ENP - Chapter 15

1K 274 22
                                    

Update....





Update...





Update...





Ready???






Happy Reading

--------

"Terima kasih untuk malam ini, semuanya sangat indah." Diana memandang pria yang berjalan disampingnya dengan tangan terjalin menjadi satu dengan tangannya.

Ben menoleh ke arah wanita itu dan tersenyum manis. "Aku sedikit merasa bersalah padamu."

"Kenapa?" Diana bertanya dengan kening berkerut. Ben tidak menjawab, ia tetap meneruskan langkahnya membuat wanita itu berdecak kecil.

"Ben." Wanita itu berhenti berjalan secara tiba-tiba dan menarik tangan Ben agar berhenti, pria itu berbalik untuk menatapnya.

"Bersalah mengenai apa? Seingatku kau tidak melakukan kesalahan apapun sejauh ini." Diana menatap pria itu. Ben maju melangkah mendekati wanita itu, ia mengulurkan untuk mengelus tangan Diana yang tertutup oleh jasnya.

"Sepengetahuanku setiap wanita mempunyai mimpi bagaimana mereka seharusnya dilamar, tapi aku melamarmu seperti pria yang sedang mengajukan kontrak kerja sama." Ben berkata kepada wanita yang masih berdiri diam dihadapannya itu.

"Ya, kau seperti itu." Diana mendengkus pelan lalu tertawa melihat raut wajah Ben yang berubah.

"Maafkan aku, aku.."

"Aku tidak keberatan." sambung wanita itu, menghentikan ucapan Ben. Ia mengangkat tangannya dan melingkarkan di sekeliling leher pria itu.

"Aku sama sekali tidak keberatan dengan cara kau melamar diriku, aku merasa hal itu sangat unik." Diana tertawa kecil.

"Tapi jika kau masih mempunyai perasaan bersalah, baiklah. Kalau begitu, kau harus mengerahkan tenaga ekstra di masa depan untuk merayakan hari penting kita." Ben memandang wajah yang tersenyum lebar itu.

"Bagaimana?" tanya Diana. Ben mengangguk cepat. "Deal."

Kepala pria itu mulai turun untuk mencium bibir Diana, ketika satu pikiran jahil wanita itu mengambil alih. Diana secepat kilat menunduk dan melepaskan diri dari pelukan Ben yang terkejut karena bibirnya hanya menangkap angin.

"Kau bisa mendapatkan stempel kesepakatan itu jika kau bisa menangkapku." seru Diana yang sudah berlari  menuju rumah utama. Ben berkacak pinggang menatap wanita yang sudah menjauh itu.

"Yang benar saja." serunya tak terima. Diana berhenti berlari, ia berbalik untuk menatap pria itu.

"Pengecut." serunya. Ben tertawa lalu mulai berlari mengejar wanita itu. Diana berteriak kaget melihat gerakan tiba-tiba pria itu dan kembali berlari.

Every Note PlayedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang