menjadi gelap. Syarla kehilangan kesadarannya.

°°

Pukul 19.00
Kediaman Keluarga Parulian

Sudah lebih dari setengah jam Rony, Salma dan Nabila sampai dirumah. Tadi, begitu sampai.. Rony langsung mencari mbok Jum. Menanyakan apakah sulungnya itu sudah pulang. Rony sangat berharap Syarla sudah ada dirumah. Saat ini Rony berharap putrinya itu tengah tertidur, makanya ia mengabaikan telfon Rony. Pasalnya, sedari tadi Syarla belum mengangkat telfonnya. Tapi mbok Jum menggeleng. Syarla belum pulang. Hal itu membuat Rony kalang kabut. Pikirannya tidak tenang. Kemana putrinya itu? Syarla sedang apa? Mengapa telfon Papi tidak diangkat??

"Kamu tenang. Duduk dulu. Biar aku coba telfon Jovan." Ucap Salma berusaha menenangkan Rony. Meski sebenarnya ia sendiri tidak tenang.

Rony menurut. Dengan cepat ia mengambil tempat disebelah istrinya. Dengan tak sabar Rony menunggu dering di ponsel istrinya itu berhenti. Hingga pada dering ke tiga, Jovan mengangkatnya. Begitu mendengar suara Jovan, Rony langsung menyambar ponsel istrinya itu dan menanyakan keberadaan Syarla pada Jovan. Tapi jawaban Jovan lagi2 membuatnya frustasi.

Salmon FamiliaWhere stories live. Discover now