17. Maaf, lalai lagi

32K 1.8K 25
                                    

...
2
8
2
...


Bugh!

Tian tersungkur sambil memegang selangkangannya, tanpa menyia-nyiakan kesempatan Nayla segera berlari ke kamarnya untuk melindungi diri.

Nayla menangis ia bingung harus menghubungi siapa, jelas bahwa ponsel Arlan ada disini.

"Mas gilang, dia pasti bisa bantu!"

Nayla segera menghubungi Gilang dengan waspada.

"Nay, cukup maen-maennya ya! Keluar sekarang!" Teriak tian

"Ayo gilang!"

'Akh, apaan nay?'

"Mas gilang lagi sama arlan? Tolong kerumah sekarang,"

'Emmh, gue--ah lagi sibhuk, ah!'

"Lang? Mas gilang?!"

Gebrak!

Tian berjalan cepat, menghampiri Nayla dan melemparkan ponselnya begitu saja.

Nayla meneguk salivanya dengan susah payah, ia berjalan mundur menghindari Tian.

Nayla menggeleng berusaha membelas kasihan pada Tian yang sedang bringas.

"Tolong tian, biarin gue hidup tenang, tolong!" Nayla memohon, Tian menyukainya senyuman tajamnya terlihat begitu jelas.

Tian mendekat secara perlahan hingga mengunci Nayla.

"Seharusnya lo sadar nay, lo cuman perempuan hina yang rela hamil demi kaluarga orang lain, lo ngejual anak lo sendiri demi hidup tenang yang lo mau?" Sentak Tian

Nayla menatap Tian, isakannya telah hilang.

"Kenapa harus arlan nay? Kenapa ga dari dulu lo jual rahim lo? Kenapa lo marah gue perkosa kalo ujung-ujungnya lo kayak gini juga?"

Cup

Tian mengecup pipi Nayla, namun gadis itu tetap diam, semua perkataan Tian menusuknya hingga ia tak mampu untuk membuka suara.

"Maafin gue nay, maaf udah buat masa depan lo hancur." Mata keduanya bertemu

Tian menghela nafasnya, berjalan menjauhi Nayla kemudian duduk ditepian ranjang.

"Awalnya gue mau buat skandal yang sama kayak dulu, tapi liat dia.." Tian menunjuk ke perut buncit Nayla

"..Enggan gue buat lo ga berdaya."

Nayla memegangi perutnya, pandangannya masih belum lepas dari Tian.

Lelaki didepannya hanya diam memandangi sekeliling kamar, entah apa yang membuatnya berubah tapi rasa takut Nayla belum juga padam.

"Setelah skandal lo sama arlan selesai, gue harap gue bisa nebus kesalahan gue." Tian bangkit dari duduknya, kembali mendekat kearah Nayla.

Tian mencium bibir Nayla sekilas. "Kembali ke gue setelah semuanya selesai."

Tian pergi, Nayla terduduk dilantai ia tak mampu lagi menahan kakinya untuk tetap berdiri.

Air mata kembali berjatuhan dari pipi Nayla, ia bahkan mengusap kasar bibirnya yang baru saja dikecup oleh Tian.

"Astaga neng!" Mak dayu datang bak polisi india, ia segera memeluk Nayla menenangkan dari tangis dan rasa takutnya.

Perlahan semuanya menggelap Nayla hilang kesadaran.

...

"Saya udah bilang mak jangan tinggalin rumah tanpa seizin saya!"

"Maaf den, tadi mak.."

282 day [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang