51

16.1K 1.1K 398
                                    

Pukul 07.00

Suasana diruang rawat Salma terasa sangat sepi. Hanya ada Novia di sana. Jovan dan Paul tengah pergi ke rumah keluarga Parulian untuk mengambil baju dan semua keperluan yang sekiranya diperlukan di rumah sakit. Tadi Novia sempat menelefon mbok Jum untuk menyiapkannya. Diruangan itu terlihat Salma yang tengah tertidur karena pengaruh obat yang diberikan dokter. Menurut dokter, Salma terlalu histeris. Dokter khawatir banyaknya pergerakan yang Salma timbulkan akan menganggu proses penyembuhan pada bekas operasinya.

Sementara Rony, Syarla, Nabila, Neyl dan Edo, mereka tengah menuju lokasi pemakaman tempat bayi yang kini berada di gendongan Rony itu akan dikuburkan. Iya. Rony menggendong putranya. Sedari tadi Rony tak berhenti memandangi putranya itu. Lihatlah, hidung dan mulut putranya ini, haha. Semuanya adalah milik Rony. Sangat persis Rony. Bagaimana bisa Salma tidak kebagian sedikitpun diparas putranya ini? Rony berani bertaruh, bahwa ia akan mendapat protes dari Salma jika istrinya itu melihat wajah putranya. Tapi bayi di dalam gendongannya itu menutup matanya. Membuat Rony tidak bisa menebak seperti apa binar mata putranya. Apakah juga sangat mirip dengan Rony?

Rony sengaja tidak menggunakan keranda untuk putranya. Biarlah tangannya sendiri yang mengantar putranya pada tempat terakhirnya di dunia ini. Tanpa terasa mereka telah sampai ditujuan. Sebuah tempat peristirahatan yang menjadi pilihan Rony untuk putranya. Satu2nya hal yang bisa Rony berikan untuk putranya. Begitu mereka semua turun dari mobil, sudah banyak awak media yang menyambut mereka. Namun para body guard dengan tanggap menghalau para media tersebut dan memberi jalan pada keluarga Parulian yang tengah berduka. Secara mengejutkan sudah ada Paul dan Jovan di sana. Di samping tanah merah yang telah digali.

Rony masih menatap putranya. Air matanya kembali jatuh. Rasa sakitnya kembali terasa. Seluruh bayangan indah yang pernah Rony nantikan itu, harus sirna. Sejujurnya Rony sangat menantikan saat dimana ia akan bermain dengan putranya. Rony ingin mendengar celotehnya. Rony ingin mengejar langkah kaki putranya. Rony masih ingin memeluknya. Rony juga ingin membacakan dongeng untuk putranya menjelang tidur. Sama seperti yang Rony lakukan pada kedua putrinya, saat mereka masih kecil dulu. Rony sangat ingin melakukannya.

Berikutnya Neyl mendekat ke arah Rony. Menepuk bahu laki2 itu pelan. Neyl seakan memberi tanda bahwa Rony harus segera membawa putranya itu masuk ke liang kubur. Terlihat Rony menarik napas. Dan mengusap air matanya dengan kasar. Dibawanya bayi dalam gendongannya itu mendekat ke arah Syarla dan Nabila yang masih menangis. Maka secara bergantian kedua kakak beradik itu memberi kecupan pada pipi adik laki2nya itu.

Kemudian Rony berjalan pelan menuju tanah galian yang telah disiapkan untuk putranya. Dengan tanggap Jovan dan Paul mengambil tempat di sisi kanan dan kiri Rony. Menjaga tubuh Rony tidak limbung pada saat laki2 itu turun kebawah, menuju liang kubur. Iya. Rony sendiri yang akan menguburkan putranya. Maka setelah Rony meletakkan jasad putranya ditempat yang seharusnya. Rony mengumandangkan adzan. Suaranya bergetar oleh tangis. Rony tidak pernah membayangkan akan mengadzankan putranya ditempat ini.

Proses pemakaman akhirnya selesai. Sebuah acara pemakaman yang singkat, sederhana dan penuh isak tangis. Bahkan awak media juga ikut berlinang air mata menyaksikan kesedihan keluarga penyanyi Ibu Kota tersebut. Sosok Rony Parulian yang dikenal dengan segala kekonyolannya, hari ini tampil dihadapan publik dengan mata sembab dan penuh air mata. Begitu juga dengan Syarla dan Nabila yang terlihat berjalan menunduk di sebelah kanan dan kiri Rony. Mereka berjalan mengapit Papinya.

Matahari sudah semakin tinggi ketika mereka semua meninggalkan tempat pemakaman. Meninggalkan bayi kecil yang sangat mereka nantikan. Perlahan lokasi tempat pemakaman itu berubah sepi. Menyisakan kesunyian dan hening yang terasa semakin menguasai.

°°

Pukul 10.00
Rumah sakit

Diman terlihat berjalan tergesa menuju ruang rawat Salma. Semalam Bang Neyl mengabarkan berita duka itu padanya. Maka tanpa berpikir panjang, Diman pergi ke Jakarta dengan penerbangan paling awal. Disinilah ia sekarang, berdiri di depan ruang rawat Salma. Diman tengah mempersiapkan diri untuk menemui Salma yang berada di dalam sana.

Salmon FamiliaWhere stories live. Discover now