21. Sadar diri

27K 1.7K 30
                                    

'Kadang kita perlu kaca untuk melihat posisi yang sebenarnya.'

..
2
8
2
..

"Aku ketoilet dulu sebentar,"

"Iya."

Arlan pergi meninggalkan dua perempuannya begitu saja, Vanya tidak berhenti menatap Nayla dengan sinisnya.

"Enak nay jadi pelampiasannya mas arlan?" Nayla sontak menoleh

"Ga usah kaget, saya tau arlan nemuin kamu terus tapi ada baiknya kamu berkaca dan sadar diri, ya?" Nayla membalas tatapan sinis Vanya

"Sebaiknya mbak yang jagain mas arlan takutnya mas arlan malah jatuh cinta sama nay." Ujar Nayla yang seketika membuat Vanya terkekeh

"Waw, percaya diri banget ya kamu?" Vanya menggelengkan kepalanya, merasa tidak menyangka bahwa Nayla akan seberani ini

"Mas arlan anti sama perempuan jalang kayak kamu, jadi kamu jangan banyak berharap ya? Ingat posisi kamu." Lanjut vanya

Jalang

Nayla diam, bibirnya dibungkam oleh kalimat yang tidak sempat ia pikirkan.

Melihat Nayla yang terdiam Vanya merasa puas, ia segera menyeruput minumanmya hingga kandas.

"Nay saya bicara gini sama kamu karna saya ga mau buat kamu terluka lebih dalam karna ada rasa sama mas arlan yang jelas-jelas dia milik saya. Dia setia sama saya, sayapun setia sama dia, kamu ga akan pernah masuk kedalam kehidupan kami sepenuhnya."

Vanya melembutkan perkataannya, ia juga menyentuh tangan Nayla meminta pengertian darinya.

Nayla menatap Vanya, tidak ada lagi kesinisan disana hanya ada tatapan sendu yang penuh kelembutan.

"Saya harap kamu paham tanpa harus saya jelaskan."

Nayla sampai dirumahnya lagi, bedanya sekarang ia sendiri. Kehampaan menerjang Nayla begitu saja setelah kehangatan yang tak lama ia rasakan tadi.

Nayla segera berjalan menuju kamarnya, air mata menetes begitu saja ia merasa bodoh atas tindakannya sendiri.

Nayla segera berjalan menuju cermin, duduk didepan meja rias menatap pantulan dirinya sendiri.

"Jalang?" Gumamnya kemudian terkekeh

Nayla melirik perut buncitnya, ada sedikit rasa sesal dibatinnya yang membuat air matanya tidak berhenti menetes.

"Nay cuman pelampiasannya aja, kenapa harus terbawa hati?!" Nayla menjambak rambutnya sendiri, ia merasa frustasi akibat cemburu yang ia tahan sedari tadi

Melihat sang pujaan hati bersama kekasih yang sebenarnya bermesraan didepan mata adalah hal termenyakitkan yang Nayla rasakan.

Ting!

Nayla diam, merogoh ponselnya dan kembali menangis.

Mas arlan: 'Nay jangan lupa diminum susunya, istirahat yang cukup ya.'

Nayla melemparkan ponselnya keatas ranjang begitu saja, hanya karna sebait pesan hatinya kembali meluruh melupakan apa yang baru saja terjadi.

Padahal rasa panas dihatinya masih setia membakar api cemburu yang tak pantas ini.

...

Tok! Tok! Tok!

Nayla segera membuka pintu, terlihat wajah segar Gilang yang tengah tersenyum padanya.

"Pagi!" Sambut Gilang kemudian langsung masuk kedalam rumah

"Ini buah-buahan titipan Arlan, mak dayu bakalan kerja disini lagi buat jagain lo." Ujar Gilang

"Iya makasih mas gilang."

"Lo udah sarapan?" Nayla menggeleng, ia tidak nafsu untuk makan sesuatu

"Makan nay ntar bayinya kelaperan!" Celetuk gilang

"Iya mas nanti nay makan,"

"Awas ya kalo enggak, gue harus buat laporan sama arlan soalnya dia ribet banget sama kesehatan anaknya diperut lo." Nayla mengangguk tanpa banyak bicara

"Ohya satu lagi, minum susu hamilnya jangan lupa. Gue kesini lagi ntar siang sama sore,"

Melihat Gilang yang begitu repot membuat Nayla penasaran akan keadaan Arlan, ia ingin bertanya tapi rasanya..

"Arlan kebali sama vanya, urusan lo gue yang ngatur selama mereka disana." Ucap Gilang seolah tau isi pikiran Nayla

"Oh." Jawab Nayla tanpa panjang lebar

Gilang diam menatap Nayla dari ujung rambut hingga ujung kaki, belutan daster long yang Nayla pakai membuat ujung bibir Gilang terangkat.

"Usia kandungan lo udah berapa nay?"

"Masuk 6bulan mungkin." Gilang mengangguk-ngangguk.

Melihat gilang yang terus menatapnya membuat Nayla terheran. "Kenapa mas?"

Gilang berdehem pelan. "Gapapa, aneh aja ada ibu hamil secantik lo."

Nayla terkekeh kecil. "Dasar buaya!"

"Kok buaya? Gue ngomong cantik tuh keperempuan pilihan doang ga sembarangan!" Protes gilang

"Terus kemarin dibuat mendesah sama siapa?" Ledek Nayla yang sontak membuat Gilang terdiam

"Mendesah?" Beonya yang dibalas anggukan oleh Nayla

"Untung aja nay ga vcall," Lanjut Nayla

"Lo tau gue mendesah sama siapa?" Nayla menggeleng

"Gue lagi bayangin lo." Bisik Gilang yang sontak mendapat pukulan keras dari Nayla

"Dasar mesum! Aduin ke mas arlan tau rasa!"

"Arlan udah tau gue mesum hahaha!" balas gilang

"Udah ah mending gue balik ngantor, dadah bumil cantik." Gilang melenggang pergi dari rumah Nayla

Nayla tidak begitu banyak berpikir, karna dipikirannya saat ini hanya membayangkan betapa bahagianya Vanya dan Arlan disana.

Sedangkan ia disini meratapi rasa yang seharusnya tidak ada.

Notifikasi :
Mas arlan : Jangan lupa sarapannya ya nay, salam buat dede bayi:*

~282 day~
Maaf, mau greget ga?
Tungguin yg selanjutnya yaa!

282 day [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang