13. Kediaman De Vries

59 10 0
                                    

Siang ini Batari baru saja sampai di rumah setelah pulang dari kampus. Ia segera menghempaskan tubuhnya ke sofa. Dengan wajah lelah, ia mendengus pelan. Sendirian lagi. Sang ibu masih bekerja mengurus kafe, sedangkan kakaknya sibuk dengan kegiatan di kampus.

"Masih jam dua" Ucapnya setelah melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

Batari menaruh ransel di sofa lalu menuju ke dapur. Ia membuka pintu kulkas bertujuan untuk melihat apakah ada yang segar untuk ia cemil. Tapi ketika sedang melihat isi kulkas, tiba-tiba terdengar suara tawa anak kecil sekilas. Otomatis Batari kembali menegakkan tubuh dan mengedarkan pandangannya di area dapur.

"Suara siapa tadi?" Gumamnya.

Namun tak lama kemudian Batari menggedikan kedua bahunya. Salah dengar mungkin. Ia kembali membungkuk untuk melihat isi kulkas. Ketika hendak mengambil buah-buahan, lagi-lagi suara tawa tadi kembali terdengar. Bahkan sekarang diiringi seperti ada langkah kecil yang berlari tepat di belakangnya.

"Bodolah" Singkatnya tak peduli. Saat sedang mengambil beberapa buah-buahan dan yogurt tiba-tiba ada yang memecah fokusnya.

"Batarii~"

"Iya?" Batari langsung menoleh ketika ada yang menyerukan namanya dengan jelas. "Eh, barusan siapa yang manggil?" Tanyanya bingung sendiri.

Deg.

Batari terdiam ketika menyadari ada sesuatu yang janggal. Nafasnya mulai berantakan tanda ia takut sekarang. Seingatnya hanya dirinya yang ada di rumah dan seingatnya beberapa tetangga disekitar tidak ada yang mempunyai anak kecil. Yap! Yang memanggilnya barusan adalah suara anak kecil.

Dengan degup jantung yang tak karuan, Batari segera menutup pintu kulkas lalu menaruh apa yang diambilnya tadi di atas meja. Tanpa buang waktu, ia langsung berlari keluar rumah. Sesampainya di halaman depan, ia memandangi tampilan rumah tua bergaya Belanda yang dihuninya.

"Semenjak pindah ke rumah ini, kenapa banyak kejadian aneh sih? Heran"

Batari berdecak sebal. Mau masuk ke dalam rumah takut tapi kalau tidak masuk, apa yang harus dilakukannya di halaman sendirian. Hah, beginilah jika jadi orang penakut. Rugi sendiri.

"Ck, terus ngapain diluar sendirian? Mana sepi lagi" Gumamnya sembari melihat jalanan sekitar.

Ketika berbalik, pandangannya jatuh pada rumah megah yang tepat berada disebrang jalan sana. Itu adalah rumah Hansen. Perlahan Batari melangkah maju sampai batas pagar rumahnya. Kedua mata bulat itu memicing, memperhatikan ke arah jendela yang ada di lantai atas.

 Kedua mata bulat itu memicing, memperhatikan ke arah jendela yang ada di lantai atas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Itu siapa?"

Karena penasaran, Batari kembali untuk menutup pintu rumahnya. Setelah itu ia keluar, menyebrangi jalan sepi yang tak terlalu lebar. Sesampainya didekat pagar rumah Hansen, Batari berhenti. Ia kembali mendongak, melihat ke arah jendela yang tadi menampilkan seseorang berkebaya. Walau samar tapi ia yakin ada orang dibalik jendela tersebut.

BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOING]Where stories live. Discover now