ENP - Chapter 7

1K 279 26
                                    

Update....






Update...





Update...






Ready???





Happy Reading

-----------------

Ben memasang kancing mansetnya dan meraih jas yang tersampir di atas tempat tidur, ia berjalan menghampiri telepon yang berada di samping tempat tidur ketika benda itu berdering.

"Halo." sapa Ben.

"Sir, taksi Anda sudah siap." Suara feminim repsesionis berbicara dengannya.

"Aku akan segera turun." Ben meletakkan gagang telepon tersebut dan berjalan untuk mengambil ponsel serta dompet miliknya, tangannya meraih selembar tiket yang Nora kriimkan untuknya.

Langit Venice cukup cerah malam ini, Ben mengangkat wajahnya yang langsung terkena angin malam ketika taksi air membawanya ke teater. Diana tidak mengetahui kedatangannya kali ini, wanita itu tidak bertanya walau ia tahu bahwa Ben mendapatkan tiket dari Nora.

"Sir, sudah sampai." Suara pengemudi taksi membuyarkan pikiran Ben, pria itu berpaling dan melihat teater yang sudah sedikit lowong. Ben beranjak naik dan berjalan menuju pintu utama.

"Maafkan aku terlambat." Ben mengangsurkan tiket yang ia punya, seorang pria muda mengambil dan memeriksanya.

"Silahkan ikut saya, Sir. Saya akan membawa Anda ke tempat duduk Anda." Pria itu berjalan mendahului dirinya menaiki tangga, ia dapat mendengar alunan musik orkestra sudah mulai bermain. Ben masuk ke ruangan teater sudah gelap gulita, hanya cahaya dari panggung utama yang bersinar.

"Sebelah sini, Sir." Pria muda itu membawa Ben kebagian VIP yang terletak paling dekat panggung, matanya tidak beralih dari Diana yang tengah memainkan tuts grand piano dengan sangat luwes.

Sementara itu dari tempat duduknya Nora berpaling ketika satu gerakan terekam, ia melirik dan tersenyum ketika melihat Ben terlihat datang dan dengan segera duduk di bangku yang dipersiapkan untuknya. Pandangannya kembali ke arah Diana yang belum menyadari kehadiran pria itu .Selama dua jam permainan wanita itu, Ben sama sekali tidak mengalihan pandangannya. Dari dulu ia memang tahu wanita itu sangat berbakat tapi setelah bertahun-tahun tidak menonton permainan Diana, ia tahu kemampuan wanita itu makin terasah tajam. Ben memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegak ketika Diana meraih mic yang ada dihadapannya dan mulai berbicara, wanita itu belum menydari kehadirannya

"Lagu terakhir yang akan saya mainkan adalah lagu yang saya tulis selama beberapa bulan ini, lagu ini mengenai cinta, penerimaan dan juga.." ucapan Diana terhenti sekian detik ketika pandangannya bersirobok dengan Ben.

Every Note PlayedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang