○ Valentino

898 133 156
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

"Kita tumbuh bersama, namun kita tetap berbeda"

•🤍•

Kringg.....

Alarm berbunyi membuat kedua anak laki - laki ini terbangun dari mimpinya.

"Abang, tunggu alen mandinya" teriak seorang bocah yang keluar dari kamarnya tanpa busana. Berlari kearah kamar mandi yang telah terdengar suara air.

"Alen, ayho cepet" panggilnya yang membuka pintu kamar mandi.

"Abang, aku mau eek dulu" ujar Valentino yang mengangkat kedua tangannya dan meminta gendong untuk bisa naik ke wc duduk.

"Abang!! Pantat alen gak bisa naik!" Teriaknya di dalam kamar mandi.

Joshua segera kembali berlari menemui Valentino yang terjabak di wc, membantunya bangkit dan membiarkannya membasuh kotorannya sendiri hingga akhirnya mandi.

"Joshua! Alen! Ayo sarapan" panggil bunda dari arah dapur.

"Yes mom!" Jawab mereka serentak.

Dengan membalut tubuh mereka dengan handuk, dan kembali ke kamar untuk memakai baju. Berlomba ke arah dapur untuk menemui orang tua mereka.

"Yey! Alen menang! Abang kalah, wlee" sorak Valentino di meja makan.

"Iyyah deh, beshok abang yhang bakal menhang" jawab Joshua.

Ayah dan bunda hanya menanggapi ucapan kedua anaknya dengan tertawa bersama.

"Ayo, udah waktunya berangkat. Alen bawa tas kamu, langsung masuk ke mobil" ujar ayah yang melirik ke arah jam tangannya.

"Dadah abang, nanti main lagi" ujar Valentino yang melambaikan tangannya pada Joshua yang masih duduk di meja makan.

"Joshua, kamu juga siap - siap, bentar lagi gurunya dateng" sambung bunda yang membereskan meja makan.

Joshua mengangguk pelan lalu menegakkan kepalanya. Mengikuti langkah kaki bunda dengan matanya yang terus tertuju pada bunda.

"Bundha, Joshua boleh nhanya?" Ucapannya di respon dengan tolehan sang bunda padanya.

"Hm, tanya apa sayangnya bunda?" Jawabnya halus.

"Budha, kenapa Joshua harus sekholah dhi rumah? Sedangkan adhek alen sekolahnya di luar"  bunda terdiam dengan senyumnya yang perlahan turun dari tempatnya.

"B-budha, bundha gak usah khawatir khok. J-joshua chuma...." ucapan Joshua mendadak terhenti dengan tatapan layu di depan sang bunda.

"Joshua—"

Tok tok tok

Pintu berbunyi yang membuat suasana hening ini menjadi sedikit berubah. Joshua yang akhirnya turun dari kursinya dan melangkah untuk membuka pintu itu.

"Selamat pagi Joshua" ucapnya saat melihat manusia kecil yang mengintip di balik pintu.

"P-pagi bu" jawabnya tanpa berani menatap wajah guru yang berdiri di depannya.

"Eh Joshua, kenapa biarin gurunya berdiri di luar? Ayo, diajak masuk" sambung bunda.

Joshua mulai membuka pintunya perlahan dan bersembunyi dibalik kaki bunda sembari terus menatap guru privatnya dengan tatapan takut.

"Itulah mengapa, julukanku adalah anak kukang. Si penakut"

Flashback on-

Tepatnya saat berada di taman kanak kanak, semua anak memiliki temannya masing masing tapi aku, malah terkurung dengan "rasa takut". Hingga tak ada anak yang ingin bermain denganku, terlebih lagi hanya untuk mengenalku "tak ada dan tak akan pernah".

Abang - Lee HaechanWhere stories live. Discover now