34. Hampir

24.1K 1.8K 80
                                    

..
2
8
2
..

"Apa itu tian?" Tanya Vanya geram

Tian tersenyum miring. "Lo ga denger? Gue bisa jual goyangan lo!"

Matanya vanya sedikit terbelalak namun didetik berikutnya ia kembali berusaha tenang.

"Apa jadinya kalo arlan tau drama selingkuh lo hah? Lo yakin bakalan tetap jadi bangsawan kayak sekarang?!" Tian kembali terkekeh sinis kemudian berjalan mendekati Nayla

"Satu-satunya yang pantes dapetin semua harta dan kasih sayang arlan cuman anak yang nayla kandung, bukan lo!" Bentak Tian

"Saya harap kamu ga lupa darimana kamu berasal tian!" Balas vanya

"Ini ga ada urusannya dengan kerjasama Vanya! Ini tentang lo dan drama lo itu!" Vanya menggeleng pelan

"Urusannya tentang itu? Terus apa jadinya sekarang kalo saya juga hamil? Nayla bakalan balik lagi jadi jalang dan anaknya? Ga lebih dari gembel pinggir jalan!"

"Nayla ga akan bernasib sama kayak lo, munafik!" Vanya menatap tian dengan tajam, amarahnya tidak bisa lagi ia tahan

"Jaga omongan kamu, tian!"

"Jaga diri lo, jalang!"

"Jalangnya ada disebelah kamu!" Tian habis kesabaran ia mengangkat tangannya hendak memukul Vanya namun detik berikutnya tangan kekar lain menahan tangannya

Ketiganya menoleh, Arlan berdiri menahan tangan Tian dengan penuh emosi.

"Lo berani sentuh istri gue?!" Arlan lebih dulu memberikan pukulan pada Tian hingga tersungkur

"Mas arlan, berenti!" Nayla berjalan menghampiri Tian

"Jangan bantu dia nayla!" Sentak arlan yang jelas digubris oleh Nayla

"Yang harusnya lo tampar itu istri lo sendiri lan, bukan gue! Bahkan lo ga tau asal mulanya kan?" Ujar tian

"Tian stop dulu omongan lo," Bisik nayla geram

"Gapapa nay, biar arlan tau kalo istrinya ini ratu drama!"

"Apa maksud lo?" Arlan kembali berjalan mendekati Tian, jelas terlihat rahangnya yang mengeras akibat emosi

"Istri lo munafik!" Arlan menghembuskan nafas kasarnya kemudian hendak kembali memukul Tian, namun Nayla lebih dulu menahannya memasang badan dihadapan Tian

"Nay, minggir!" Nayla menggeleng cepat

"Apa kata tian itu bener mas, mbak vanya munafik!"

"Yang munafik saya atau kamu nay? Ada hubungan apa kamu sama tian sampai berani pasang badan buat dia?" Vanya kembali buka suara, ia berjalan menghampiri Arlan

"Dia ada hubungan sama tian mas, waktu aku dateng kesini mereka lagi mesra-mesraan tapi mereka malah maki-maki aku," Lanjut vanya

"Jaga omongan lo, munafik!"

"Semudah itu mbak vanya memutar balikan fakta?"

"Saya ga memutar balikan fakta, itu kenyataannya, kamu pikir saya ga tau kalo kalian kerja sama buat bikin arlan celaka?!" Ujar vanya semakin menjadi

Arlan menggenggam tangan Vanya, membuatnya terdiam seketika.

"Kenapa tian ada disini?" Tanya arlan dingin, tatapannya tidak lagi penuh amarah namun berubah menjadi tajam dan dingin

Nayla gelagapan sendiri, ia bingung harus menjawab bagaimana.

"Ada hubungan apa lo sama nayla?" Tanya arlan beralih pada tian

"Untuk sekarang ga ada, tapi setelah urusan lo sama nayla selesai gue akan jadi suaminya." Jawab Tian tegas

Arlan menatap Nayla yang juga tengah menatapnya, ia telah dibuat jatuh hati oleh Nayla tapi kini ia juga harus dibuat patah olehnya.

"Ga ada hubungan ga mungkin ciuman kan?" Vanya kembali buka suara

"Lo ga perlu curiga sama nayla lan, yang harusnya lo curigain itu istri sendiri, dia main di belakang lo!" Kata tian tidak tahan lagi, ia bahkan mengubris tatapan Nayla yang memintanya untuk berhenti

"Berenti bicara omong kosong tian!" Sentak vanya

"Kenapa? Takut lo? Apa perlu gue kasih tau pertunjukan lo kearlan?!" Tantang Tian

Vanya maju beberapa langkah namun kemudian ia berhenti, tangannya beralih memegangi perutnya.

"Akh, ah mas.."

"Kenapa? Kamu gapapa?" Tanya arlan panik

"Pe-perut aku, akh mas, sa-sakit!" Lirih Vanya terbata-bata

"Ayo, kita kerumah sakit." Tanpa banyak bicara arlan memilih untuk menggendong Vanya ala bridal style menuju mobilnya

"Dia pasti drama!" Tukas tian

Nayla hanya diam memperhatikan Arlan yang begitu khawatir pada Vanya, Nayla menyadarinya tatapan kecewa arlan pada dirinya.

"Arlan pasti ngira kita ada hubungan." Tian menoleh kearah Nayla

"Terus kenapa? Bukannya bagus?"

Nayla membalas tatapan tian kemudian menggeleng pelan. "Nay cinta sama mas arlan, tian taukan?"

"Itu kenapa dari tadi lo bungkam soal perselingkuhan arlan?" Nayla mengangguk

"Nay, lebih arlan terluka sekalian dibanding harus dibuat mati secara perlahan sama vanya. Sadar nay, seharusnya gue kasih file perselingkuhan ini sama arlan tadi," Tian berdecak menyesali keterlambatannya

"Percuma kan tian? Kalopun kita kasih tau mas arlan ga akan percaya, mbak vanya udah hamil!" Sarkas nayla

"Gue yakin anak yang dia kandung bukan anak arlan."

Nayla diam, ia memegangi perutnya yang terasa mengeras.

"Maaf, ayo duduk nay." Tian menarik kursi disampingnya

Nayla duduk dikursi yang Tian siapkan, ia berusaha menetralkan emosinya yang sedang mengebu, nayla sedikit menyesal seharusnya ia menahan amarahnya.

"Ada yang sakit? Mau kerumah sakit?" Nayla menggeleng pelan

"Maafin nay udah bentak-bentak."

Tian tersenyum kecil. "Gapapa, gue ngerti."

"Izinin gue buat bongkar semuanya ke Arlan nay, demi anak lo."

~282 day~

Up lagi wkwk!!!

Vote dong voteeee gaisss bantuin aku biar semangat gaissss hehe
Happy reading plen.



282 day [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang