Part 4

3.8K 215 0
                                    

"Anak-anak dua minggu lagi mungkin sekolah kita akan mengadakan study tour ke suatu tempat. Dan sekolah belum menemukan tempat yang cocok, kalian boleh memberi saran dan kirim ke kotak saran yang berada di depan kantor guru." Aku yang mendengar itu hanya mengangguk-angguk dengan malas dan kurasakan ada yang menyenggol pundakku.

"Shaf, laper nih. Kamu gak laper?" tanya Rena yang duduk di sebelahku. Aku hanya menanggapi pertanyaannya dengan gelengan. Lagi-lagi wajah cemberut itu di wajahnya. Sungguh menggemaskan.

"Yah... tapi nanti kuajak ke kantin mau kan?" Puppy dog eyes sudah ia keluarkan, hanya bahu terangkat sebagai jawabaku.

"Ah... ayolah Shaf." Rena kembali menunjukkan puppy dog eyes-nya. Tapi kuangkat bahuku sekali lagi. Mungkin dia menyerah dan menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan. Ngambek nih Ren?

Kayak bocah yang gak diturutin minta beli mainan. Bocah banget.

"Dih... beneran ngambek nih Ren?" tanyaku tapi tak ada jawaban darinya. Bahkan bahasa tubuh pun tidak ditunjukkan. Tetapi bibirku mengukir senyum karena tingkahnya.
"Beneran ngambek? Aku cuma bercanda Rena Azenata... apa masih marah, huh?" kataku dengan suara sedikit berbisik karena guru sedang menerangkan sesuatu, yang aku tidak paham apa yang beliau jelaskan.

"Gak usah cemberut kali Ren, canda doang sih. Gitu aja ngambek." Aku goyang-goyangkan lengannya, dia tetap diam tak berkutik.

"Baiklah anak-anak sekian penjelasan dari saya. Jika ada yang tidak mengerti silahkan bertanya."

Krik-krik... anak-anak pada diam, garing abis. Gak ada yang respon, kasihan banget sih ya.

"Ren, bangun udah istirahat loh. Yuk aku temenin deh ke kantinnya." Namun hanya kudengar erangan kecil dari bibir tipisnya. 

"Hayuk, buruan jam istirahatnya habis." sedikit demi sedikit ia membuka matanya. Dan perlahan-lahan dia sadar.

"Udah istirahat ya? Laper nih, ke kantin ya."

***

"Makan apa Shaf?" tanya Rena padaku setelah sampai di kantin.

"Aku minum aja, orange juice." Rena mengangguk dan bergegas memesan.

Aku mengedarkan mata mencari bangku kosong, istirahat pertama gini penuh.

Shafa Az Zahra : Meja ujung dekat taman beb!

Hanya tanda Read oleh Rena Azenata tidak ada balasan.

"Sepuluh ribu buat orange juice nya." Setelah meletakkan nampan.

"Dih perhitungan banget. Kalo gini sih, aku gak mau ke kantin sama kamu." kataku dengan malas. 

Tawa renyahnya terdengar sangat khas. "Hahaha... kalo gak gitu, gak kaya-kaya. Jadi orang yang perhitungan biar cepet kaya!"

Hanya desisan yang kulontar, mataku menjelajahi taman yang cukup ramai. Di bawah pohon Rafa sibuk dengan bukunya. Detik itu juga dia berpaling, mata kami bertemu.

"Lihatin siapa Shaf? Mukamu merah!" Rena dengan santainya bicara sambil sesekali menyendokkan mi ayamnya.

"Merah? Merah gimana?"

"Iya tuh-tuh merah." katanya sambil menunjuk-nunjuk pipiku. "Lagi lihatin siapa sih?" kata Rena lagi sambil mengikuti arah pandangku yang gak fokus.

"Gak lihatin siapa-siapa kok. Lihatin anak-anak yang lagi di taman."

Dusta!! Hati kecilku berteriak. Saat kulihat dia sudah tidak di sana.

"Shafa," panggil seseorang yang kukenal kurang dari tiga jam. 

RaRaWhere stories live. Discover now