06. Pribumi Misterius

72 11 0
                                    

Tok. Tok. Tok.

Malam ini yang Batari lakukan hanyalah bersantai di sofa sembari menonton tv, namun ia segera menoleh ketika mendengar ketukan di pintu depan sana.

"Kok pake ketok segala sih? Emang engga bawa kunci gitu ya?"

Setelah bergumam sendiri, Batari menaruh toples camilan diatas meja lalu beranjak menuju pintu. Tanpa ragu, ia menyambar kunci yang tergeletak diatas nakas dekat pintu.

Cklek.

Namun ketika pintu terbuka, Batari terdiam. Ia tak melihat ada siapapun yang datang, bahkan di pekarangan tidak ada motor kakaknya atau bahkan mobil milik ibunya yang terparkir.

"Engga ada orang. Apa tadi salah denger?"

Karena penasaran, Batari keluar dan bolak-balik di sekitar teras. Ternyata memang benar tidak ada siapapun. Lalu siapa yang tadi mengetuk pintu? Aneh.

"Dari awal datang kesini, terus aja jail. Engga ada kerjaan lain apa? Ck, nanaonan sih!"

Brakk!!

Batari tersentak ketika pintu tiba-tiba terbanting dan tertutup sendiri. Ia segera mendekat lalu berusaha membuka pintunya namun nihil. Daun pintu tak bergeser barang sejengkalpun.

"Kok ketutup sendiri sih? Atuhlah, terus gimana ini? Masa nangkring diluar"

Ketika panik mulai menyerang, Batari terus mengetuk pintu dan jendela dari luar. Meskipun sudah tahu di dalam tak ada orang, ia tetap berusaha mengetuk. Sialan. Sepertinya itu percuma saja. Akhirnya Batari menyerah lalu duduk di kursi rotan yang ada di teras. Ia celingak-celinguk ke beberapa rumah di dekatnya. Sepi sekali.

"Terus masuknya gimana ih? Mana kuncinya di dalem, Mama sama kakak juga belum pulang. Lagian siapa sih yang jail malem-malem gini? Heran"

Setelah misuh-misuh tidak jelas dan meluapkan emosi, Batari mulai tenang dan kini tatapannya terarah pada rumah disebrang sana.

"Hansen lagi apa ya?" Gumamnya pelan.

Tak lama kemudian pandangan Batari terfokus ke salah satu jendela di rumah Hansen. Di lantai atas sana, ia melihat gorden itu bergeser dan menampilkan seseorang. Entahlah, Batari tak dapat melihatnya dengan jelas karena jarak yang cukup jauh. Belum lagi rumah besar itu terlihat temaram karena minim penerangan.

Krrtt.. Krrrrtttt.. Ctakk!

Batari langsung beranjak dari duduknya ketika lampu teras tiba-tiba konslet lalu padam. Demi apapun itu, degup jantungnya mulai bergemuruh saat merasa ada yang janggal.

"Ih, lampunya kenapa?"

Batari mulai panik. Kedua alisnya menukik bingung saat melihat lampu di rumah yang lain masih tetap menyala.

"Kenapa cuma lampu disini yang mati? Si Mama nunggak bayar listrik gitu?"

Ssrrkkhh..

Kini indera pendengaran Batari menangkap suara kerasak-kerusuk dibalik semak-semak yang ada dibagian samping rumahnya. Batari sedikit menggeser langkahnya, memperhatikan semak-semak dekat pohon mangga di pekarangan rumahnya.

Pileuleuyan, pileuleuyan..
(Selamat berpisah, selamat berpisah)

Sapu nyéré pegat simpay..
(Lama bersama-sama lalu berpisah)

Pileuleuyan, pileuleuyan..
(Selamat berpisah, selamat berpisah)

Paturay, patepang deui..
(Berpisah, berjumpa lagi)

BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOING]Where stories live. Discover now