14. Peran pengganti

28.9K 1.9K 21
                                    

...
2
8
2
...



"Wow, ga minta sekalian beliin tokonya aja nay?"

"Nay udah bilang sama mas arlan buat jangan dulu beli barang-barang bayi, tapi dia tetep keukeh." Vanya menyungging senyuman tipisnya

"Mas arlan emang ga pernah sayang sama uang," kata vanya seraya menyeruput minuman milik Arlan

"Mbak vanya mau pesen makanan? Biar nay pesenin," Vanya menggeleng cepat

Vanya menatap lekat kearah Nayla. "Kamu ga lupa sama kesepakatan kita kan nay?"

Nayla diam.

"Apa perlu saya ingetin lagi?"

"Nay ga lupa kok mbak, nay ingat. Semuanya." Jawab Nayla yang dibalas anggukan kecil oleh Vanya

"Saya ga bodoh nay, saya tau kamu jatuh cinta mas arlan, atau kamu mau mas arlan?" Nayla terkejut sedikit, deru nafasnya perlahan naik turun tak karuan

Vanya terkekeh sinis. "Saya ga masalah kalo kamu jatuh cinta sama mas arlan, toh itu urusan kamu tapi kamu harus ingat satu hal nay, peran kamu disini hanya sebagai rahim pengganti, ga lebih."

Jleb!

"Dan mas arlan ga akan mungkin jatuh cinta sama kamu, jadi tau diri sedikit ya, Nayla."

Nayla mengangguk pelan. "Tapi nay ga jatuh cinta sama mas arlan mbak, nay cuma--"

"Cuma terbawa hati?" Vanya terkekeh lagi, melirik perut Nayla

"Dia baik sama kamu karna ada darah dagingnya disana, kalo engga kamu cuman di anggap pelacur, ehm..maaf kalo ucapan saya terlalu kasar."

Nayla menelan salivanya dengan susah payah, perkataan sarkas dari Vanya ada benarnya dan Nayla tidak bisa menyalahkan itu.

"Sayang," Vanya menoleh, bersamaan dengan datangnya Arlan

"Apa kata eyang?"

"Eyang tetep mau kesini, dia mau buat acara buat kehamilan kamu."

"Ya kamu tolak dong sayang, kamu kan tau--"

Arlan menggenggam tangan Vanya, mencoba meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Percaya sama aku. Kita yang atur acaranya semuanya bakalan baik-baik aja," Vanya mengangguk.

Arlan menarik tubuh Vanya kedalam pelukannya, bahkan sepertinya Nayla hanya berperan sebagai pajangan kursi saja.

"Everything is fine," Bisik Arlan yang masih jelas terdengar ditelinga Nayla

Nayla tertampar kenyataan yang seharusnya ia tekankan dari awal, ia tidak pernah sespesial itu untuk Arlan.

"Kamu mau pesen makanan?" Tanya Arlan setelah pelukan itu terlepas

Vanya menggeleng.

"Kapan pestanya?"

"Secepatnya."

Vanya melirik Nayla yang sedang menatapnya juga. "Kamu boleh datang ke acaranya kok Nay, sebagai tamu undangan."

"Iya mbak,"

Arlan melirik Nayla sekilas, entah apa namun melihat Nayla ada sedikit perasaan tak tega.

"Lo ga usah dateng nay, istirahat aja dirumah."

Vanya menatap suaminya. "Mas, jangan gitu lah, biarin aja nay ikut, toh ga akan ada yang tau juga."

"Nay dateng kok, mbak tenang aja."

...

Hari acara tiba, tidak ada yang Nayla kenal digedung besar ini makanya selama 10 menit ini ia hanya berdiri didekat stan makanan saja.

282 day [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang