05. Gangguan Dimulai

71 12 1
                                    

Bandung, 15 Agustus 20##.

Senja yang berwarna jingga kini telah berganti menjadi malam pekat yang gelap. Semua penghuni rumah sedang terlelap diatas ranjangnya masing-masing. Begitupun dengan seorang gadis disebuah kamar. Namun tidurnya terganggu karena sesuatu. Ia menyibakkan selimut dari tubuhnya. Masih dengan kesadaran berantakan, gadis itu bangkit dan duduk ditepian ranjang.

Batari. Ya, gadis itu adalah Batari. Dengan susah payah ia berusaha membuka kedua matanya lalu melihat jam mungil yang ada diatas meja belajar. Ternyata masih pukul dua malam.

"Kenapa pingin pipis jam segini sih? Heran. Padahal kan lagi mimpi ngala jambu sama Jefri Nichol. Hahh"

Sambil bergumam, Batari terpaksa beranjak dan meninggalkan kamarnya. Ia menuruni tangga sembari terus menguap karena kantuk tidak mau pergi dari kedua matanya.

Tok. Tok. Tok.

Namun langkahnya terhenti ketika mendengar sebuah ketukan. Suara apa itu? Batari mengedarkan pandangannya di area tangga. Apa ia salah dengar? Sepertinya sih begitu.

"Ck, makin kebelet kan" Decak Batari sambil melanjutkan langkahnya ke arah kamar mandi.

Setelah berada di dalam, Batari segera menyelesaikan hajatnya. Kemudian mencuci tangan di wastafel. Namun baru saja menyalakan keran, Batari terlihat kebingungan.

"Kok airnya kotor ya?"

Bagaimana tidak bingung? Warna air yang keluar bukan bening ataupun kekuningan tapi hitam seperti lumpur.

"Perasaan pas tadi sore masih bersih. Apa kerannya rusak gitu?"

Tok. Tok. Tok.

Batari langsung menoleh ke arah pintu ketika kembali mendengar ketukan. "Iya, tunggu bentar!" Serunya segera membersihkan tangan menggunakan tisu.

Tok. Tok. Tok.

"Iya iya bentar! Sabar atuh, orang sabar kuburannya leb- eh?"

Batari terdiam tak melanjutkan ucapannya. Ia celingak-celinguk saat tak menemukan siapapun ketika pintu dibuka. Masa iya kakaknya jahil tengah malam begini?

"Kak? Ma? Tadi ketok pintu ya?"

Hening, tak ada jawaban. Lampu diseluruh lantai satu juga masih mati semua, itu tandanya tidak ada orang yang berkeliaran selain dirinya. Oke. Sekarang detak jantung Batari mulai berdegup lebih cepat. Ia segera mematikan lampu kamar mandi sebelum beranjak.

Prakk!!

"Mama!!!" Pekik Batari ketika mendengar sebuah benda terjatuh dan pecah.

"Santai Batari, rileks. Positif thinking aja, mungkin suara kucing tetangga. Ya, itu cuma kucing. Engga boleh suudzon"

Batari berusaha tenang dengan menarik dan mengeluarkan nafasnya secara perlahan beberapa kali. Dengan keberanian yang tersisa, ia berlari kecil menuju tangga untuk kembali ke kamarnya. Persetan tadi itu suara apa.

Prakk!!

Suara benda pecah itu kembali terdengar. Batari yang sudah menaiki satu anak tangga terhenti, ketika merasakan seperti ada sekelebat bayangan yang lewat tepat di belakangnya.

"Batari.."

Sialan. Kedua mata Batari membulat sempurna saat mendengar suara yang memanggil namanya pelan. Bulukuduknya meremang seketika, bahkan bintik keringat mulai terlihat di dahinya. Batari menelan saliva susah payah, perlahan ia memutar kepalanya berusaha untuk menoleh ke arah dapur. Ke sumber suara yang membuat nyalinya ciut.

BANDOENG DIKALA MALAM [ON GOING]Where stories live. Discover now