37. Selesainya sebuah janji

31.2K 2.1K 117
                                    

..
2
8
2
..




"..gue ga akan nerima anak yang bukan darah daging gue."

"Serendah itu aku dimata kamu mas?" Nayla kembali meneteskan air matanya

"Lo memang rendahan nay. Satunya perempuan paling rendah yang pernah gue kenal!"

"Ga ada perempuan yang rela minjemin rahimnya demi kebahagiaan keluarga lain disaat istrinya malah enak-enakan tidur sama lelaki lain!" Balas nayla dengan bentakan

"Vanya enggak kayak lo, nayla!" Ucap arlan penuh penekanam

"Ya, mbak vanya lebih rendah dari nay!" Balas nayla kemudian mendekatkan dirinya pada Arlan

"Buka mata kamu lebar-lebar mas, ga semua apa yang kamu denger itu sesuai kenyataan." Nayla memelankan suaranya, perlahan tangannya menarik tangan Arlan membiarkannya menyentuh perutnya

"Dia anak kamu, darah daging kamu, hal yang selama ini kamu impikan, nay berani sumpah mas." Perlahan Arlan membalas tatapan Nayla

"Gue ga butuh sumpah lo!" Ucapnya seraya menarik tangannya dari perut Nayla

"Kenyataan yang harus gue terima sekarang adalah, dia bukan anak gue, karna lo ga cuman tidur sama gue." Lanjutnya seraya menunjuk kearah perut Nayla

Nayla tidak bisa menjawab lagi, ia kehilangan tenaga untuk membalas ucapan Arlan yang menyakitkan.

"Lan!"

Nayla menoleh pada suara yang jelas ia kenali itu.

"Dokter forensik udah dateng," Lanjutnya

Arlan menghela nafas kasar kemudian berlalu begitu saja tanpa sepatah katapun, meninggalkan Gilang dan Nayla dalam satu ruangan

"Gimana mas gilang? Udah puas?" Tuding Nayla dengan suara paraunya

"Jangan salahin gue nay, lo yang buat gue ngelakuin semua ini." Jawab gilang tanpa dosa

"Tapi seharusnya lo bersyukur karna sampai detik ini dia ga gue abisin." Lanjut gilang seraya menunjuk kearah perut Nayla dengan lirikan matanya

"Salah nay apa mas?"

Gilang terkekeh sinis. "Karna lo terlalu ikut campur hal yang seharusnya bukan urusan lo tapi gapapa semuanya udah terlanjur lo ga salah sepenuhnya."

Nayla menggeleng pelan bersamaan dengan air mata yang jatuh ke pipinya.

"Jangan nangis nay, lo makin seksi kalo menyedihkan gini." Ujar gilang dengan smirk nya kemudian melenggang pergi meninggalkan Nayla sendiri.

...

Nayla kembali membuka matanya dipagi hari yang cerah, hari ini adalah hari permakaman Tian namun ia terpaksa tidak datang karna badannya yang terasa remuk.

Perlahan nayla bangkit dari tidurnya menatap dirinya dipantulan cermin tanpa ekspresi.

"Sekarang apa tujuan kamu nay? Mas Arlan udah sepenuhnya termakan omongan mbak vanya, tian? Dia ninggalin janji yang katanya bakalan terus jagain kamu," Gumam nayla pada dirinya sendiri

Perlahan tangannya menyentuh perut besarnya yang kini menginjak delapan bulan, hanya itungan minggu ia benar-benar harus meninggalkan semuanya.

Nayla menggeleng pelan berusaha melupakan hinaan dari Arlan semalam, kemudian kaki cantiknya berjalan keluar kamar.

"Tidur nyenyak nayla?"

Nafas nayla tercekat melihat pasutri didepannya dengan pakaian serba hitam.

"Saya sama mas arlan dari permakaman tian, kami mampir kesini. Kamu kenapa ga datang?" Tanya vanya dengan senyuman kecil

Nayla masih tidak bisa menjawab, ia melirik Arlan yang hanya diam menunduk.

"Nay ga enak badan." Jawab nayla seadanya

Vanya bangkit dari duduknya, menghampiri nayla. "Jangan terlalu larut nay, kamu pasti sedih banget kehilangan tian."

"Ya nay sedih, tapi mbak vanya senengkan?" Balas nayla kemudian memilih untuk melesat masuk kedapur

"Mak dayu tolong susu buat nay ya?" Mak dayu mengangguk

"Nayla!" Suara baraton Arlan menggema dirumah sunyi ini

Kaki nayla kembali melangkah keruang tengah.

Arlan mengeluarkan dua lembar kertas diatas meja, sebuah kertas perjanjian yang sebelumnya sudah Nayla tandatangani.

"Kita akhiri perjanjiannya nay," Sahut Vanya

"Akhiri?" beo nayla tidak mengerti

Vanya mengangguk. "Kamu melanggar perjanjian kita beberapa kali, saya mewakili mas arlan akan memutuskan kontrak kita, jadi diantara saya, mas arlan dan kamu, selesai."

"Terus gimana nasib anak ini?" Tanya nayla dengan cairan bening yang sudah menumpuk di pelupuk matanya

"Itu bukan anak mas arlan nay, jadi mas arlan ga perlu bertanggung jawab." Tukas Vanya

Nayla menggeleng pelan, ia menatap Arlan yang masih bungkam.

"Mbak vanya, setelah mbak vanya nemuin nay sebelum ijab qobul kita sempet tes kesehatan soal kondisi rahim nay, semuanya aman mbak, anak ini anak mas arlan!"

"Kapan kita tes kesehatan nay? Saya cuman pernah bawa kamu kedokter fara untuk memeriksa bahwa kamu tidak punya penyakit turunan, jangan menambah drama nayla." Jawab vanya lugas

Nayla menggeleng tak percaya, semudah itu vanya memutar balikan fakta?

"Ini minumannya den," Ucap mak dayu seraya menyajikan beberapa minuman

"Mak dayu berapa kali nayla bawa tian kesini?" tanya vanya

"Sering non, hampir setiap hari menginap disini." Nayla menatap mak dayu penuh rasa terkejut

"Kapan tian nginep disini mak?!"

"Apa aja yang nayla lakuin mak?" Tanya vanya lagi

Mak dayu menunduk lebih dalam. "Mak ga  tau soalnya neng nayla langsung narik mas tian ke kamar bahkan neng nayla juga bawa temen-temen cowoknya kesini."

"Mak bicara yang jujur, nay ga pernah kayak gitu!" Sentak nayla tidak terima

"Silahkan kembali kedapur mak." Mak dayu melesat pergi

"Ancaman apa yang mbak vanya buat sampai mak dayu jadi bohong gitu hah?! Mbak apa salah nay sampai mbak tega tuduh nay kayak gini?!" Bentak Nayla

"Mak dayu ga bohong nay, kamu yang bohong." Balas vanya

"Mbak, udah cukup ya! Apa mbak vanya ga puas atas kemati--"

"Nay!" Arlan mendongkak, mata elangnya membelah hati nayla berkeping-keping

"Gue talak lo, sekarang lo bukan istri gue lagi."

Nayla diam tanpa bereaksi apapun, namun air mata yang berjatuhan menjawab semuanya

Arlan bangkit dari duduknya, menatap Nayla penuh arti kemudian melenggang pergi dari rumahnya ini.

"Waw, selamat ya nay atas status barunya, janda anak satu."

~282 day~
Happy reading sayang.
Maaf lama semalam capek

282 day [PO]Where stories live. Discover now