○ Tanggung jawab

461 53 38
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Suara ambulunce dan sirine polisi berkeliaran di sekitar jurang. Garis polisi yang melingkari ujung jurang membuat siapa saja yang melihat menjadi penasaran.

"Berita hari ini, terjadinya longsor ditepi pinggir jurang yang terjadi di lokasi cafe awan. Menurut saksi mata, terdapat beberapa anak muda yang sedang berkumpul di dekat jurang tersebut dan menewaskan 10 orang remaja dan 5 yang masih dalam perawatan dirumah sakit..."

"Ayah, dimana Joshua?" Tanya bunda yang sedari tadi membuka pintu kamar Joshua.

Telelet....telelet

"Halo?"

"Ayyah, ini Joshua..."

Ayah yang menutup telfon itu dengan keras dan berjalan cepat memasuki mobil.

"Bunda, Joshua ada dirumah sakit" ucapan ayah membuat jantung bunda terdetak kaget yang memberikan efek kejut hingga perlahan wajah bunda mulai pucat.

"Kenapa Joshua ayah?" Sentak bunda yang mengikuti langkah kaki ayah.

Mereka segera pergi ke rumah sakit yang diberitahukan Joshua di telfon. Ayah yang tak dapat mengontrol kepanikannya terus menyetir mobil dengan begitu cepat.

Saat mereka sampai, ayah terus mencari keberadaan anaknya, hingga ia mendapati wajah Joshua yang menangis dengan menatap kaca besar dari luar ruangan.

"Joshua!" Pekik ayah dan bunda menghampiri Joshua yang telah berpenampilan lusuh dengan bekas tanah diwajah dan pakaiannya.

"Kamu gak papa kan Joshua? Mana yang sakit?" Tanya bunda panik.

"Joshua gak papa bunda, alen..." Joshua yang kembali menangis saat menyerukan nama Valentino pada orang tuanya.

"Kenapa alen? Karena dia lagi kamu jadi kayak gini!"

"Bukan ayyah, alen yhang jadi khorban. Dia lagi dirhuangannya" ucapnya dengan menunjuk ke arah dalam yang sedari tadi Valentino terus melihat kearah mereka yang diluar.

Ayah dan bunda segera masuk dan memperhatikan tubuh Valentino yang terbaring lemah diatas kasur. Kedua kakinya patah karena tertimbun batu besar saat jatuh di jurang.

"Kamu gak kasian sama Joshua yang khawatir diluar kayak gitu? Hanya karena kebodohan kamu yang terus berbuat onar?" Ujar ayah menatap Valentino dengan tegas.

Valentino tak menjawab ucapan ayah selain menangis tanpa suara.

"Ayah, udah. Dia lagi butuh istirahat jangan digituin, kita bicaraain dirumah aja ya?" Ujar bunda yang mencoba meredakan amarah ayah.

"Menurut ayah, siapa yang sekarang harus dikhawatirin? Anak pertama yang sedari tadi menatap diluar dengan kondisi yang baik-baik aja? Atau aku yang sekarang ayah tatap pakai kedua mata sehat itu, namun terlihat buta karena kebencian ayah!" Suara Valentino yang berlahan naik membuat ayah merasa tersentak.

Ayah yang ingin menaikkan tangannya, akhirnya tertahan saat polisi datang memasuki ruangan Valentino.

"Apa benar disini saudara Valentino? Kami dari pihak kepolisian ingin menanyakan beberapa pertanyaan"

"Permisi, anda wali dari Valentino? Dokter mencari anda" ucap suster yang membawa Joshua menuju ruangan dokter.

Tok...tok

"Masuk"

"Saya Joshua, dok"

"Oh, iya masuk. Saya ingin sedikit berbicara tentang Valentino" ucap dokter yang sedikit membaca kembali hasil laporannya.

Abang - Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang