Epilog

3.3K 138 11
                                    

Maaf baru muncul, habis tempur di medan perang (UN) wkwk.. aku hiperbola banget deh.

Seperti janjiku sebelumnya, yang belum di bongkar di sini akan dibongkar. Apa aja sih yang belum di bongkar ? Kalian ingat gak? Yang belum ingat aku ingatin nih. Satu, siapa sih cowok yang megang pistol? Siapa sih Lard? Kalian masih inget gak Lard? Dia itu anak yang di titipin mobil sama Rafa yang waktu Rafa study tour ke Bali. Udah inget kan?

Lirik mulmed bayangin kayak mimpi padang pasir, waktu Ara dan Rafa study tour wisata ke pantai. Ya seperti itulah.

----

Someone POV

Seorang gadis bermuka muram. Tubuhnya sangat kurus saat ini, mukanya lusuh, matanya sayu. Kepergian orang tercinta nya membuat dirinya semakin kalut dalam kesedihan. Dia sudah cukup untuk tersakiti. Apa tuhan tidak sayang gadi itu? Tidak! Tuhan sangatlah sayang. Bagaimana tidak? Mungkin kepergian seorang yang dicintainya itulah yang lebih baik.

Pagi ini, pagi yang melelahkan untuknya. Perasaannya pasti berkecambuk seakan dia telah dicambuk ribuan kali dan ditusuk, disayat dengan pisau. Pedih bukan?

Semoga seiring waktu yang berjalan gadis itu dapat mengikhlaskannya.

Shafa Az Zahra POV

Pagi ini, pemakaman Rafa. Ini bukanlah mimpi, ini kenyataan. Kenyataan pahit yang harus ku telan. Ini menyakitkan, lebih menyakitkan dari apapun yang telah ku jalani selama ini. Bulir-bulir air mata menjatuhi pipiku lagi. Rasa sesak di dada sudah tidak terbendung. Ingin rasanya aku berteriak kepada semua orang betapa kejam nya ini. Ini sungguh pilu.

"Shaf." Panggil Adam.

"Ya?" Kemudian dia menghampiriku dan duduk di ranjang sebelahku. Aku masih di rumah. Karena pemakaman nya masih akan dilaksanakan pukul delapan pagi dan ini masih pukul tujuh pagi.

"Umm.. kau masih ingat tidak akan tiga permintaan ku?"

"Aku masih mengingatnya, ada apa? Masih ada satu kesempatan lagi untuk mu."

"Kau benar, hari ini aku akan menagih itu."

"Apa?"

"Berjanjilah kau harus tegar menghadapi semua ini. Lepaskan Rafa, dia pasti bahagia jika kau rela melepaskannya. Tapi tidak untuk melupakan, hanya aku ingin relakan kepergiannya saja. Berjanjilah untuk makan teratur, perbaiki kondisi badanmu. Jangan terlalu larut dalam kesedihan. Kau saat ini sangatlah kurus dan itu jelek. Kau tahu itu kan?"

"Ku rasa permintaanmu itu lebih dari satu kakak. Tapi baiklah aku berjanji, aku akan merelakan kepergiannya. Aku tidak akan larut dalam semua ini. Aku haris berjuang, tidak boleh sedih. Ya, aku harus berjuang!" Kata ku lebih meyakinkan diri sambil mengukir senyum. Walaupun tidak secantik dulu. Ya,dulu semenjak ada Rafa. Tapi sekarang? Ah apa yang sedang ku pikirkan.

"Baiklah, ayo bergegas. Mama sudah menunggu." Aku pun mengikuti nya. "Hidungmu memerah." Ucapnya lagi.

"Aku sedikit flu." Aku berbohong untuk kali ini.

"Tidak, kau tidak flu tapi kau menangis semalaman." Ucapnya yang mampu menohok ku.

"Hahaha... kau benar old brother." Tawaku hambar. Tapi setelah itu kami menuju mobil. Hanya butuh sekitar setengah jam dari rumahku ke kediaman tante Ira.

Disana, tangisan semua pecah. Ku lihat ada beberapa temanku(baca: Rena, Si ketua kelas, dan masih banyak anak lagi). Semua nya dengan mata sembap, suara tangis juga terdengar. Semakin membuat hatiku menjadi sakit. Doa-doa melantun. Setelah itu jenazah nya digiring menuju pemakaman. Pemakaman nya diletakkan disebelah makam Lee.

RaRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang