16. Selesai?

126 18 2
                                    

"Bukan besar atau kecilnya masalah yang menentukan berakhirnya hubungan melainkan mau atau tidaknya dia melewati badai itu bersama diri kita."

–––

"Davin kemana?" tanya Farrel dengan napasnya yang masih tersenggal-senggal. Emosi cowok itu belum mereda sejak tadi, dia masih kesal karena Davin meninggalkannya begitu saja.

"Tadi ke kantin tapi belum balik," Rifqi menjawabnya sembari mangarahkan telunjuknya ke tempat yang ia maksud.

Farrel melirik jam pada pergelangan tangannya. Rupanya sudah jamnya istirahat, dia baru sadar bahwa dirinya telah menghabiskan waktu yang cukup lama bersama Putra dan kawan-kawannya.

"Sialan tu anak," gerutu Farrel.

"Kenapa dah?" Tanya Nadhif penasaran.

"Dia ninggalin gue sendirian pas ketangkep."

"LO KETANGKEP? KOK BISA?!" Nadhif melotot. Dia tidak menyangka misinya yang sudah dirancang sedemikian rupa gagal begitu saja.

"Panjang lah ceritanya gue lagi gak mau bahas," ujar Farrel mengakhiri percakapan mereka sebelum Nadhif ataupun Rifqi bertanya lebih lanjut.

Nadhif dan Rifqi akhirnya memilih untuk diam meskipun keduanya sangat penasaran. Namun mereka memilih untuk menahannya kali ini.

Farrel melangkah masuk ke dalam ruang kelasnya dan segera menempatkan tempat duduknya, "Putra Prasetya."

"Siapa tuh? Kaya baru denger namanya," Nadhif memberi komentar.

"Cowok yang bantuin Putri manjat tembok," jawab Farrel sembari menyiapkan buku untuk pelajaran berikutnya.

"YAKIN LO? KOK CEPET SIH DAPET INFONYA?" Teriak Nadhif.

"Eh jangan asal tuduh, bahaya ini masalahnya Reynold kayanya bakal ngehajar tu orang," Rifqi mengingatkan. Jujur saja dia merasa tidak yakin, tampaknya Farrel hanya asal sebut nama.

"Serius gue, emang gue keliatan kaya orang becanda?"

"Lo berhasil buka CCTVnya Rel? mau liat dong rekamannya," pinta Rifqi.

"Gue aja gak liat rekamannya," jawab Farrel.

Rifqi mengerutkan keningnya, "Lah terus?"

Farrel menghela napasnya, sejujurnya dia sudah tidak ada mood untuk menceritakan ini semua, "Temennya gak sengaja cepu barusan, mereka bilang kalau si Putra ngebantuin anak Interior manjat tembok baru-baru ini."

Sontak Rifqi dan Nadhif tertawa terbahak-bahak. Apa yang baru saja mereka dengar terdengar seperti sebuah rekayasa. Benar-benar terdengar seperti sebuah cerita khayalan yang datang dari imajinasi cowok itu.

"Gue gak becanda anjing," Farrel merasa kesal karena tawa kedua temannya terdengar seperti ledekan di telinganya.

"Rel, lo yakin kan gak lagi halu? Masalahnya ini gue sore ini rencananya mau janjian sama tuh cowok," Rifqi kembali memastikan.

"Iya gue serius, gue taruhin diri gue deh kalau sampe gue salah orang," saking yakin sekaligus kesal, Farrel sampai berani memberikan dirinya sebagai jaminan.

Mendengar keyakinan cowok itu, Rifqi akhirnya terpaksa harus mempercayainya. "Oke sore ini jam 5 pada ngumpul ya di tempat biasa bareng gue."

Farrel mengacungkan tangannya, "Gue skip ya."

"Lah kenapa Rel?" Tanya Nadhif.

"Gue harus ketemu si Putra dulu buat ngejalanin hukuman," jawabnya dengan sisa amarahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Putra, Putri & PertemananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang